Kalian cepet banget sih pulangnya, padahal kan kakak masih pengen ngobrol sama Nara " Tania tampak tak rela melepas Nara yang akan segera kembali ke Jakarta bersama Daffa.
" Lebay banget sih kak, biasanya juga nggak pake acara mewek-mewek segala " sahut Daffa yang jengah melihat adegan drama yang dibuat kakak nya itu. Bayangkan saja, sejak tadi Tania terus menempeli Nara seperti perangko. Katanya biar anak nya nanti cantik dan manis seperti Nara.
" Daffa jangan galak-galak kamu sama Nara, kasihan dia. Ntar kamu ditinggal baru tau rasa " ujar Tania.
" Galak apaan sih kak, aku kan ngajarin dia supaya kerjanya bener " jawab Daffa.
" Awas! Ntar suka, ntar jadi sayang loh..apalagi kalian sering bersama kan berdua dirumah " goda Tania.
Pipi Nara sampai bersemu merah karena ulah kakak dari majikannya itu.
Tak mau lebih lama mendengar ocehan unfaedah lagi dari bibir sang kakak, Daffa langsung menarik tangan Nara membawanya masuk kedalam bandara.
Akhirnya pulang juga mereka, setelah lima hari tinggal di Bali.
" Nara saya pergi sebentar, kamu bisa kan belanja kepasar sendirian?" Tanya Daffa sembari memberikan beberapa lembar uang berwarna merah ke Nara.
" Iya..lagian kan ada kang ojol. Jadi gak usah khawatir " jawab Nara yakin.
" Sisa nya untuk aku ya!! " ucap nya lagi ketika melihat Daffa memberi uang sedikit lebih.
Daffa sudah hafal betul bagaimana sifat Nara ini. Meski semua yang ia lihat tak sepenuh nya benar. Daffa pun hanya mengiyakan saja, lalu kemudian ia pergi. Begitupun dengan Nara, setelah memesan ojek online melalui aplikasi di ponselnya. Tak lama ojol pesanan nya pun telah tiba.
Berbelanja kepasar ini adalah momen yang paling Nara suka, bukan kepasar swalayan yang ada di mall tetapi pasar tradisional yang mungkin bagi sebagian kalangan atas enggan untuk menginjak kan kakinya di sana. Alasannya tentu saja karena tempatnya yang terkesan jorok dan jika musim hujan akan becek.
" Nara! "
Mendengar namanya dipanggil Nara menghentikan langkah nya mencari ke arah sumber suara.
" Sarah.."
Sarah berlari menghampiri Nara. Ia tampak terkejut saat melihat Nara membawa dua kantong asoi hitam berisi sayuran di kedua tangannya. Pasalnya setahu Sarah, jangankan berbelanja sayur membedakan jenis sayuran pun dulu Nara masih suka salah.
" Ya ampun Na, ini seriusan lo? Seorang Nara belanja ke pasar kayak gini??" Ucap Sarah yang masih tak percaya.
" Ya iyalah ini gue, menurut lo siapa? Kembaran nya?" Jawab Nara memutar kedua matanya jengah.
"Emang lo udah bisa bedain macem sayuran? " tanya Sarah.
" Bisa lah, gue juga belajar kali. Lo sama siapa kesini? Sama ibu lo?"
" Nggak, gue disuruh belanja sendiri. Males banget sih sebenernya cuman lo tau kan kalo mulutnya udah nyerocos susah berenti " ucap Sarah, keduanya pun tertawa mengingat bagaimana cerewetnya ibu Sarah saat marah. Kenangan nya saat itu benar-benar susah dilupakan.
" Gue kangen ibu, gimana kabarnya sekarang sehat kan?"
" Iya, ibu gue sehat kok. Main kek kerumah gue pasti seneng banget tuh ibu gue liat lo dateng "
" Boleh tuh, tapi lo anter gue pulang dulu ya. Gak mungkin kan gue kerumah lo sambil bawa belanjaan begini "
" Siip..."
****
Di kampus tempat Daffa mengajar, namanya cukup terkenal dikalangan mahasiswi. Ia juga menjadi salah satu dosen favorit yang paling ditunggu kedatangannya. Tentu saja hal itu karena paras rupawannya dan juga keramahannya. Membuat setiap wanita langsung meleleh melihat senyuman manisnya. Yah, meskipun jika sudah berada didalam kelas ia akan berubah menjadi lebih tegas dan terkadang menakutkan.
" Daffa, selesai kelas nanti kamu ada acara nggak?" Tanya Zara ketika mereka tengah berjalan menuju ruang rektorat.
" Kayak nya nggak ada deh, emang kenapa?"
" Makan siang bareng yuk? Aku yang traktir " ucap Zara.
" Sebentar aku tanya Nara dulu dia udah masak apa belum, nggak enak soalnya kalau ntar dia udah masak gak tau nya aku gak jadi makan di rumah " ujar Daffa mengambil ponselnya didalam saku dan menelpon Nara.
" Hallo..Nara, kamu masak nggak?"
"..."
" Ooh..iya nggak apa-apa kebetulan saya makan diluar siang ini "
" ... "
" Iya..jangan kesorean pulangnya "
".. "
Zara semakin kesal dengan keberadaan Nara yang menurutnya malah menjadi penghalang hubungan nya dengan Daffa. Apalagi sekarang Daffa tampak begitu perhatian dengannya, membuat Zara semakin tak menyukai keberadaan Nara.
" Memang nya dia siapa? Sampai Daffa segitu perdulinya dengan dia.." gerutu Zara tak suka.
" Ya udah, ayo kita makan siang bareng. Kebetulan Nara gak masak hari ini, katanya mau keluar nemuin temennya " ucap Daffa yang membuat Zara begitu senang.
" Temen? Emang dia punya temen disini? Bukannya dia baru pertamakali ke Jakarta ya?" Ujar Zara menyelidik.
" Kata dia temen nya itu kerja juga di sini dan mereka baru ketemu beberapa kali " jelas Daffa.
" Nggak yakin aku, Daffa harus nya kamu itu hati-hati. Jangan mudah percaya sama orang. Asal usul dia juga kurang jelas kan? Takutnya dia menyembunyikan sesuatu sama kamu dan malah ntar ngelibatin kamu ke masalah besar. Jaman sekarang itu tampang polos gak menjamin sifat aslinya " ucapnya mencoba mempengaruhi Daffa.
Daffa tampak berfikir sejenak, mencerna apa yang dikatakan Zara. Meski sebenarnya ia juga agak curiga dengan Nara yang sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu.
" Nggak mungkin, aku percaya sama dia. Dia itu gadis yang baik " jawab Daffa penuh keyakinan. Ia tepiskan pemikiran-pemikiran buruk itu dari kepalanya.
Lagi-lagi hal itu membuat Zara kesal. Kesal karena Daffa tak mudah di goyahkan. Dan kini ia menetapkan bahwa Nara adalah rivalnya.
Sementara itu,
" Siapa yang nelpon?" Tanya Sarah.
" Kak Daffa, katanya dia mau makan diluar karena gue bilang mau pergi sama lo " jawab Nara, membuat Sarah senyum-senyum gak jelas melihatnya.
" Kenapa lo senyum-senyum lihat gue "
" Ekhem...sepertinya sudah mulai ada tanda-tanda cinta nih " goda Sarah.
" Apaan sih lo, gak jelas banget "
" Halah bilang aja napa sih Nar, gak usah gengsi. Dia nya juga perhatian tuh kayaknya " godanya lagi.
" Ngasal lo " jawab Nara buru-buru pergi menghindari Sarah, karena sudah pasti sekarang ini wajah nya telah memerah.
" Kalo gak suka kenapa tuh muka jadi merah?"
" Panas, lo tau kan kulit gue sensitif sama sinar matahari "
Kemudian ia berjalan mendahului Sarah, yang masih sesekali menggodanya.
" Ih,,kok gue ditinggal sih..Nara!! Aelah..cepet banget tuh anak jalannya "
Teriak Sarah, membuatnya harus berlari menghampiri Nara yang sudah agak jauh.
Kelakuan keduanya tak luput dari perhatian orang-orang di pasar. Membuat Nara semakin mempercepat laju jalannya.
" Emang dasar Sarah mulut toa, susah banget sih nyuruh dia ngomong pelan "
Tbc.
Jangan lupa like nya 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Mr Lie
Zara mencoba menghasut Daffa awas kau, aq jewer kuping nya loh😏
2021-09-09
1
Fabro Os
😊😊😊
2021-09-09
0