" Kamu! "
" Kamu! "
Ucap keduanya serempak.
Yah, dia adalah Zara. Nara gak nyangka segini niatnya Zara untuk mendekati Daffa, sampai-sampai dia juga berada di rumah kakaknya Daffa yang berada di Bali.
" Loh kalian udah saling kenal?" Tanya Tania yang terkejut melihat reaksi keduanya.
" Nggak kenal sih kak, cuma kemarin ketemu pas temen-temen kerjanya om Daffa kerumah " jawab Nara. Ya kali Nara mau kenal sama orang songong kek dia.
" Nona Zara kapan datengnya? Cepet banget udah nyampe di sini " tanya Nara menatap Zara.
" Tadi malem.." jawabnya singkat.
" Dia itu temen Daffa, udah akrab banget jadi ya udah kayak keluarga sendiri " sahut Tania yang dibalas dengan senyuman oleh Zara, yang tampak mengejek Nara karena di bela oleh Tani.
Nara tak memperdulikan itu, ia hanya mengangguk pelan.
Nara melihat kesana kemari mencari keberadaan Daffa, tapi tak kunjung ia temui. Benar saja di sini Nara melakukan pekerjaannya, bahkan hampir seharian ini Nara tak berhenti berjalan kesana kemari saat dipanggil untuk diminta membantu. Jujur saja seumur hidupnya baru kali ini dirinya melakukan hal seperti ini. Namun apa daya, semua ini ia lalui karena ingin membuktikan pada daddy nya.
" Hufftt...capek juga ternyata, astoge pinggang gue berasa mau patah " keluh Nara langsung berbaring ditempat tidur.
Sebenarnya malam ini ada acara kumpul-kumpul keluarga. Tetapi karena Nara terlalu kelelahan ia tertidur. Sementara diruang keluarga, Daffa celingak- celinguk mencari keberadaan Nara.
" Nyari siapa kamu Daf?" Tanya mamanya.
" Nara mah, tumben dia belum kesini. Biasanya kalau ada acara makan-makan dia yang paling duluan " jawab Daffa, kemudian dia beranjak berdiri.
"Loh mau kemana?" Tanya Zara menahan tangan Daffa.
" Mau manggil Nara dulu..kayaknya dia belum makan seharian ini"
" Ekhm...cie yang perhatian " ledek Tania tersenyum melihat perhatian Daffa.
" Apasih kak...biasa aja. Ya udah aku nyusul dia bentar " ujar Daffa kemudian melenggamg pergi menuju kebelakang.
Zara yang bermaksud ingin menyusul Daffa, buru-buru Tania menahannya.
" Zara kamu disini aja..Daffa sebentar doang kok " ucap Tania.
" Tapi kak " Zara tampak tak rela.
" Udah kamu temeni kakak aja ya ". Dan dengan terpaksa Zara pun meng-iyakan kehendak Tania.
Sejujurnya Tania itu kurang menyukai Zara yang menurutnya terlalu agresif terhadap lelaki, sampai-sampai ia harus datang kesini. Yah, meski pun mama nya juga yang sudah mengundangnya tetapi tetap saja Tania kurang menyukai sikap Zara.
Daffa membuka kamar yang ditempati Nara dan ternyata pintunya tak dikunci.
" Nar..." Daffa yang bermaksud hendak memanggil Nara, diurungkan niatnya itu karena Nara tengah tertidur pulas.
Daffa menghampiri ranjang dan duduk disisinya memperhatikan wajah damai Nara yang tengah pulas. Tangan nya tergerak mengusap lembut pucuk kepala Nara.
" Pulas banget tidurnya.." ucapnya lirih.
Ia pun membenarkan posisi tidur Nara yang sedikit kurang nyaman itu lalu menyelimutinya.
" Semoga mimpi indah " bisiknya. Kemudian ia keluar. Daffa membiarkan Nara tertidur karena ia yakin pasti Nara sangat kelelahan.
" Loh, Nara nya mana Daf? " tanya bundanya saat melihat Daffa kembali hanya seorang diri.
" Udah tidur bun, capek kayaknya " jawab Daffa kemudian kembali duduk bergabung dengan Tania,bunda,kakak ipar dan juga Zara.
Zara tersenyum mendengar Nara sudah tertidur, itu artinya tak akan ada yang mengganggu Daffa dan dirinya nanti.
" Daf, nanti temenin aku keluar yuk. Udah lama aku gak jalan ke Bali " pinta Zara.
" Maaf Za, aku gak bisa. Capek banget soalnya " tolak Daffa.
" Yah, padahal aku mau ajak kamu. Kebetulan temen aku lagi adain party jam delapan malem nanti " ucap Zara kecewa.
" Kamu pergi sendiri aja ya " tolak Daffa.
" Ya Za, lagian kamu kan tau Daffa gak suka pergi ke party- party gitu. Lagian kamu nginep dihotel kan? Gak baik laki-laki dan perempuan yang belum muhrim keluar berdua aja apalagi malam" Sahut Tania yang ucapannya terdengar sangat kolot.
" Loh, kamu gak nginep disini Za?" Tanya bunda Daffa.
" Nggak lah bun, kamar udah penuh semua. Kecuali dia mau tidur bareng sodara-sodara di kamar tamu itu " lagi-lagi Tania yang menjawab, mendahului Zara.
" Iya tante. Gak papa, hotel aku juga deket kok " jawab Zara. Iyalah dia nolak, mana mau seorang Zara tidur sumpel-sumpelan sama banyak orang.
Zara pun berpamitan pergi,entah kenapa sepertinya susah sekali meluluhkan hati Daffa. Padahal sudah hampir sepuluh tahun Zara mendekati Daffa tapi hasil nya masih sama, Daffa tetap menganggapnya teman.
Pukul 01.06 dini hari, Nara terbangun dari tidurnya. Perutnya terasa perih karena ia lupa kalau belum makan apapun sejak siang tadi.
Suasana rumah itu sudah sangat sepi, pertanda para penghuninya sudah masuk kealam mimpi masing-masing.
" Yah, udah pada di simpen makanan nya. Tempat nyimpen nya dimana ya?" Nara mencari-cari lauk yang seingatnya tadi masih ada, bukannya menemukan yang sedang ia cari justru Nara malah menemukan mi instan.
" Makan ini aja deh dulu..laper banget gue " akhirnya Nara memasak mi instan malam itu.
" Nara kamu masak apa tengah malem gini?" Tanya Daffa yang tiba-tiba datang, ia sedang mengambil air minum di teko yang berada disamping kulkas.
" Masak mi, kelaperan soalnya" jawab Nara tanpa menoleh.
" Tumben om bangun tengah malam?" Tanyanya.
" Haus"
" Oh "
" Bikinin saya juga ya, kayak nya enak mi nya " ucap Daffa yang langsung duduk di meja makan.
" Ish, bikin sendirilah. Tuh masih banyak dilemari mi nya " tolak Nara.
" Berani nolak, saya potong gaji kamu " ancam Daffa.
" Iya..iya..di bikinin dasar tukang ngancem " dengus Nara.
Daffa hanya terkekeh melihat wajah kesal Nara. Pipinya yang chubby itu sedikit mengembung karena pasti Nara sedang cemberut saat ini. Gemas sekali rasanya Daffa ingin mencubit pipi Nara.
" Aww!! Om apa- apaan sih main cubit pipi orang sakit tau! " teriak Nara menatap nanar Daffa
" Loh, beneran saya cubit toh. Saya pikir cuma bayangan saya aja " ucap Daffa terkekeh sembari menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.
" Bayangan, bayangan.. mentang-mentang bos seenak nya aja " gerutu Nara.
Beberapa menit kemudian,
Mi hasil Naraya sudah siap disantap. Daffa yang tak sabaran pun langsung memakannya.
" Pelan-pelan om panas, tiup dulu itu "
" Na, bisa gak sih kamu jangan panggil saya om. Saya juga belum tua-tua banget sampe kamu manggil saya seperti itu "
" Terus apa? Pak? Tuan? "
" Ya gak itu juga, panggil saya mas atau kak aja "
Pfftttthh..
Nara hampir menyemburkan tawanya,membuat Daffa mendelik kesal.
" Emang kenapa? Wajar kan manggil mas atau kak. Oh, atau jangan-jangan kamu ngarep manggil saya honey? Sayang gitu? "
" Ish..apaan sih gak jelas banget. Ya udah kak aja, kalau manggil mas agak gellayy.."
" Terserah "
Keduanya kembali menikmati mi masing-masing. Tanpa mereka sadari seseorang telah memperhatikan keduanya sejak tadi.
" Kakak harap dia benar-benar gadis yang kamu pilih " gumamnya sembari tersenyum, kemudian ia kembali kekamar mengurung kan niatnya untuk pergi kedapur.
Tbc.
Jangan lupa likenya..😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Mr Lie
yes.. Daffa mendpt dukungan. Hayuuu Daffa gercep tembak Nara 🤗
2021-09-06
0