Elvi mengambil dress berwarna mustard yang terlihat sangat indah juga sederhana, bukan berarti sederhana dan murahan ya, sederhana yang berkualitas dan enak di pandang. Selesai mengenakan pakaian tersebut Elvi kembali melihat pantulan dirinya di cermin yang terlihat berbeda, kulitnya yang putih bersih seperti sedang bersinar dengan gaun tersebut.
"Ini benar aku kan?, Apa cermin ini memiliki filter yang menipu, Mengapa aku terlihat cantik padahal biasanya tidak seperti itu". Batin Elvi Yang entah sudah berapa lama membolak-balikkan dirinya di depan cermin mengagumi kecantikan-nya sendiri.
"Hmm.. hmm".
"K.kak?".
"Kau belum selesai El?". Tanya Khuza yang sudah menyelesaikan mandinya, otot-otot perutnya yang menunjukkan kotak-kotak sangat menggoda mata sehingga Elvi ternganga melihat-nya.
"Ingin menyentuhnya hmm?". Tiba-tiba Elvi sadar dengan suara Khuza yang mengejutkan-nya.
"Eh, ti.tidak kak, maaf saya permisi". Dengan segera Elvi keluar dari sana sembari mengutuki kebodohan-nya.
"Ha-ha-ha dia lucu". Khuza terkekeh dan setelah itu mengenakan pakaian-nya.
Di meja makan Elvi merasa semuanya sangat lah asing, dan ini merupakan hal pertama untuknya duduk di meja makan yang besar dengan segala macam lauk pauk yang ada, tidak sama seperti biasanya saat Elvi harus mengisi perutnya dengan sepotong roti sisa dari para pelayan lain, hari ini semuanya berbeda, dia di perlakukan layaknya Putri kerjaan.
Menu makan ayam goreng, ikan sambal, nasi menggumpal, sayur asem, tahu kuah santan, juga ada roti bakar, semua itu menggugah selera makan Elvi. Biasanya orang saat sarapan hanya menggunakan roti, sereal juga kacang-kacangan tapi berbeda dengan sarapan khuza yang semuanya tersaji di atas meja.
"Glekk"
untuk yang kesekian kalinya Elvi menelan salivanya karena aroma makanan yang begitu mengguga selera, ada juga beberapa makanan ala barat di atas meja, itu mungkin selera Khuza karena pria itu memang pria blasteran Sudah tidak asing lagi dengan semua jenis makanan ala barat.
"El Mengapa belum makan? Apa yang kau tunggu, bayi kita bisa kelaparan". Suara Bariton lagi-lagi mengagetkan Elvi yang sedari tadi mengagumi menu di hadapan-nya.
Dengan segera Khuza menarik kursi dan duduk di sebelah Elvi sembari mengambil nasi juga lauk pauk.
"Ini untuk mu, makan lah, aku tidak tahu selera mu aku hanya mengambil sesuai insting". Ya ampun hal yang tanpa di sadari Elvi ternyata khuza mengambilkan makanan untuknya.
"Butuh kusuapi?". Seketika Elvi tersadar dari lamunan-nya.
"Emm tidak.. tidak kak, a.aku makan sendiri".
Beribu pertanyaan muncul di kepala Elvi, perbedaan Khuza yang begitu berubah sangat terlihat saat mengetahui Kehamilan Elvi, sebelum hamil pria itu sangat dingin juga memiliki sifat acuh, sepertinya ada yang tidak benar dengan semua ini, tidak mungkin semua ini akan berjalan selamanya bukan?.
Tidak ingin terlalu berlarut-larut memikirkan sesuatu yang tidak jelas, Elvi memilih untuk tunduk dan menyantap sarapan-nya, sebelumnya Elvi berdoa dan mensyukuri semua berkat Yang ada di hadapan-nya, sesuatu yang patut untuk di syukuri pada pagi yang cerah ini mungkin kah ini awal yang bagus memulai hubungan dengan Khuza?.
Rasa lezat, nikmat dan gurih menyatuh di dalam indra pengecap Elvi, wanita itu sangat menikmati sarapannya pagi ini, dia memakan dengan pelan-pelan dan mengunyah nasi yang wangi bersama ayam goreng dengan sempurna, sebuah kenikmatan tersendiri yang baru saja di nikmatnya setelah sekian lama.
"Kau suka?, Apakah enak?". Seketika Elvi sadar bahwa ada seorang pria di hadapan-nya yang menemani-nya sarapan.
"Iya kak, sangat enak".
"Bisa ku tebak dari cara makan mu". Sungguh Elvi merasa sangat malu dengan tingkah kampungan Nya dalam menyantap makanan.
"Tertunduk?, Mengapa aku suka kau menikmatinya, dengan begitu aku tidak perlu repot-repot mencari koki lain lagi, ini berarti aku bisa mempertahankan mereka".
Deg
Elvira mengangkat kepala-nya menatap Khuza dengan rasa tidak percaya, buru-buru dia menunduk kembali dan segera menghabiskan makanan-nya, takut jika karena dirinya pelayan di pecat lagi.
"Makanan ini sungguh enak kak, aku tidak berbohong".
"Ha-ha-ha kau lucu, makan pelan-pelan saja, nanti keselak jika buru-buru".
Khuza terkekeh sembari mengusap bibir Elvi yang menampakkan saus berceceran di sudut bibirnya, malu tentu saja itu yang di rasakan Elvi juga baper wanita mana yang tidak baper di perlakukan seperti itu oleh seorang pria yang secara tidak sengaja menjadi suami-nya sekarang.
"Hmm". Elvi memundurkan wajahnya dan menyeka bibirnya dengan tissue.
"Maaf kak".
"Tidak pa-pa aku suka kok, lanjutkan sarapan mu".
"Ini Sudah selesai kak, aku sudah sangat kenyang".
"Ya sudah minum dulu". Khuza menyodorkan segelas air kepada Elvi.
"Trimakasih kak".
"Hmm".khuza meletakkan sebelah tangan-nya di atas kepala wanita itu, mengusapnya dengan lembut seraya tersenyum manis, membuat yang empunya kepala semakin merona karena baper, ini semua cukup membingungkan namun Elvi seperti menyukainya, Bagaimana tidak Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya karena perlakuan selembut itu dari khuza.
"Kak?".
"El aku minta maaf atas semua sikap dingin ku pada mu selama ini, aku janji tidak akan bersikap seperti itu lagi".
"Kak.. aku tahu perasaan kakak pada ku, jangan mengatakan hal yang bertentangan dengan nurani kakak, pernikahan ini hanya sementara, kakak tidak harus memaksan diri hanya karena aku mengandung".
Ini adalah kenyataan, Elvi tahu betul jika pernikahan ini hanya sementara dan Khuza bertindak baik seperti itu karena kehamilan-nya, mungkin karena rasa bersalah atau ingin bertanggung jawab saja yang jelas semuanya bukan karena cinta, dan Elvi sangat tahu hubungan yang di dasari tanpa cinta lambat laun semua-nya akan menghilang seiring berjalan-nya waktu.
Elvi juga sedikit takut menaruh perhatian lebih kepada pria itu, bisa saja pertahanan-nya runtuh jika terus mengahadapi sikap baik khuza, setelah di ingat-ingat pria itulah yang menggores luka di hatinya juga yang telah mengacaukan hidup-nya, dan Elvi berharap untuk tidak melupakan hal itu sehingga pertahanan-nya tetap kuat dan kokoh.
Khuza terdiam menatap Elvi dalam-dalam lalu berkata " kata siapa pernikahan kita hanya sementara?".
"Eh, it.itu".
"Bukan kah itu semua kenyataannya". Elvi tidak bisa menjawab pertanyaan Khuza karena hal itu hanya ungkapan hatinya untuk tidak berharap lebih, meskipun mendapatkan perhatian seperti itu dari Khuza namun Elvi tetap sadar diri akan kehadiran-nya di tambah sikap Khuza yang tiba-tiba berubah dratis membuat-nya harus berpikir berulang kali.
bersambung..
Oke happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Suzzie Liana
warna murtad apa mustard thor 😁
2021-10-19
1
®ay
Murtad adalah sikap mengganti atau meninggalkan suatu agama yang dilakukan oleh seseorang, sehingga ia menjadi ingkar terhadap agama yang diyakini sebelumnya. Wikipedia
2021-10-10
3