NovelToon NovelToon

Aku Dan Kamu

Episode 1

Bandar udara Soekarno-Hatta,

Yup! Nara kini sudah berada di ibukota nya Indonesia, taulah ya itu dimana. Sebenarnya Nara tidak asing dengan kota Jakarta ini, karena sewaktu SMA ia pernah sekolah disini.

Fyi, sepkarang keluarga Nara tinggal diKalimantan. Mereka pindah kesana saat Nara lulus SMA. Daddy Nara merupakan pemilik pertambangan batu bara.

Bermaksud kabur ingin mencati kebebasan. Namun naas, saat perjalanan nya hendak mencari taksi ketika ia keluar daru bandara, tas Nara di jambret. Semua uang,dompet, kartu kredit raib digondol maling.

Benar- benar hari yang sial!

" Woyy!!! Balikin dompet gue!! " teriak Nara yang terus berlari mengejar jambret yang dengan cepat melesat melewati banyak orang.

" Dasar jambret sialan!! Jambret setan!balikin woi..!! "

Tiiinnn..

Braakk!!!

Tubuh Nara terpental cukup jauh setelah sebuah mobil menabraknya. Si pemilik mobil berhenti dan langsung keluar melihat keadaan Nara yang sudah tergeletak lemas di aspal.

" Mommy,daddy, abang, kayak nya kita gak bakal ketemu lagi " pandangan Nara kian menggelap, hingga akhirnyania hilang kesadaran.

" Nona,hei sadarlah..." panggil seorang pria yang merupakan pemilik mobil. Berulang kali ia menepuk pelan pipi Nara, kemudian ia menggendong Nara membawanya masuk kedalam mobil dan membawanya kerumah sakit.

Keesokan harinya,

Perlahan kedua mata Nara terbuka, melihat kesekeliling ruangan yang serba putih. Sampai netranya menangkap sosok pria yang tengah berdiri dijendela sembari menelpon.

Nara ingin bertanya, namun tenggorokan nya terasa begitu kering, sehingga sangat sulit untuk mengeluarkan suara nya.

" Kamu udah sadar?" Pria itu kaget saat melihat Nara yang sudah siuman. Kemudian ia berlari keluar ruangan memanggil dokter.

" Gimana dok? Apa dia baik-baik saja??" Tanya pria itu yang tampak cemas, saat dokter tengah memeriksa Nara.

" Kondisinya sudah stabil, hanya perlu perawatan untuk pemulihan " jelas sang dokter.

" Baiklah dok.." ucap pria.

Nara tak bergeming, sejujurnya ia kini masih mencoba mengingat sesuatu yang sepertinya terlupakan. Tepatnya kenapa dirinya sampai bisa berakhir dirumah sakit sekarang.

" Astoge! Koper sama tas gue!! " tiba-tiba Nara berteriak membuat dokter dan pria yang berada disampingnya terlonjak kaget.

" Hei! Tenang lah sedikit, tubuh mu itu masih lemah " tegur pria itu mencegah Nara yang berusaha untuk bangun.

" Om, tas sama koper saya mana?"

" Mana saya tau, pas saya bawa kamu tadi gak ada koper ataupun tas "

" Apa!! Jadi semuanya beneran hilang...astaga dragon! terus nasib gue sekarang gimana ya lord masa iya sih jadi gembel " Nara mengerang frustasi.

" Dok yakin dia baik-baik aja, kenapa dia tiba-tiba histeris kayak gitu?" Tanyanya pada dokter. Melihat Nara yang seperti itu membuatnya sedikit ngeri.

" Anda tenang saja dia sudah tidak apa-apa, mungkin karena efek benturan tadi dia jadi sedikit shok. Kalau begitu saya permisi dulu" Jelas dokter tersebut.

" Baik. Terimakasih sebelumnya dok" ucap Daffa kemudian ia mengantar dokter itu keluar ruangan.

Daffa Adrian Saputra, seorang pria berusia 32 tahun yang masih betah menjomblo meski diusianya yang sudah menginjak kepala tiga. Dia seorang dosen dan juga pengusaha. Ia memiliki beberapa restoran cepat saji yang tersebar di beberapa titik daerah di pulau jawa. Dan induk dari usahanya itu adalah di Bali, yang kini telah di kelola oleh bundanya.

Okey, kembali lagi kecerita.

Daffa menghampiri Nara yang tengah galau meratapi nasib buruknya itu. Namanya penyesalan pasti selalu datang di akhir, karena kalau diawal itu namanya pendaftaran. Eaaaa...

" Hei, nama kamu siapa?"

" Nara "

" Emm..kamu gak hilang ingatan atau semacamnya kan? Masih ingat keluarga atau alamat tempat kamu tinggal "

" Tempat tinggal saya jauh, dan juga kalaupun mau menghubungi keluarga saya gak hapal nomer ponsel nya". Jawab Nara menunduk lesu. Hidup tanpa kartu kredit daddynya, sudah pasti kehidupannya di kota yang keras ini akan suram.

" Emang dimana tempat tinggal mu?"

" Kalimantan ". Def langsung terdiam ketika Nara menyebut Kalimantan. Padahal dia pikir Nara tinggal di Jakarta. Melihat cara berbicaranya yang sama dengan kebanyakan gadis di kota metropolitan itu.

" Aish..kalau begini gue gak boleh ngungkap gue siapa, ntar kalau dia ada biat jahat gimana?"

" Bisa tolong ceritakan gimana kamu bisa berakhir di Jakarta ?" Nara sedikit kesal dengan pria didepannya ini. Banyak tanya seperti wartawan saja.

" Awalnya saya kesini mau kerja, tapi dijalan saya dijambret. Nah pas saya kejar tuh jambret koper saya ketinggalan,terus gak lama mobil om dateng dan nabrak saya " jelas Nara dengan sedikit membumbui ceritanya.

Daffa menggeram mengontrol emosi, karena Nara terus saja memanggil dia om bagaimana bisa dirinya dipanggil om sedangkan wajahnya saja masih terlihat muda dan tampan. Untung saja ia mempunyai stok kesabaran yang lebih.

" Begini. Setelah kamu sembuh, saya akan beri kamu ongkos untuk pulang. Bagaimana?"

" Masalah nya rumah saya sama kota itu letak nya jauh, dan juga saya lupa kemana jalan pulang nya. Sayakan tinggal dipelosok desa gak pernah keluar" Nara mengurai alasan lagi, yah meski alasan yang agak kurang nyambung menurutnya tapi whatever lah.

Daffa menatap Nara penuh selidik menunjukkan raut kecurigaannya.

" Beneran om saya gak bohong! " ucap Nara mengangkat tangan nya dengan dua jari yang membentun 'V'.

" Terus kok kamu bisa bahasa jakarta kayak tadi " Daffa masih tak percaya dengan ucapan gadis didepannya ini.

" Saya kan punya TV tau lah bahasa yang kayak gitu, lagian sekarang itu udah jaman canggih om " jawab Nara. Kesel juga lama-lama liat si om yang selalu nanya udah kayak si Dora.

" Om, ijinin saya tinggal dirumah om ya! Pliss...saya gak mau jadi gelandangan! " pinta Nara.

" Kamu pikir rumah saya tempat penampungan orang terlantar, pergi saja dulu kekantor polisi minta bantuan ke mereka " tolak Daffa, apakata bundanya nanti kalau tiba-tiba ia pulang bawa seorang gadis.

" Yah, om..saya juga jadi kayak gini karena om tabrak. Jadinya saya kehilangan semua barang-barang saya" ucap Nara yak mau kalah.

" Kan kamu yang jalan gak lihat-lihat, dasar cewek aneh "

" Ih, om kok ngeselin sih. Mau ngajak gelud.."

" Saya gak ngelawan cewek "

" Gini-gini saya jago beladiri loh om, yah meskipun baru sabuk hijau " ucap Nara yang mengundang gelak tawa Daffa.

" Sabuk hijau aja bangga, cibirnya "

Nara tak habis pikir dengan pria keras kepala didepannya ini. Harus dengan cara apa lagi agar dia bisa ikut dengan pria ini. Bagaimanapun, cuma dia satu-satunya yang bisa menyelamatkan dirinya dari kesengsaraan hidup di kota keras tanpa bekal dan pengalaman. Apalagi seumur hidup Nara ia tak pernah bekerja, bagaimana ia bisa bertahan sendiri di sini.

" Om.....please...!!! " pintanya lagi, jurus terkahir harus ia keluarkan. Yakni dengan Memasang wajah memelas bak kucing baru kecebur dalam got. Bodoh amat dengan image atau apalah itu. Yang Nara harapka saat ini adalah dia bisa dapat tempat tinggal.

Tbc.

Episode 2

Setelah drama bujukan Nara agar bisa tinggal ditempat Daffa, akhirnya Daffa pun setuju. Karena jika dilihat kasihan juga dia, hanya hidup sebatang kara di kota besar ini. Apalagi Nara memiliki wajah yang cantik pasti akan ada banyak ancaman seksual yang menghampirinya. Terutama untuk para penjahat wanita.

" Ini rumah om?" Tanya Nara saat ia sudah berdiri didepan sebuah rumah cukup besar berwarna putih.

" Bukan. Rumah tetangga! " jawab Daffa ketus.

" Ish! Orang serius juga "

" Ya jelas rumah saya dong, tapi lebih tepatnya rumah ibu saya " jawab Daffa.

" Saya beneran mau di jadiin pembantu nih om?" Tanya Nara yang mungkin pertanyaan itu sudah sepuluh kali ia tanyakan sejak di mobil tadi.

" Iya. Lagian saya juga belum tau asal usul kamu itu, harusnya kamu masih bersyukur saya mau nerima kamu tinggal di sini " ucap Daffa kemudian ia melenggang masuk kedalam rumah.

Nara mengekori Daffa dari belakang, tampak seorang wanita paruh baya tengah duduk sembari menyeruput secangkir teh didepan televisi.

" Assalamualaikum bun " Daffa menyalami punggung tangan mama nya dan diikuti oleh Nara.

" Ini siapa Daf?" Tanya sang bunda yang kaget saat melihat Nara berdiri disamping Daffa sambil tersenyum.

" Dia orang yang gak sengaja Daffa tabrak kemarin bun, semalam udah Daffa jelasin kan sama bunda waktu di telepon, soal nama Daffa lupa tanya" jelas Daffa menyengir, bodoh sekali ia sampai lupa tanya nama gadi itu.

" Kamu ini gimana sih Daf, kok bisa namanya gak tau " ujar bunda geleng-geleng kepala.

" Oh ya, aku juga lupa memperkenalkan diri sih kemarin hehe.. kenalin tante nama saya Naraya Aprilia Fahmi, panggil aja Nara " ucap Nara memperkenalkan diri.

" Nama yang cantik.." puji bunda Daffa langsung memeluk Nara.

" Dia di sini mau jadi pembantu sementara kita bun, katanya sih dia gak punya saudara di sini. Karena kejadian kemarin semua barang nya hilang " jelas Daffa yang masih berdiri di antara mereka.

" Ya ampun, kamu nekat banget sih dateng ke kota ini tapi gak ada kenalan. Hati-hati sayang disini banyak orang jahatnya "

" Namanya juga pengen merantau, mau merubah nasib tan " jawab Nara tersenyum.

Mama Daffa tampak begitu menyukai Nara, dan kini bunda Daffa sudah memeluk Nara dengan erat. Seolah menyambut putrinya yang baru saja pulang. Membuat Daffa heran sendiri, kok bisa bundanya ini cepat akrab dengan gadis yang baru ia bawa.

" Selamat datang dirumah kami, semoga kamu betah ya tinggal disini " ucapnya begitu lembut.

Benar-benar lembut tutur bahasanya, jadi mengingatkan Nara pada mommy nya. Yah, meskipun terkadang mommynya itu agak bar-bar tetapi jika menyangkut dengan kasih sayang dia juaranya.

Sebuah ruangan berukuran 3x3 bercat putih, lengkap dengan sebuah kasur single bed dan satu buah lemari. Meski tak sebesar dirumah nya, tetapi cukup nyaman untuk di tempati.

" Kamar nya seluas kamar mandi ku di rumah " ucapnya saat netra matanya menelisik seisi kamar. Jelaslah kamar kecil itu tak bisa dibandingkan dengan kamarnya di Kalimantan yang ukuran nya jauh lebih besar.

Tok tok tok

Suara ketukan dari pintu kamar itu, sukses membuat Nara kaget, untung saja tak ada sumpah serapah yang terucap seperti biasanya ia dirumah.

" Ada apa?" Ara menatap nanar pria yang tengah berdiri diambang pintu itu . Daffa menjinjing sebuah tas hitam, sepertinya isinya itu adalah pakaian.

" Ini, bunda yang ngasih.. nanti kalau ada waktu saya belikan yang lain " ucap Daffa sembari menyerahkan tas itu ke Nara.

" Makasih " jawabnya singkat.

Daffa sampai bingung sendiri dengan gadis dihadapan nya ini. Kenapa selalu tampak tidak suka jika berbicara dengan nya.

" Ya sudah, saya pergi dulu. Ingat besok kamu sudah mulai bekerja " Daffa mengingatkan.

" Iya iya, bawel banget.." jawab Ara mendorong Daffa keluar dan segera menutup pintunya.

" Gadis itu benar-benar.." geram Daffa yang kesal dengan sikap Nara.

" Eh, tunggu dulu " cegah Nara saat Daffa hendak pergi.

" Ada apa? "

" Nama om siapa? Kan kita belum kenalan "

" Daffa, oh ya bisa gak kamu jangan panggil saya dengan sebutan om. Saya belum setua itu asal kamu tau "lalu Daffa melenggang pergi meninggalkan Nara yang belum selesai berbicara. Benar- benar menyebalkan.

Bagaimana Nara tidak kesal, mengingat saat dirumah sakit kemarin dengan tidak berperasaannya Daffa tidak mau dimintai tolong untuk mencari koper yang di tinggal kan Nara didekat bandara. Alhasil, setelah Nara keluar rumah sakit barulah mereka mencoba mencari. Tetapi terlambat, ada salah satu pemilik warung kelontongan tak jauh darintempat Nara dijambret bilang koper Nara sudah dibawa seorang pemulung.

Dan itu sukses membuat Nara nangis kejer dipinggir jalan seperti otang gila. Gimana gak nangis sementara didalam kopernya itu masih ada beberapa uang tunai dan yang pasti semua baju yang ada didalam koper nya itu gaess!! Mehong!!! Dan semuanya itu bermerk.

Di meja makan,

" Nara yakin mau jadi pembantu disini? Tante bisa loh nolong kamu kalau memang mau pulang lagi ke Kalimantan " ujar Mama Daffa ketika mereka bertiga tengah makan malam bersama.

" Yakin, tante. Niat saya kan emang mau kerja pas dateng ke kota ini. Cuma kemarin lagi apes aja ". Yaiyalah, nolak kan emang Nara niatan nya mau kabur. Kalau kembali lagi bisa-bisa dia ditertawakan oleh daddy nya yang menyebalkan itu.

" Asal jangan buat susah aja " celetuk Daffa.

" Kamu apaan sih Daf, ketus banget ngomong nya "

" Emang bener kok bun, lihat dia aja Daffa gak yakin kalau dia bisa kerja " cibir Daffa menatap remeh Nara.

" Jangan asal menilai kalau belum lihat hasilnya " tegur sang bunda.

" Tau nih tan, om Daffa itu emang nyebelin! Kalo ngomong beuuhh langsung jleb di hati " tambah Nara, supaya Daffa semakin dipojokkan oleh bundanya.

" Om?? Kamu manggil Daffa om??" Kemudian mama Daffa tergelak melihat wajah masam Daffa. Yang benar saja anaknya itu dipanggil om. Sedangkan dia saja belum punya anak apalagi menikah.

" Tuh Daf, kamu aja udah dipanggil om sama dia. Harusnya kamu cepetan cari calon istri udah tua juga" Mamanya ini terlihat senang sekali melihat anaknya tertindas.

Daffa menatap tajam Nara yang tengah menertawainya. Sepertinya Daffa menyesal sudah membawa gadis absurd ini kerumahnya. Biarpun wajahnya cantik tapi selalu buat dia kesal.

Blee..

Nara menjulurkan lidahnya mengejek Daffa.

" Udah berapa kali sih saya bilang jangan panggil om, ngeyel banget jadi cewek " ujar Daffa.

" Lah usia kita kan beda jauh tuh, wajar dong saya panggil om ya nggak bun? "

" Hahah..apa bunda bilang Daf?? "

" Terserah lah..Daffa udahan makannya. Mau langsung kekamar " ujarnya kemudian beranjak pergi.

" Lah kok ngamok!!! "

Tbc.

Episode 3

Tak terasa sudah satu minggu Nara tinggal dirumah Daffa. Nara juga sudah bisa beradaptasi dengan pekerjaan barunya. Meski masih terdapat banyak kesalahan yang berujung pada Daffa yang menyelesaikan pekerjaannya.  Namun Daffa tak segalak seperti yang ia bayangkan.

Sebenarnya rumah Daffa itu tidak pernah memakai jasa pembantu, biasanya jika rumahnya sudah terlalu kotor barulah ia menelpon jasa pembantu paruh waktu yang biasa ia suruh. Karena rumahnya yang tak terlalu besar dan juga terkadang mamanya jarang pulang sebab mengurusi restorannya yang berada di Bali.

" Nara, lantainya kenapa masih kotor?" 

" Kapan selesai masakan nya saya sudah terlambat! "

" kamu taruh dimana baju saya! "

Suara Daffa yang selalu menggelegar setiap paginya kerap sekali membuat Nara naik darah. Daffa benar-benar balas dendam saat bundanya tak ada. Ya, tadi malam bundanya telah kembali ke Bali. Dan otomatis hanya mereka berdua yang menempati rumah itu. Membuat Daffa bebas menindas Nara.

" Nih bajunya, kan udah saya bilang ditempat biasa. Pelupa banget sih dasar om tua! " Nara menyerahkan kemeja berwarna biru langit itu ke Daffa dengan raut wajah yang tidak ikhlas.

" Mana saya tau, lagian kamu kan tugasnya memang untuk membantu disini. Kenapa malah jadi sewot! "

" Au ah gelap! " Nara langsung pergi keluar kamar. Dirinya sudah seperti seorang istri saja menyiapkan segala keperluan saat suaminya hendak bekerja.

Seperti sekarang ini, mereka tengah sarapan bersama. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya.

" Nanti malam gak usah nyiapin makanan, saya mau ajak kamu keluar" ucap Daffa.

" Beneran?" Tanya Nara dengan mata berbinar.

" Iya. Saya mau membelikan kamu ponsel baru. Pasti kamu mau hubungi keluarga kamu diKalimantan kan?" Nara mengangguk cepat.

" Aaah...makasih om!! Gue kira om ini pelit !" Teriak Nara yang jingkrak-jingkrak kesenangan.

Sebenarnya bukan karena dibelikan ponsel, tetapi senang karena akhirnya dia bisa keluar untuk jalan-jalan. Oh, ayolah selama satu minggu ini Nara benar- benar seperti tahanan rumah. Tak pernah kemana-mana. Dia juga belum terlalu paham dengan daerah tempat Daffa tinggal.

" Dasar bocah! " gumamnya.

" Eh om, tapikan saya gak hapal nomernya gimana dong " ucap Nara yang tiba-tiba teringat kalau dirinya lupa nomer ponsel keluarga.

" Lewat media sosial lah ,Nara. Pendek banget pikirannya "

" Biasa aja sih ngomongnya, kan saya lupa " sungut Nara yang kesal dengan mulut pedas Daffa.

Di kediaman Ardelino,

Mansion mewah itu kini tengah heboh karena tuan putri mereka yang kabur dan sampai kini belum juga ditemukan. Seluruh bodyguard dan anak buah Ardelino sudah dikerahkan untuk mencari putri bungsunya itu. Namun hasilnya nihil. Iyalah nihil, kan Nara sudah ada di Jakarta mau keujung pelosok Kalimantan pun mereka gaknakan menemukan Nara.

" Dad, ini semua karena daddy. Harusnya daddy jangan egois, kalau sudah seperti ini mau bagaimana lagi. Oohh..Nara anak kesayangan mommy "

Ardelino mengacak rambut nya frustasi saat melihat mommy Nara yang terus menangis bahkan mendiami sang suami sudah cukup lama.

" Daddy itu mau yang terbaik untuk Nara mom, kalau kakaknya semua yang menghandle bisnis gak mungkin terkejar "

" Ya tapi kan gak kayak gitu juga dad, Nara juga punya mimpinya sendiri. Tau ah, pokok nya mommy masih sebel sama daddy. Nanti malam gak usah tidur disini, awas kalau sampai masuk kekamar bakal mommy sunat itu daddy nanti " ancamnya.

Begininih yang menjadi masalah besar buat Ardelino. Kalau istrinya itu sudah tak mengijinkan dia masuk kekamar otomatis gak akan ada malam romantis kayak biasanya. Benar- benar putri lucknut! .

Haaachiuu!!!

Srooot!!

' Wah! Ada yang lagi ngumpat gue nih '

Gumamnya yang tiba-tiba bersin.

Malam harinya,

Seperti yang sudah Daffa janjikan, dia benar-benar mengajak Nara keluar. Tapi, sedari berangkat tadi wajah Nara tak menandakan rasa senang seperti saat dirumah tadi.

" Salah apa lagi sih, perasaan dimatanya salah mulu " batin Daffa melirik sekilas Nara.

" Eh, itu muncung gak usah dimanyun-manyunin segala. Kenapa sih? Perasaan marah mulu kerjaannya, cepet tua baru tau rasa kamu " celetuk Daffa yang sudah sebal dengan gadis labil disebelahnya ini.

Plak!

Astoge! Salah lagi kan Daffa. Lengan nya sampe kerasa kebas karena digeplak Nara.

" Om tuh yang tua, sembarangan ngomongin saya " ucap Nara tak terima

" Ra kamu tuh sebenernya kenapa sih? Perasaan sensi terus sama saya. Saya buat salah apalagi sama kamu?"

" Iya, om itu salah banget. Gara-gara om koper saya digondol pemulung, nah sekarang om ngajak saya keluar dengan pake baju lusuh begini. Yang bener aja om, kita mau masuk mall loh bukan mau kepasar. Malu lah saya " oceh Nara.

Daffa melihat Nara dari atas kepala hingga bawah kaki. Benar juga sih, Nara hanya mengenakan kaos oblong yang agak kebesaran dengan rok plisket coklat dan hanya memakai sandal jepit cap burung walet. Benar-benar terlihat  seperti sobat misqueen!

" Ya udah kita cari baju dulu "

Nah, akhirnya keluar juga kalimat yang ia tunggu sejak tadi.

" Nah gitu dong, kalau mau nolong itu jangan setengah-setengah " ucap Nara kembali bersemangat.

" Dasar matre "

" Bodo amat! "

" Semoga aja jodoh saya gak kayak kamu, bangkrutin orang! "

" Awas om, ntar malah kebalikannya "

" Amit-amit ".

Mereka pun berhenti sejenak disebuah toko baju. Bukan toko baju seperti yang dibayang kan Nara. Hanya toko baju biasa yang harganya standar untuk orang-orang kalangan menengah.

" Kenapa bengong, katanya mau beli baju "

" Kenapa pas gak di mall nya aja om belinya? "

" Di sini aja, bajunya bagus kualitas terjamin dan yang pasti gak nguras dompet " jawab Daffa.

Benar-benar pria perhitungan. Padahalkan dia lumayan kaya, bahkan Nara gak sengaja melihat isi dompetnya. Ada beberapa kartu ATM yang ia tebak isinya tak sedikit.

" Pelit banget om, sama pembantu sendiri "

" Udah untung saya mau belikan, jadi gak nih. Kau nggak ya udah kita langsung pergi aja, lagian kamu ini udah dikasih hati minta jantung. Banyak maunya " ucap Daffa kemudian ia bergegas turun dari dalam mobil.

Narapun akhirnya ikut turun, daripada hanya pakai baju lusuh yang melekat ditubuhnya saat ini. Setidaknya ia bisa memilih baju yang lebih bagus sedikit.

Sementara Nara memilih baju, Daffa duduk di sebuah sofa sembari menunggu Nara. Ia sudah paham kalau wanita lagi milih baju pasti gak akan sebentar.

Sampai tak terasa Nara sudah selesai memilih dan memakai bajunya.

" Om, udah nih.. tinggal bayar " ujar Nara menghampiri Daffa.

Daffa sempat terpaku saat melihat Nara sudah mengenakan dress selutut berwarna nude yang senada dengan warna kulitnya yang putih bersih. Rambut yang tadinya ia ikat biasa, kini sudah rapi tergerai kebelakang. Membuat Daffa hampir tak berkedip.

" Yah, malah bengong. Om, buruan gih..ntar keburu tutup mall nya " teriak Nara menyadarkan lamunan Daffa.

" Cantik "

" Hah!!! "

Tbc.

jangan lupa like..😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!