Deg
"Ap..apa yang sebenarnya terjadi, sejak kapan mereka melakukan itu di belakang ku?, Bukan kah Khuza mengatakan bahwa dia sudah tidak berhubungan lagi dengan Melodi lalu mengapa sekarang mereka terlihat mesra, apa jangan-jangan selama ini.." Elvi menitikkan air matanya melihat apa yang terjadi, dugaan-nya selama ini benar, ternyata Khuza tidak benar-benar mencintainya seperti yang ia katakan, itu semua hanya lah pemanis agar Elvi tidak menggugurkan kandungan-nya.
Dan yang paling membuat Elvi merasa sesak adalah tatapan Khuza Kepada Melodi, tatapan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus, tatapan yang belum pernah Elvi lihat selama bersama Khuza, Ya itu yang Elvi lihat.
"Jadi mereka berdua masih menjalani hubungan". Pandangan Elvi semakin memburam dengan air mata yang begitu banyak di pelupuk matanya, tak sanggup untuk mencerna semua hal di hadapan-nya.
Selama enam bulan lebih Elvi tidak tahu kelakuan suami-nya diluar bersama wanita lain.
Dengan tekad yang bulat Elvi memberanikan dirinya untuk mengikuti secara diam-diam kemana Khuza dan melodi akan pergi siang ini, meskipun seperti penguntit namun Elvi harus tahu semua kenyataan yang ada, ini tidak boleh di biarkan terlalu lama.
Elvi menaiki taxi untuk mengikuti arah mobil Khuza yang ternyata menuju ke restoran tidak jauh dari Kantor.
Meskipun hatinya sangat hancur berkeping-keping, namun Elvi tetap mengikuti kata hatinya untuk melihat apa saja yang akan Khuza dan Melodi lakukua setiap hari, Elvi yang kebetulan menyiapkan masker sebelum pergi tadi segera mengambilnya, mengenakan masker tersebut lalu perlahan turun dari taxi sembari mengendap-endap, lalu duduk di sudut ruangan yang tidak terlalu jauh dari meja tempat Khuza dan Melodi duduk, beruntung posisinya membelakangi mereka sehingga Khuza tidak akan tahu kejadiannya di sana.
Setelah memesan makanan, Elvi juga memesan makanan agar penyamaran-nya berjalan mulus. Samar-samar namun terdengar jelas Elvi mendengar semua percakapan Melodi pada Khuza.
"Sayang Bagaimana kabar bayi mu, emm juga si kampung itu?". Seringai seksinya selalu menghiasi hari-hari Khuza yang menatap itu semua seolah vitamin.
"Tuh kan mulai lagi, Itu kan juga calon anak mu sayang, anak kita" .
"He-he-he aku hanya bercanda sayang, aku jadi kepikiran dengan si kampung itu.. Bagaimana ya reaksinya kalau dia tahu semuanya hanyalah sandiwara, apakah dia akan menangis atau menertawakan kebodohan-nya, pasti sangat menarik".
"Dia tidak akan sedih, aku akan memberikan tunjangan sebagai kompensasi padanya untuk seumur hidup, itu pasti sudah cukup untuknya". Inilah yang salah pada Khuza, semuanya terlalu enteng baginya, menggunakan uang untuk menyelesaikan semuanya.
Hal yang salah saat dia masih muda dan di ajarkan oleh kakeknya untuk menyelesaikan semuanya dengan uang, seolah uang adalah segalanya.
"Yeah dia pantas mendapatkan-nya, lagi pula kalau aku yang hamil, duh itu nggak banget sayang, dengan karier ku seperti ini".
Tangan Elvi mencengkram dengan kuat sumpit yang ia pegang saat mendengar fakta tersebut, hancur lebur angan-angan yang dia bangun selama ini, berharap pernikahan-nya berjalan dengan mulus.
"Pilihan ku oke kan, selain dia tidak punya orang tua itu juga akan membuat akses mu mendapatkan hak anak akan segera terkabul, dia tidak mungkin berhasil mempertahankan hak asuh anak saat kau menceraikan Nya sayang". Melodi sangat puas mengatakan-nya.
"Meskipun begitu aku tetap merasa bersalah, aku yang sudah merebut mahkotanya, menjebak dia di kamar hotel dan berpura-pura mabuk padahal itu semua hanya rencana kita". Khuza sedikit merasa bersalah pada tindakannya.
"APA!!". seketika suara lantang Elvi terdengar, untung saja Khuza tidak mengenalinya karena Elvi langsung pura-pura terbatuk, dan secara kebetulan orang di samping Elvi juga bertengkar hebat karena ingin putus, terselamatkan.
"Ja..jadi inside saat itu sudah di rencanakan?".
Elvi mencoba menahan air mata di pelupak matanya, mencoba mengalihkan pandangan-nya untuk menahan rasa sakit yang ada, bibirnya bergetar panas menahan semuanya, bagaikan pedang menghunus seluruh Jiwanya, luka yang Khuza balut dulu kini kembali menganga dengan sayatan yang ia buat lagi, bahkan sayatan-nya jauh lebih besar ketimbang dulu.
"Kita sudah sejauh ini sayang Jangan menyerah, oyah teruskan akting mu dan buat seola kau adalah suami idaman yang dia impikan".
"Tsk.. sebenarnya aku nggak tega, tapi ya sudah lah demi masa depan kita juga"
"Yeah itu benar semua ini demi masa depan kita sayang". Melodi terseyum semakin sinis, tanpa perduli perasaan Elvi sudah sehancur apa sekarang.
Tanpa banyak pertimbangan lagi, Elvi keluar dari restoran itu setelah meletakkan dua ratus ribu di atas meja, hatinya tidak bisa menerima semua itu.
"Hiks.. apa memang ada orang sekejam itu, ternyata selama ini mereka bermuka dua, lain di hati lain di bibir".
"Pantas saja Khuza berubah hangat dan mati-matian mempertahankan kandungan ku saat tahu aku hamil".
"Jadi semuanya dari awal sudah mereka rencanakan!". Hati Elvi berdenyut sakit, pilu itu yang dia rasakan.
Elvi menahan taxi dan segera pergi ke Mansion, ada rencana untuk melarikan diri dan bersembunyi dari Khuza, dia belum siap bila harus kehilangan anak di kandungan-nya.
"Nyonya anda sudah pulang, barang-barangnya saya taruh di kamar ya". Ucap pelayan yang bersamanya tadi.
"Hmm". Elvi hanya menjawab singkat, sedikit membuat pelayan heran namun enggan untuk bertanya, dia berfikir Itu karena bawaan bayi yang bisa mempengaruhi mood.
Tiba di kamar, Elvi yang masih berdiri setelah menutup pintu kamar perlahan merosot ke bawah lantai, banjir bandang itu yang bisa menggambarkan dirinya saat ini,
"Hiks.. ja.jadi semuanya hanya setingan.. bodoh sekali kau Elvi.. bodoh mengharapkan sesuatu yang tidak di gariskan untuk mu, seharusnya kau sadar diri hiks..."
Puas menangis, Elvi bangkit dan segera mengambil tasnya hanya beberapa pakaian saja yang muat ke dalam, Elvi tidak membawa koper karena takut pelayan akan mencurigainya lalu menelfon Khuza dan semuanya akan terbongkar, tidak.. tidak Elvi tidak sebodoh itu.
Tidak lupa Elvi juga mengambil kartu debit yang ada di dalam laci pemberian Khuza dulu, juga beberapa uang cash, itu cukup untuk melarikan diri.
"Jangan harap kalian bisa menyentuh bayi ku, tidak akan! apa kalian Fikir mengandung dan punya anak hanya lah mainan semata, tidak!!, Kalian itu iblis bertopeng!!". Gerutunya penuh murka.
Dengan buru-buru Elvi keluar dari Mansion kembali menahan taxi saat satpam lengah bermain catur. Tak lupa Elvi mematahkan kartu ponselnya agar Khuza tidak dapat melacak keberadaan-nya.
bersambung..
happy reading guys 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Halimah99
baru mampir, harus cerdas Elvi semangat
2022-06-16
0
siti fatimah
bagus pergi yg jauh hidup bersama anakmi
2021-10-19
4
Linda M
bagus elvi,selamat tinggal dengan penyesalanmu tuan
2021-10-14
2