Aku Dan Kamu
Bandar udara Soekarno-Hatta,
Yup! Nara kini sudah berada di ibukota nya Indonesia, taulah ya itu dimana. Sebenarnya Nara tidak asing dengan kota Jakarta ini, karena sewaktu SMA ia pernah sekolah disini.
Fyi, sepkarang keluarga Nara tinggal diKalimantan. Mereka pindah kesana saat Nara lulus SMA. Daddy Nara merupakan pemilik pertambangan batu bara.
Bermaksud kabur ingin mencati kebebasan. Namun naas, saat perjalanan nya hendak mencari taksi ketika ia keluar daru bandara, tas Nara di jambret. Semua uang,dompet, kartu kredit raib digondol maling.
Benar- benar hari yang sial!
" Woyy!!! Balikin dompet gue!! " teriak Nara yang terus berlari mengejar jambret yang dengan cepat melesat melewati banyak orang.
" Dasar jambret sialan!! Jambret setan!balikin woi..!! "
Tiiinnn..
Braakk!!!
Tubuh Nara terpental cukup jauh setelah sebuah mobil menabraknya. Si pemilik mobil berhenti dan langsung keluar melihat keadaan Nara yang sudah tergeletak lemas di aspal.
" Mommy,daddy, abang, kayak nya kita gak bakal ketemu lagi " pandangan Nara kian menggelap, hingga akhirnyania hilang kesadaran.
" Nona,hei sadarlah..." panggil seorang pria yang merupakan pemilik mobil. Berulang kali ia menepuk pelan pipi Nara, kemudian ia menggendong Nara membawanya masuk kedalam mobil dan membawanya kerumah sakit.
Keesokan harinya,
Perlahan kedua mata Nara terbuka, melihat kesekeliling ruangan yang serba putih. Sampai netranya menangkap sosok pria yang tengah berdiri dijendela sembari menelpon.
Nara ingin bertanya, namun tenggorokan nya terasa begitu kering, sehingga sangat sulit untuk mengeluarkan suara nya.
" Kamu udah sadar?" Pria itu kaget saat melihat Nara yang sudah siuman. Kemudian ia berlari keluar ruangan memanggil dokter.
" Gimana dok? Apa dia baik-baik saja??" Tanya pria itu yang tampak cemas, saat dokter tengah memeriksa Nara.
" Kondisinya sudah stabil, hanya perlu perawatan untuk pemulihan " jelas sang dokter.
" Baiklah dok.." ucap pria.
Nara tak bergeming, sejujurnya ia kini masih mencoba mengingat sesuatu yang sepertinya terlupakan. Tepatnya kenapa dirinya sampai bisa berakhir dirumah sakit sekarang.
" Astoge! Koper sama tas gue!! " tiba-tiba Nara berteriak membuat dokter dan pria yang berada disampingnya terlonjak kaget.
" Hei! Tenang lah sedikit, tubuh mu itu masih lemah " tegur pria itu mencegah Nara yang berusaha untuk bangun.
" Om, tas sama koper saya mana?"
" Mana saya tau, pas saya bawa kamu tadi gak ada koper ataupun tas "
" Apa!! Jadi semuanya beneran hilang...astaga dragon! terus nasib gue sekarang gimana ya lord masa iya sih jadi gembel " Nara mengerang frustasi.
" Dok yakin dia baik-baik aja, kenapa dia tiba-tiba histeris kayak gitu?" Tanyanya pada dokter. Melihat Nara yang seperti itu membuatnya sedikit ngeri.
" Anda tenang saja dia sudah tidak apa-apa, mungkin karena efek benturan tadi dia jadi sedikit shok. Kalau begitu saya permisi dulu" Jelas dokter tersebut.
" Baik. Terimakasih sebelumnya dok" ucap Daffa kemudian ia mengantar dokter itu keluar ruangan.
Daffa Adrian Saputra, seorang pria berusia 32 tahun yang masih betah menjomblo meski diusianya yang sudah menginjak kepala tiga. Dia seorang dosen dan juga pengusaha. Ia memiliki beberapa restoran cepat saji yang tersebar di beberapa titik daerah di pulau jawa. Dan induk dari usahanya itu adalah di Bali, yang kini telah di kelola oleh bundanya.
Okey, kembali lagi kecerita.
Daffa menghampiri Nara yang tengah galau meratapi nasib buruknya itu. Namanya penyesalan pasti selalu datang di akhir, karena kalau diawal itu namanya pendaftaran. Eaaaa...
" Hei, nama kamu siapa?"
" Nara "
" Emm..kamu gak hilang ingatan atau semacamnya kan? Masih ingat keluarga atau alamat tempat kamu tinggal "
" Tempat tinggal saya jauh, dan juga kalaupun mau menghubungi keluarga saya gak hapal nomer ponsel nya". Jawab Nara menunduk lesu. Hidup tanpa kartu kredit daddynya, sudah pasti kehidupannya di kota yang keras ini akan suram.
" Emang dimana tempat tinggal mu?"
" Kalimantan ". Def langsung terdiam ketika Nara menyebut Kalimantan. Padahal dia pikir Nara tinggal di Jakarta. Melihat cara berbicaranya yang sama dengan kebanyakan gadis di kota metropolitan itu.
" Aish..kalau begini gue gak boleh ngungkap gue siapa, ntar kalau dia ada biat jahat gimana?"
" Bisa tolong ceritakan gimana kamu bisa berakhir di Jakarta ?" Nara sedikit kesal dengan pria didepannya ini. Banyak tanya seperti wartawan saja.
" Awalnya saya kesini mau kerja, tapi dijalan saya dijambret. Nah pas saya kejar tuh jambret koper saya ketinggalan,terus gak lama mobil om dateng dan nabrak saya " jelas Nara dengan sedikit membumbui ceritanya.
Daffa menggeram mengontrol emosi, karena Nara terus saja memanggil dia om bagaimana bisa dirinya dipanggil om sedangkan wajahnya saja masih terlihat muda dan tampan. Untung saja ia mempunyai stok kesabaran yang lebih.
" Begini. Setelah kamu sembuh, saya akan beri kamu ongkos untuk pulang. Bagaimana?"
" Masalah nya rumah saya sama kota itu letak nya jauh, dan juga saya lupa kemana jalan pulang nya. Sayakan tinggal dipelosok desa gak pernah keluar" Nara mengurai alasan lagi, yah meski alasan yang agak kurang nyambung menurutnya tapi whatever lah.
Daffa menatap Nara penuh selidik menunjukkan raut kecurigaannya.
" Beneran om saya gak bohong! " ucap Nara mengangkat tangan nya dengan dua jari yang membentun 'V'.
" Terus kok kamu bisa bahasa jakarta kayak tadi " Daffa masih tak percaya dengan ucapan gadis didepannya ini.
" Saya kan punya TV tau lah bahasa yang kayak gitu, lagian sekarang itu udah jaman canggih om " jawab Nara. Kesel juga lama-lama liat si om yang selalu nanya udah kayak si Dora.
" Om, ijinin saya tinggal dirumah om ya! Pliss...saya gak mau jadi gelandangan! " pinta Nara.
" Kamu pikir rumah saya tempat penampungan orang terlantar, pergi saja dulu kekantor polisi minta bantuan ke mereka " tolak Daffa, apakata bundanya nanti kalau tiba-tiba ia pulang bawa seorang gadis.
" Yah, om..saya juga jadi kayak gini karena om tabrak. Jadinya saya kehilangan semua barang-barang saya" ucap Nara yak mau kalah.
" Kan kamu yang jalan gak lihat-lihat, dasar cewek aneh "
" Ih, om kok ngeselin sih. Mau ngajak gelud.."
" Saya gak ngelawan cewek "
" Gini-gini saya jago beladiri loh om, yah meskipun baru sabuk hijau " ucap Nara yang mengundang gelak tawa Daffa.
" Sabuk hijau aja bangga, cibirnya "
Nara tak habis pikir dengan pria keras kepala didepannya ini. Harus dengan cara apa lagi agar dia bisa ikut dengan pria ini. Bagaimanapun, cuma dia satu-satunya yang bisa menyelamatkan dirinya dari kesengsaraan hidup di kota keras tanpa bekal dan pengalaman. Apalagi seumur hidup Nara ia tak pernah bekerja, bagaimana ia bisa bertahan sendiri di sini.
" Om.....please...!!! " pintanya lagi, jurus terkahir harus ia keluarkan. Yakni dengan Memasang wajah memelas bak kucing baru kecebur dalam got. Bodoh amat dengan image atau apalah itu. Yang Nara harapka saat ini adalah dia bisa dapat tempat tinggal.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Aneke Masinambow
oky
2021-09-28
0
Ndhieanhie C'chayu Lestarie
👍👍
2021-09-04
0
Suzan Khan
kak author 😘
aku hadir kasih jempol ku👍
2021-09-03
2