Tiittt .... Tiitt ... Tiittt ...
Bunyi alat monitor disebelah brankar Zara bergerak naik turun dengan cepat. Mengisyaratkan kalau sang empunya mulai ada reaksi dari sang pemiliknya. Mata Zara yang hampir dua hari ini terpejam kini terbuka lebar.
Suster yang kebetulan ada di ruangan itu, segera mengganti alat bantu pernafasannya. Dia lalu menghubungi dokter untuk memastikan keadaan tubuh Zara.
Sudah hampir dua hari ini kondisinya ngedrop tetapi baru saja sebuah mukjizat terjadi padanya. Gadis cantik bermata biru itu membuka kedua matanya kembali.
Dengan segera dokter pun datang ke kamar Zara dan melakukan pemeriksaan penuh pada tubuh pasien. Ia pun meminta suster untuk menghubungi pihak keluarga pasien untuk memberi tahukan keadaannya.
Kebetulan Andrew baru saja keluar dari ruang kerja Charles melihat suster dan tenaga medis keluar masuk dari ruang perawatan Zara. Karena penasaran ia pun bergegas mendekati ruangan itu
Ia pun bertanya pada suster yang keluar dari kamar Zara.
"Ada apa suster?" tanyanya panik.
"Pasien yang berada di dalam sudah siuman tuan."
Dengan wajah sumringah ia pun ingin masuk segera ke ruangan itu, tetapi tangan suster itu mencegahnya.
"Maaf pasien tidak boleh dijenguk sembarangan."
Andrew lalu menunjukkan kartu akses masuknya pada suster itu. Lalu ia pun disuruh untuk berganti baju dengan pakaian steril yang sudah dipersiapkan suster.
Ceklek
Zara menoleh, " Uncle ..."
Raut bahagia tergambar jelas dari wajah cantik Zara, membuat siapapun yang memandang berdegup kencang hatinya, apalagi benih-benih cinta di hati Andrew masih bermekaran di dalam hatinya.
Ucapannya lirih tetapi terdengar begitu indah di kedua telinga Andrew. Dengan segera ia pun menghampiri Zara dan memeluknya.
"Oh My God, ahirnya kamu siuman," ucapnya penuh sukacita.
Zara menangis kembali dalam pelukan pamannya itu.
"No Zara, don't be crying baby," ucap Andrew sambil mengelus lembut rambut Zara.
Ia tidak mau melihat orang yang dicintainya itu menangis. Hati Andrew merasa terenyuh jika melihat Zara menangis seperti itu.
Jemari Andrew mulai menghapus dengan lembut buliran-buliran air mata yang keluar dari kelopak mata indah Zara.
Ia tau betul apa yang dirasakannya saat ini. Dari kecil Andrew sudah banyak mencari tau tentang seluk beluk masa lalu dan kehidupan Zara. Sejak saat itulah benih-benih cinta dan rasa ingin melindunginya semakin tumbuh untuk gadis blasteran Perancis-Indonesia ini.
"Uncle kenapa semua ini terjadi padaku... hiks .. hiks ... hiks..."
Tangisan Zara kembali pecah ketika ia mengingat kalau ia baru saja bertemu kedua orangtuanya dalam mimpinya.
"Uncle disini oke, kamu bisa bercerita banyak pada uncle..."
Belum sempat Zara melanjutkan kembali ceritanya, suster itu sudah menghampirinya.
"Permisi... maaf pasien harus banyak beristirahat untuk memulihkan kondisinya kembali," ucap suster itu dengan sopan.
Lalu ia pun melepas pelukannya terhadap keponakan terkasihnya itu. Ia pun memberi kode agar Zara tidak boleh menangis lagi. Ia pun berjanji untuk tidak akan meninggalkannya setelah ini.
Zara mengangguk senang, setidaknya ia masih mempunyai seorang paman yang ada disisinya saat ini.
Andrew pun keluar dari kamar Zara dan menelpon kantornya untuk kembali meminta ijin pada ayahnya agar beberapa hari ini ia bisa merawat dan menemani Zara.
...***...
Dua hari tidak bertemu Zara, membuat hari-hari Rini di kampus sangat membosankan. Biasanya jam segini ia bisa bercanda ria dengan Zara sambil makan bakso Mang Dadang kesukaannya.
Sayangnya siang ini ia hanya sendirian di tempat itu. Tetapi sesaat kemudian terdengar percakapan gadis-gadis yang mengusik telinganya.
"Huh, sebel, tau gak sih, tuh cowok susah banget sih di deketinnya."
"Emang siapa sih? mahasiswa baru itu loh.."
"Hmm...frrutttt...." Rini menyemburkan es jeruknya tiba-tiba.
Beruntungnya tidak ada yang memandangnya saat itu, kalau tidak tentu saja ia bisa kehilangan muka untuk kedua kalinya di kampus.
Tetapi mau kehilangan muka untuk berapa kalipun ia tidak masalah asalkan ia bersama Zara sahabatnya. Atau setidaknya ia masih memilki sahabat secantik dan sebaik Zara.
Rini tidak bisa menahan tawanya ketika mendengar sang primadona kampus ditolak mahasiswa baru yang tampan nan berkharisma itu.
Rini tau betul lelaki yang dimaksud. Tidak lain ialah De, mahasiswa yang kapan hari menabrak Zara secara sengaja tanpa minta maaf sedikitpun.
Ia tak menyangka hari ini ia terhibur oleh kelakuan sang bunga kampus.
"Ha ha ha ... syukurin loh.. sok cantik sih!" batinnya sambil mengaduk-aduk bakso di depannya.
Entahlah hari ini ia tidak bernafsu melihat bakso yang biasanya sangat menggodanya. Tanpa Zara ke kampus memang sangat membosankan.
Setelah acara aduk mengaduk bakso tadi, Rini berniat untuk pergi ke mansion Zara. Ia pun bangkit dan berbalik badan ingin pergi dari kantin.
Tetapi karena ia tidak menengok ke kanan dan ke kiri ia tak sengaja menabrak De.
omo ... omo ...
"Kenapa bisa ada orang setampan dan sesempurna ini Ya Allah..." batin Rini menjerit.
Hatinya jedag jedug tidak karuan. Belum lagi arah pandangan mata Rini sejak tadi fokus memperhatikan pahatan maha sempurna dari pemilik kehidupan yang masih berdiri di hadapannya ini.
Sedangkan yang ditatapnya masih cool dan cuek saja. Meskipun ia jarang tersenyum tetapi hal itu tidak mengurangi kadar ketampanannya sedikitpun.
Sepertinya dewi asmara sedang berpihak padanya. Seolah pikiran gila sedang menyerang akal sehatnya. Ia pun teringat obrolan Lisa sang bunga kampus tadi.
Ia berniat untuk mengerjai Lisa dan De secara bersamaan tapi harus dengan cara apa?
De masih mematung di depan Rini, ia mengingat gadis di depannya ini tapi dimana? ia pun lupa.
Saat Rini masih asik melamun di tempatnya, De pun melanjutkan langkahnya untuk memesan bakso paling populer di kampusnya itu.
Rasa penasaran kini menyelimutinya. Lagi pula ia sudah lama tidak menyantap makanan tersebut sejak terakhir kali ia tinggal disini.
"Aha ... aku punya ide ... eh ..." Rini celingukan kesana kemari.
"Kemana makhluk Tuhan paling sempurna tadi pergi?"
Matanya mencari dimana orang yang ditabraknya tadi. Sayangnya karena suasana kantin saat itu sedang ramai, ia pun kehilangan De.
"Aigo ..."
"Kehilangan kesempatan lagi deh ... kesel ..." umpat Rini sambil menjejak-jejakkan kakinya ke lantai.
Karena sudah terlanjur kesal, ia pun melanjutkan tujuannya untuk segera pergi ke mansion Zara dengan segera.
Dengan segera Rini pun memesan ojol online untuk mengantarkannya ke rumah sahabatnya itu.
Rini memang bukan anak orang berada, oleh karenanya ia selalu menggunakan fasilitas ojek online untuk mengantarnya kemanapun ia suka.
Dulu Zara pernah menawarinya dengan niat ingin membelikan sepeda motor untuknya, tetapi Rini menolaknya dengan alasan ia tidak mampu untuk membeli bahan bakar motor. Hal itu pun sukses membuat Zara mengurungkan niatnya dan membiarkan Rini bertindak sesukanya.
Asal sahabatnya itu bahagia, Zara tak pernah memaksakan kehendaknya pada siapapun.
.
.
.
...~Bersambung~...
>>>>
Jangan lupa tinggalkan jejak cinta kalian ya.. dengan cara like, komen, favorit dan VOTE jika kalian suka, terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Ryan cha
semangat terus upnya👍keren ceritanya
2022-02-03
1
Siapa Aku?
akhirnya siuman juga💪
2021-12-26
0
Rosananda
like and favorit untuk ceritanya.
2021-12-20
2