Melihat sang penyelamat datang, Nara buru-buru menghampiri Daffa dengan menyeberang jalan. Nara memang gadis ceroboh, suara klakson bergantian secara bersahutan memberi peringatan karena dia dengan sembarangan menyeberang.
" Astaga gadis itu benar-benar!" Ucap Daffa segera turun dari motor dengan panik. Bagaimana tidak panik jika gadisnya itu sangat ceroboh. Tunggu dulu! Gadis nya? Sejak kapan dia mempunyai pikiran itu.
" Ya ampun...kak Daffa si penyelamat ku! Untung kakak dateng " Nara langsung memeluk tubuh Daffa hingga si empunya berdiri mematung.
Darah nya berdesir diikuti irama jantung yang tampak berdetak secara tidak normal.
Nara yang menyadari posisi mereka begitu intim, ia pun segera melepas pelukannya.
' kenapa sudah dilepas? '
Daffa tampak tak rela saat Nara melepas pelukannya.
" Maaf kak,reflek.." cengir Nara dengan semu merah dipipinya. Tampaknya ia kini tengah malu sendiri karena tiba-tiba ia langsung memeluk Daffa..
" Kamu ini ya! Sebenernya umur mu berapa sih? Tau gak nyeberang kayak tadi itu bahaya! " omel Daffa sambil mencubit gemas pipi chubby Nara.
" Sshh...sakit kak...!!" Keluh Nara meringis memegangi pipinya.
" Ya, aku takut nya kakak bakal ninggalin aku. Makanya lebih baik aku samperin aja " ucap Nara lagi, membuat Daffa menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Nara.
Fyi, Nara kini sudah memanggil Daffa dengan panggilan kakak. Semua ini berkat ancaman Daffa yang katanya akan memotong gaji Nara sebanyak 50.000 setiap ia memanggilnya 'om'. Tentu saja Nara tak mau itu terjadi.
" Ya udah keburu sore kita pulang aja yuk, Takutnya yang lain pada nyari " ucap Daffa.
" Tunggu!" Nara menahan nya.
" Kenapa lagi?"
" Emm..kan matahari udah mau tenggelam tuh. Gimana kalau kita lihat sunset aja, udah lama banget aku gak kepantai..mau ya..ya.." pinta Nara dengan mengedip-ngedipkan matanya lucu.
" Nggak! "
" Ayolah kak..sekali ini aja, please!!!! Bentar aja kok " Nara bahkan memasang wajah melasnya. Bodoh amat ia mau dikatain apa yang terpenting sekarang dia hanya ingin melihat sunset di pantai pulau dewata itu.
" Ya udah ayok, tapi setelah itu langsung pulang " akhirnya Daffa setuju.
" Yess! Makasih majikan ku yang paling baik " Nara bersorak kesenangan layaknya anak kecil. Daffa hanya memandang nya sembari mengulas senyuman tipis. Ini yang dia tidak dapatkan di setiap wanita yang selama ini dekatnya. Bersikap apa adanya tanpa menutupi. Dan semua itu ada pada Nara.
" Tapi tunggu sebentar! " ucap Nara lagi.
" Apalagi Nara..." sepertinya gadis ini memang benar-benar banyak maunya.
" Sebelum kesana, beli minum sama makanan dulu ya. Aku laper banget.."
" Kamu ini emang bener-bener ya.. udah dikasih hati minta jantung. Habis ini mau apa lagi hah! "
" Cukup itu aja dulu kok..tapi bayarin ya "
" hufft...iya " jawab Daffa kemudian berjalan mendahului Nara ke salah satu tempat penjual makanan tak jauh dari mereka. Memang benar, pembantunya ini bukan pembantu biasa.
Pemandangan sunset sore ini benar-benar sempurna, tak ada awan mendung. Langit yang perlahan berwarna jingga, serta matahari yang kian tenggelam semakin menambah keindahan pantai. Nara tampak menikmati, ia memejam kan kedua matanya merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Dan semua itu tak luput dari pandangan Daffa. Ia semakin mengagumi ciptaan tuhan didepannya ini. Benar-benar cantik!.
Tetapi Daffa selalu merasa ada yang dirahasia kan oleh Nara. Terutama tentang asal usulnya. Namun, jika diam bisa membuat Nara tetap berada didekatnya maka untuk selamanya Daffa akan memilih diam.
" Gak usah liatin aku kayak gitu, aku tau kok kalau aku ini cantik. Hati-hati ntar jatuh cinta " ucap Nara terkekeh melihat Daffa yang kelabakan seperti maling yang tertangkap.
" Ekhem..pede banget saya liatin kamu. Saya dari tadi nengokin kamu karena di matamu itu ada belek nya " ucap Daffa ngasal.
" Hah! Masa sih??" Nara pun memeriksanya, memang benar sih ada tapi gak besar. Meski begitu ia merasa malu dengan Daffa yang fikirnya akan merasa ilfeel saat melihatnya seperti itu.
" Maaf kak, dari tadi ya adanya? " tanya Nara. Daffa hanya mengangguk.
' Memalukan..'
" Makanya jadi orang itu jangan geer dulu " ucap Daffa terkekeh.
" Oh, ya. Gimana sama keluarga kamu, udah di hubungin??" Tanya Daffa.
" Emm...iya udah. Aku juga udah bilang kalau sekarang aku udah dapet kerja " jawab Nara gugup.
" Oh ya! "
" Ya.." Nara mengangguk. Tapi Daffa tau kalau yang diucapkan Nara itu adalah bohong. Bahkan semua itu tampak dari sorot matanya yang terlihat ragu.
"Emm.. kak, apa selama ini kakak gak pernah pacaran?" Tanya Nara.
" Kenapa nanya itu?"
" Ya..mau tau aja. Soalnya aku lihat kakak gak pernah bawa cewek kerumah " jawab Nara. Entahlah kenapa ia ingin tau sekali alasan Daffa yang masih betah melajang meski diusianya yang sudah menginjak kepala tiga.
Daffa menarik nafas lalu menghembuskan nya perlahan, " Dulu pernah, bahkan kami sudah mau menikah. Tapi sayang menjelang satu hari sebelum akad nikah dia pergi bersama selingkuhannya yang ternyata sahabat saya sendiri. Saya dengar dia sudah hamil saat itu " jelas Daffa, raut wajah nya langsung berubah sendu. Sepertinya itu luka yang sulit ia lupakan.
" Maaf kak, pertanyaan aku malah buat kakak jadi inget masa lalu " ucap Nara merasa tak enak.
" Gak papa, lagian setelah lima tahun kejadian itu baru sekarang aku cerita ke orang lain kecuali keluarga aku sendiri ".
Perasaan Nara menghangat ketika Daffa mengatakan itu. Apa Nara bukan orang luar lagi bagi Daffa? Entahlah, Nara pun ingin memastikan seperti apa perasaan nya sekarang ini.
" Ayo pulang, udah mau maghrib " ucap Daffa berdiri dan mengulurkan tangan nya.
" Iya " Nara meyambut uluran tangan itu.
' terasa hangat dan nyaman '.
Sesampainya dikediaman Tania, tampak semua orang kaget melihat kedatangannya bersama Daffa. Terlihat raut wajah Tania dan juga mamanya Daffa sangat khawatir.
" Nara, kamu gak papa kan? "
" Kamu kemana aja? Kata Fahri kamu hilang pas kalian di pantai?"
" Apa ada yang macem-macemin kamu?"
Keduanya menghujani banyak pertanyaan ke Nara. Hingga membuatnya merasa tak enak karena membuat semua orang khawatir.
" Maaf tante, kak Tania. Ini salah Nara, soalnya tadi pergi gak bilang dulu sama Fahri " ucap Nara menundukkan kepalanya.
" Emang kamu kemana? Aku sampe cemas banget pas balik ketempat kita tadi kamunya udah gak ada. Aku coba keliling cari ke sekitar pun gak ketemu" sahut Fahri.
" Maaf ya Fahri.."
" Kamu ketemu Nara dimana Daf?" Tanya Tania.
" Di jalan deket lampu merah, aku gak sengaja lihat dia tadi terus kupanggil deh " jawab Daffa.
" Untung aja ada Daffa..ya udah kamu bersih-bersih dulu gih. Terus kita makan malem bareng " ucap mama Daffa.
" Iya tan " Nara pun berpamitan dan pergi masuk kekamarnya.
Diantara mereka ada sepasang mata menatap tak suka ke Nara.
" Cih! Dasar caper.."
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Mr Lie
ngiri aja kau Zara 😂😂
2021-09-07
0
Fabro Os
lanjut kak...
2021-09-07
0