Hal yang nyata bagi Elvi, meskipun tidak memiliki banyak pengalaman namun Elvi adalah orang yang suka membaca novel bergenre romantis misteri, cukup jelas dengan ekspresi wajah Melodi di balik layar yang menampakkan sebuah kebohongan yang diselubungi air mata.
"Aku tidak boleh berburuk sangka pada orang lain, memang benar disini melodi juga menjadi korban, meski begitu akulah yang paling menderita dengan semua ini". Batin Elvi.
Tidak ingin berlarut melihat siaran tersebut, Elvi mengganti siaran televisi dan memilih memutar pertunjukan renang, Ya Elvira suka sekali berenang suatu hobi yang terpendam.
Satu jam berlalu Elvi nampak masih asik menonton pertunjukan, kadang-kadang Elvi terseyum membayangkan dirinya yang ada di layar tersebut, hal yang tidak mungkin terjadi karena dia bukan atlet, dia hanya mengagumi seseorang yang menjadi atlet renang .
"Ceklekkk".
"Kau belum tidur?". Tanya Khuza yang baru saja masuk.
"Eh, iya kak, Elvi belum ngantuk". Elvi segera mematikan televisi dengan remote di genggaman-nya, takut jika mendapat amarah dari Khuza, Bagaimana pun rasa trauma yang di berikan Surti masih membekas tentang menggunakan barang-barang di mansion.
"Mengapa di matikan, katanya belum ngantuk?". Khuza nampak heran melihat reaksi Elvi.
"Iya kak tidak ada siaran yang menarik". Dustanya dan segera beranjak ke ranjang.
"Benarkah?". Khuza juga beranjak ke atas ranjang-nya.
"Iya kak". Elvi sedikit menggeser posisinya ke samping, takut bila kejadian kemarin terulang.
"Hati-hati kau akan jatuh". Khuza mengambil guling dan meletakkan-nya di hadapan Elvi yang sedang membelakangi-nya.
Khuza menarik nafas dengan berat" ternyata Alya benar, secara tidak sadar Elvi memiliki trauma terhadap ku". Batin Nya.
"Tolong jangan mendekat". Batin Elvi saat merasakan Khuza semakin dekat ke arahnya, bukan karena takut lagi tapi Jantung Elvi mulai berdetak lebih cepat di banding biasanya saat merasakan tubuh hangat Khuza.
"Tenang lah El, aku tidak akan menyakiti mu". Ucap Khuza seraya meletakkan satu tangan-nya di bawah kepala Elvi kemudian yang satunya memeluk perut Elvi.
Perlahan tubuh Elvi yang tadinya bergetar mulai diam, matanya masih terbuka namun deru nafasnya mulai teratur saat Khuza mengusap dengan lebut perutnya yang masih rata, ada perasaan hangat yang di rasakan Elvi, nyaman tentu saja.
"Kak tangan kakak bisa sakit bila terus menyangga kepala ku".
"Kepala mu sangat ringan, ini tidak akan sakit".
Mereka hening sejenak kemudian Khuza melanjutkan kata-katanya.
"El bolehkah aku tidur mencium leher mu, aku tidak tahu kenapa baru saja aku ingin sekali tidur dengan posisi itu".
"Kakak serius?, Tapi bagaimana kalau.." Elvi menghentikan sesuatu yang hampir keluar dari mulutnya.. dan ia ingin mengatakan bagaimana kalau Khuza bernafsu setelah-nya.
"Kalau apa El?". Khuza mempererat pelukan-nya lalu mencium pundak Elvi.
"Tidak ada kak, aku sudah lupa ". Jawab Elvi cepat sembari memejamkan matanya merasakan perlakuan Khuza yang begitu intim padanya.
"Jadi bagaimana El, bisakah kau menutut keinginan ku?". Tanya Khuza dengan suara serta seperti sedang menahan sesuatu yang menggebu.
"Hmm i.iya kak". Elvi merubah gaya tidurnya dengan berbalik arah, kepalanya sedikit di angkat agar Khuza bisa melakukan keinginan-nya.
Dengan cepat wajah Khuza masuk ke dalam ceruk leher Istri-nya, mencium aroma vanilla juga sesekali dengan sengaja menggigit leher jenjang itu, "sial, Mengapa aku tidak bisa melupakan leher ini.. dia meracuni pikiran liar ku". Gerutu Khuza dalam hati namun enggan untuk berhenti.
Sementara Elvi dengan sekuat tenaga menggigit bibir bawahnya bahkan sedikit lecet, itu semua untuk mencegah gairah Khuza yang bisa membabi buta jika mendengar *******-nya, selimut yang di genggaman Elvi sudah sangat kusut akibat remasan-nya.
"Ssstt... Ahhhh". ******* yang mati-matian ia tahan akhirnya lolos begitu saja saat dengan sengaja Khuza menggigit keher jenjang-nya, juga dengan sengaja Khuza menyelipkan kaki-nya di bawah kaki Elvi Membuat wanita itu bergetar karena perlakuan Khuza.
"Aku suka ******* itu El, lakukan lah untuk ku". Ucap Khuza dengan nada seksi di telinga Elvi membuat Elvi merona dengan sangat.
"Kak bisakah kita tidur sekarang, aku sudah mengantuk sekali". Dusta Elvi seraya berpura-pura menguap.
Dengan berat hati Khuza menghentikan aksinya dan memilih untuk tidur di dalam pelukan hangat Istri-nya dengan posisi yang masih sama seperti sebelum-nya.
"Baiklah, mungkin hari ini kau lelah, tidur lah".
"Iya kak".
"Junior ku yang malang". Batin Khuza sembari berdecak dengan kesal, sekali lagi dia harus mengalah karena takut Elvi semakin menjauh, walau bagaimana pun Khuza harus perlahan menghapus rasa trauma di dalam pikiran Elvi barulah dia bisa berbuat semaunya.
...****************...
Ke-esokan harinya Khuza terbangun dengan perasaan lebih segar dari biasanya, perasaan-nya begitu ringan seperti tidak ada beban, yang mengejutkan Khuza tahu bahwa ini semua karena kehadiran Elvi di samping-nya, Perasaan hangat yang tidak pernah ia rasakan selama ini.
"Mungkinkah ngidam yang dituruti itu seperti ini?, Hmm lega sekali". Batin Khuza.
Selanjutnya arah Mata Khuza melirik ke arah jam kecil di nakas, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, kemudian Khuza kembali melihat ke arah Istri-nya yang terlelap dengan kepala mendongak.
"Leher mu pasti akan kesakitan nantinya?". Gumam Nya dengan pelan terlihat kasihan.
Khuza memandang dengan perasaan kagum pada Elvi, wanita yang memiliki wajah ayu dan sangat tenang saat tidur, bulu mata lentik, serta bibir pink alami begitu cantik dan imut..
"Tsk.. yang benar saja, apa kau sudah bodoh Khuza apa yang kau pikirkan". Sesegera mungkin Khuza menepis pikiran-nya yang mengagumi Elvi.
Dengan pelan Khuza beranjak dari ranjang, bagi para pebisnis seperti dirinya waktu adalah uang tidak ada waktu untuk bersantai lebih lama, terutama jadwal hari ini sangat padat.
Khuza beranjak ke kamar mandi, menyalakan shower dan mengguyur tubuh-nya dengan air hangat, setelah itu menggunakan pakaian jas nya yang indah dan rapih, Sangat tampan.
"Selamat pagi Elvi?". Sapanya saat keluar dari dalam walk in closed dengan setelan yang sudah rapih juga senyuman manis yang tidak pernah pudar dari wajah-nya saat melihat Elvi.
"Selamat pagi kak, Ak.aku kesiangan ya".
"Tidak ini baru pukul setengah delapan, hari ini ada meeting jadi aku bangun lebih awal".
Elvi bangkit dan duduk di ranjang, ada perasaan malu dalam dirinya, meskipun dia tahu pernikahan ini hanya sementara seharusnya dia bangun lebih awal untuk mempersiapkan keperluan suami-nya, di tambah lagi melihat kondisinya yang begitu berantakan karena baru bangun, Itu sungguh memalukan.
bersambung
sampai berjumpa lagi🖐️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Fida Basuki
bagus critanya
2021-10-22
1