Di rumah sakit...
Elvi langsung di bawah ke IGD untuk mendapat penanganan dari dokter, sementra Khuza yang menunggu di luar tampak merasa sangat frustasi dan terus menggerutu marah.
"Sial aku pulang bekerja berniat langsung istirahat, tapi mengapa harus berada di sini sih, aarrgghhh....!! benar-benar hari yang sial". Maki khuza dalam hati sembari mengacak-acak rambut-nya.
"Ceklekkk".
Pintu IGD terbuka, dan menampakkan seorang dokter yang keluar dari dalam.
"Bagaimana dokter, dia kenapa?". Bertanya tanpa rasa khawatir.
"Nyonya mengalami kekurangan darah tuan, juga kurang nutrisi, sepertinya nyonya mengalami banyak tekanan juga kurang makan, padahal dia sedang mengandung sekarang, Oyah kami akan segera memindahkan nyonya ke ruang perawatan, permisi tuan".
Mendengar pernyataan Dokter, Khuza menjadi heran bukan karena mendengar wanita itu hamil tapi karena kurang makan, ini mustahil bahwa Elvi kurang makan bahkan pelayan di Mansion-nya saja makan dengan teratur.
Yang menjadi pertanyaan apakah Elvi benar-benar hamil hanya karena satu kali berhubungan, tidak masuk akal bukan, namun setelah di selidiki ternyata saat di mansion Khuza pernah melakukan-nya sekali lagi kepada Elvi lantaran butuh pelampiasan dan yang membuat Elvi tidak sadar akan hal itu rupanya saat dirinya sudah terlelap Khuza dengan sengaja memberinya obat bius di sapu tangan-nya agar rencananya semakin mulus tanpa ketahuan Elvi.
"Yirus kau dengar perkataan dokter tadi?, Segera cari tahu apa yang terjadi selama satu bulan ini di mansion".
"Baik tuan".
Dengan segala keterpaksaan Khuza harus menginap malam ini di rumah sakit guna menjaga Elvi sampai dia sadar, namun satu hal yang membuat Khuza senang yaitu mendengar kehamilan istrinya, itu suatu keajaiban untuknya.
Setelah tiba di ruangan inap Elvi, Khuza segera melepaskan jasnya dan memilih untuk beristirahat di sofa kamar VVIP tersebut sembari memandangi Elvi yang masih memejamkan matanya di atas tempat tidur dengan selang infus yang melekat pada tangan-nya.
"Akhirnya kau mengandung juga Elvi". Batinnya dengan sorak-sorai.
Beberapa menit kemudian Elvi mulai menggerakkan tangan serta membuka matanya, semuanya terlihat putih di hadapan-nya, kepala Masih sangat pusing, namun Elvi bisa menebak ini adalah rumah sakit karena kamarnya yang dulu dominan dengan warna silver.
"Kau sudah sadar hmm". Suara lembut dari Khuza menyadarkan Elvi bahwa dia tidak sendirian di sana.
"Tu.tuan Anda disini?". Tanya Elvi takut-takut.
"Bagaimana ini dia pasti sangat marah karena aku merepotkan-nya". Batin Elvi.
"Tentu saja, kau tiba-tiba tidak sadarkan diri tadi, membuat saya khawatir saja".
"Ma.maafkan saya tuan, Karena masalah ini anda jadi membuang waktu berharga anda".
Tubuh Elvi mendadak bergetar ketakutan saat Khuza bangkit dari sofa untuk mendekatinya.
"Elvi.."
"I.iya tuan". Elvi berusaha untuk bangun, takut bila bermanja-manja di hadapan Khuza.
"Elvi jangan, tolong jangan paksakan keadaan mu, tenang lah aku ini suami mu, mengapa kau selalu memanggil ku tuan". Khuza hendak meraih tangannya namun dengan cepat Elvi menariknya.
"Suami?.. benarkah?", Batin Elvi
Selama ini Elvi merasa tidak pernah di perlakukan sebagai layaknya seorang istri, lalu mengapa khuza sekarang berubah drastis, sungguh aneh bukan.
"Maaf, maaf tuan". Ucapnya masih takut-takut.
"Elvi kau isteri ku mengapa tingkah mu seperti it.."
"Tidak kita memang hanya lah sekedar atasan dan bawahan tuan". Potong Elvi sebelum Khuza menyelesaikan ucapan-nya.
Khuza menarik nafasnya dalam-dalam, sembari memperhatikan wajah Elvi dengan lekat.
"Tidak Elvi, kau adalah istri ku, anak dalam kandungan mu adalah anak ku darah daging ku". Betapa terkejutnya Elvi mendengarkan ucapan suaminya, niatan untuk meminta perceraian kini semakin jauh.
"A.apa aku mengandung.. ti.tidak mungkin anda pasti berbohong tuan, kita hanya melakukannya sekali itu jelas tidak mungkin terjadi". Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja mendengar kehamilan-nya.
"Ini kenyataan-nya El, kau sedang mengandung anak ku, anak kita".
"Ti.tidak, hmm maafkan saya tuan anda semakin menderita dengan semua ini, sa.saya akan menggugurkan kandungan saya agar anda tidak terbebani hiks.. itu juga bisa membuat anda menceritakan saya secepatnya".
"Ya Tuhan apa yang aku katakan, aku tidak mungkin membunuh anak ini, Mengapa dosa ini mendekati ku hiks". Batin Elvi yang semakin sesak.
"Tidak, jangan lakukan itu Elvi, kau tidak boleh menyakitinya, dia adalah anak ku dia memiliki darah keturunan Gautama dan pewaris tunggal Gautama".
"Tapi dia akan lahir dengan cemoohan dari semua orang tuan hiks.." Elvi terus menggelengkan kepala-nya.
"Aku yang akan mengurusnya, tidak akan ada lagi yang menghakimi mu, percayalah".
Elvi memberanikan dirinya menatap Khuza dalam-dalam sembari berkata " tuan tolong ceraikan saya, biarkan saya per".
"Kumohon Elvi kita sudah membahasnya, aku tidak akan menceritakan mu".
"Biarkan saya pergi tuan hiks.."
Sejenak Khuza terdiam dan memejamkan matanya, juga mengubah raut wajahnya menjadi sendu.
"Elvi aku janji akan melindungi mu dan anak kita percaya lah pada ku". Pintanya.
Elvira yang mendengarnya tidak percaya, selama di mansion trauma yang ia alami sangat berat, membuatnya menggelengkan dengan kuat.
"Tuan saya tidak ingin tinggal di mansion anda, tolong berikan saya kebebasan hiks".
Khuza berusahan menenangkan Elvi dengan cara meraih tangannya dan menggenggamnya, betapa terkejutnya khuza saat melihat begitu banyak luka-luka di tangan Istrinya, tentu saja luka-luka itu akibat berkebun juga mencuci, karena saat melakukan pekerjaan Elvi sama sekali tidak menggunakan alat untuk mencangkul jadi dia menggunakan tangannya, tidak memakai sikat untuk mencuci jadi dia mengucek.
"Pertama-tama aku minta maaf untuk semuanya Elvi ini salah ku karena membiarkan mu menderita, tolong beri aku kesempatan demi anak kita, aku berjanji tidak akan ada yang menyakiti mu lagi". Pinta Khuza.
"Tapi tu.."
"Tolong turuti keinginan ku yang satu ini El, aku benar-benar akan menjaga mu dan anak kita, kau satu-satunya keluarga yang ku miliki juga anak itu".
"Tuan". Elvi tidak sanggup melanjutkan ucapan-nya saat melihat tatapan Khuza yang sepertinya bersungguh-sungguh, sehingga Elvi memutuskan untuk mengangguk dengan pelan.
Mungkin untuk selanjutnya Elvi akan meninggalkan Khuza bila anak itu lahir, Walau bagaimana pun Khuza memiliki kekasih yang sebentar lagi mereka akan melangsungkan pertunangan, Elvira juga tahu bahwa pernikahan ini bukan di dasari oleh cinta dan hanya sementara, Elvira tidak bisa berharap lebih dengan pernikahan ini.
Sampai saat itu tiba, Elvi juga akan melihat dan menunggu dengan sabar di mansion Khuza sampai seberapa jauh dan seperti apa perubahan yang di janjikan Khuza padanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments