" Tapi boooongg!!! " teriak Nara yang memekakkan telinga. Daffa sampai melongo tak percaya melihat Nara yang tengah tertawa ngakak melihat ekpresi serius Daffa.
" Hahah...serius banget kak tuh muka..." ucapnya sambil memegangi perutnya. Ya kali dia mau nembak Daffa duluan,karena dikamus Nara itu gak ada yang namanya cewek nembak cowok duluan. Meskipun ia sangat menyukainya.
" Nara! Becanda kamu gak lucu" ucap Daffa menatap dingin ke arah Nara hingga membuatnya langsung terdiam.
" Maaf kak, habisnya sih kakak serius banget. Tapi gak baper kan?" goda Nara, menatap Daffa sembari mengedip-ngedip kan matanya bertingkah sok imut.
" Nggak! Kamu pikir saya cowok apaan mudah baper" jawab Daffa kemudian ia menyudahi makan malamnya dan langsung melenggang pergi.
Apa Daffa marah? Tapi kenapa? Bukankah dia juga gak ada perasaan apapun ke Nara. Entah lah yang jelas Daffa merasa sedikit kecewa, harapannya tadi kalau Nara benar-benar memiliki perasaannya untuknya. Namun, gadis itu justru malah menganggapnya bahan candaan.
" sebenernya gak bohongan sih" gumam Nara menatap punggung Daffa.
Oke. Sepertinya mulai sekarang Nara harus memikirkan bagaimana cara agar dia bisa segera membuka toko rotinya sendiri. Masalahnya Nara belum menguasai bakat terpendamnya iu.Yah, meskipun dirinya sudah cukup mahir membuat beberapa olahan kue, namun semua itu tak cukup. Nara butuh ilmu tambahan.
Dan sekarang Nara mencoba mendatangi kamar Daffa. Bodoh amat dengan rasa malu nya kemarin malam, yang terpenting tujuan nya kali ini tercapai.
Tok..tok..
Sebelum masuk Nara lebih dulu mengetuk pintu kamar Daffa.
" Ada apa?" Tanya Daffa membukakan pintu. Tampaknya ia baru saja keluar dari kamar mandi. Belum memakai baju, hanya selembar handuk yang dililitkan dipinggangnya.
Jika kebanyakan cewek bakal lumer ngeliat roti sobek seperti milik Daffa. Justru Nara terlihat biasa saja, dan malah dengan santai nya ia masuk kedalam. Membuat Daffa menatap tak percaya dengan gadis didepannya ini.
" Kak, aku mau ikut kursus nih. Boleh nggak?" Tanya nya. Dan bahkan Nara kini sudah duduk ditepi ranjang nya.
"Emang mau ikut kursus apa?"
" Kursus masak. Tapi yang khusus untuk bagian kue atau roti gitu. Aku mau nambah ilmu lebih lagi nih berhubung impian aku mau buka toko roti sendiri " jelas Nara.
" Iya. Nanti aku carikan tempat kursus "
Nara langsung memekik kegirangan mendengar Daffa menyetujuinya begitu saja. Ia fikir Daffa akan keberatan.
" Eh..eh..mau ngapain?" Daffa melangkah mundur menghindari Nara yang hendak memeluknya. Nara benar-benar kelewat berani. Kalau ada syaiton lewat gimana? Bisa-bisa Daffa khilaf.
" Hehe..maaf kak kelepasan" ucap Nara cengengesan yang juga sedikit memundurkan langkahnya
" Lagian kamu gak ada gerogi-geroginya lihat saya belum pake baju kayak gini. Biasanya kan cewek pada malu kalau lihat cowok bertelanjang dada " ujar Daffa. Gak sadar dia kalau sebenarnya tubuhnya itu hanya berbalut handuk saja. Yang artinya dia itu masih...emm tau lah ya.
" Gerogi kenapa? Lagian aku udah biasa liat badan kayak kakak. Bahkan lebih bagus lagi " ucap Nara. Daffa menatap horor Nara yang dengan entengnya mengatakan semua itu.
" Ckck..dasar anak jaman sekarang. Minim akhlak semua " cibir Daffa menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Maksudnya??" Tanya Nara memicingkan keduamatanya tak suka dengan perkataan Daffa tadi.
" Udah-udah sana keluar dulu. Saya mau ganti baju, gak baik cowok sama cewek yang belum muhrim berduaan di kamar " Daffa langsung mendorong Nara keluar dari kamarnya.
Gak tau apa, dari tadi Daffa sudah panas dingin melihat Nara. Apalagi dia kan masih pria normal, berduaan dikamar bersama Nara membuat otak sucinya jadi tercemar.
"Sadar..sadar..Daffa sadar!! " ucap Daffa menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk pelan pipinya.
" Kenapa sih dia?" Gerutu Nara kesal melihat pintu kamar Daffa yang tertutup.
Dikediaman Ardelino, daddy Nara tak berhenti begitu saja untuk mencari keberadaan putri bungsunya itu. Meski begitu sulit menemukan jejak Nara, tetapi yang ia tau kalau Nara sekarang tinggal di Jakarta. Hanya saja anak buah Ardelino belum menemukan tempat tinggal Nara.
" Dad, gimana kalau kita pindah aja ke Jakarta. Biar lebih mudah cari Nara " ucap mommy Nara yang tampak lesu. Bagaimana tidak lesu, sudah satu bulan Nara pergi tanpa kabar. Dan itu sangat mengganggu pikirannya.
" Gak bisa mom, perusahaan disini butuh daddy "
" Kalau gitu biar mommy aja yang tinggal di Jakarta "
" Itu daddy lebih gak setuju. Mana bisa daddy jauh dari mommy " ucap Ardelino merengek manja ke istrinya itu. Ckck..perlu diingatkan daddy nya Nara ini adalah bucin sejati.
" Gak usah lebay dad, udah tua juga. Pokok nya mommy gak mau tau, sampe minggu depan Nara gak ketemu mommy bakal pergi sendiri " ucap mommy nya Nara dengan tegas. Lalu ia melenggang pergi meninggalkan suaminya yang masih mematung ditempat duduknya.
" Galak amat! Untung sayang " gerutu Ardelino.
******
Nara menatap sebuah gedung berlantai lima. Daffa yang berdiri disamping nya pun turut memandang bangunan yang menjulang tinggi itu.
" Emang gak mahal kursus disini?" Tanya Nara melirik sekilas ke Daffa yang tengah mengecek ponselnya.
" Nggak! Kebetulan disini lagi ada program pengembangan keterampilan. Jadi mereka memberi diskon 70% untuk pembayarannya "jawab Daffa.
Nara hanya melirik malas Daffa, ia akan mencabut semua perkataan nya tadi yang mengatakan kalau dia itu baik hati.
' pemburu diskon juga ternyata ' cibir Nara dalam hati.
Mereka pun masuk kedalam, ternyata bangunan ini memang di khususkan untuk tempat kursus. Apalagi di tempat ini dilengkapi dengan lift meskipun hanya lima lantai.
" Beneran kan aku kursus disini?" Tanya Nara lagi. Ia ingin memastikan saja, takut nya Daffa mengerjainya.
" Bener Nara..kita langsung ke lantai empat aja. Ruangan nya disana, kemarin aku udah isi semua formulir kamu beserta ***** bengek nya. Kamu tinggal belajar aja " jelas Daffa.
Nara langsung tersenyum mendengarnya. Saat keduanya hendak masuk ke lift tiba-tiba seseorang menyapanya.
" Nara " panggilnya. Nara pun menoleh, ternyata orang itu Adrian. Benar-benar malang nasibnya, harus dipertemukan lagi dengan mantan yang tak ingin dia akui kebenarannya itu.
" Lo ngapain disini?" Tanya Nara memandang sinis Adrian.
" Wess...santai. Judes amat lo sama mantan sendiri " jawab Adrian.
" Harusnya gue kali yang nanya sama lo, ngapain lo disini?" Adrian balik bertanya.
" Gue kursus disini " jawab Nara cuek.
" Wahh!! Beneran?? Astaga Nara, kayaknya kita jodoh deh kok bisa ya kebetulan gini " ucap Adrian heboh.
" Gak jelas lo " sungut Nara.
" Gedung ini tuh punya gue. Dan juga dengan program kursus nya, ya ampun emang ya kata orang itu jodoh gak bakalan kemana?" Ucapnya dengan rasa percaya diri tingkat dewa.
Daffa yang melihat perdebatan keduanya pun, langsung menarik tubuh Nara mendekat kearahnya.
" Maaf ya mas, disini masih ada pacar nya kalau anda lupa?" Sahut Daffa dingin.
" Masih pacarkan? Artinya Nara masih bebas dideketin siapa aja. Pernah dengerkan kata pepatah, sebelum janur kuning melengkung artinya dia masih bisa di tikung! Hahah.." Dengan songongnya Adrian menjawab.
Nara begitu jengah melihat Adrian yang sikapnya semakin bobrok. Ia pun langsung menarik masuk Daffa ke dalam lift, " Tinggalin aja, tuh orang otak nya rada-rada " bisik Nara. Dan lintu lift pun tertutup.
" Loh..loh kok gue malah ditinggal sih.." ucap Adrian yang baru sadar kalau Nara dan Daffa sudah tidak ada dihadapan nya lagi.
" Oh iya, gue sampe lupa ada hal yang mau gue tanyain ke dia. Ntar aja deh, lagian kan dia bakal sering kesini " ucap Adrian membeo. Ia pun berlalu pergi keluar gedung.
" Apa lihat-lihat? Tuh kerjaan pada numpuk malah asik ngerumpi aja " tegur Adrian saat melihat beberapa pegawainya menatap Adrian sambil menahan senyuman.
" Resiko orang ganteng. Kemana-mana selalu di kagumi "
Penyakit terlalu percaya diri Adrian memang tak tak pernah hilang.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Fabro Os
lanjut kak...
2021-09-12
1
Mr Lie
Adrian pede bgt 🙈😂
2021-09-11
1