Pria berambut pirang itu menatap tajam Nara, apalagi Daffa tengah menggenggam erat tangannya.
" Bang Delvin??"
Yup!! Dia adalah Delvino, kakak laki-laki Nara yang baru saja pulang dari New York. Delvino sengaja tinggal lebih lama di Jakarta, karena perintah mommy nya untuk mencari keberadaan Nara.
" Ikut abang sekarang!! " sarkas Delvin. Nara yang ingin memeluknya pun di urungkan niatnya tersebut melihat raut wajah abangnya yang tak bersahabat
Delvin langsung menarik paksa Nara.
" Hei! Lepaskan tangan mu! Kau tidak dengar kalau dia tidak mau ikut" Daffa yang tak suka dengan cara kasar Delvino langsung menghempaskan tangannya secara kasar.
" Siapa anda??? Oohh..jangan-jangan anda ya yang menyembunyikan adik saya selama ini?" Ucap Delvino menatap tajam Daffa.
Mendengar kata 'adik' membuat Daffa langsung menoleh ke Nara untuk meminta penjelasan.
" Dia abang ku kak, nanti ya di rumah aku cerita" jawab Nara agak takut.
" Kalian tinggal bersama??? " Delvino menganga tak percaya dengan ucapan adiknya ini.
" Bang, bang Nara gak seperti yang ada di bayangan abang kok. Nanti ya Nara jelasin "
" Nggak, pokoknya kamu harus ikut abang pulang. Kamu tau nggak mommy tuh khawatir banget sama kamu Naraya "
" Nara belum mau pulang sekarang " Nara langsung bersembunyi di belakang punggung Daffa.
Daffa masih belum mengerti dengan suasana yang membingungkan ini. Ternyata memang benar, Nara memiliki banyak rahasia yang belum ia ceritakan.
" Begini, lebih baik anda ikut pulang ke rumah saya saja. Agar Nara bisa menceritakan kejadian sebenarnya" ucap Daffa. Ia juga merasa tak enak dengan orang-orang di sekitar yang menatap mereka. Seolah Nara tengah di perebutkan oleh dua pria.
" Baiklah, sekalian saya mau membawa pulang adik saya " jawab Delvin menyetujui.
Akhirnya makan malam pun batal, mereka bertiga pulang ke rumah Daffa. Nara begitu cemas saat ini, pikiran-pikiran buruk pun mulai bermunculan di benaknya.
" Jangan terlalu panik. Kamu tenang aja, aku bakal jelasin semuanya " ucap Daffa menggenggam tangan Nara.
" Aku takut kalau malam ini adalah malam terakhir kita ketemu, bang Delvin pasti bakal maksa aku pulang" Jawab Nara yang sudah menangis.
" Jangan nangis dong, kamu berdoa aja ya semoga abang kamu bisa ngerti nantinya" ucap Daffa langsung menyeka airmata Nara. Hatinya pun kini tengah gelisah membayangkan jika Nara benar-benar di bawa pergi oleh kakaknya. Bahkan tak melihat Nara sebentar saja Daffa sudah rindu apalagi jika mereka benar-benar terpisah. Daffa tak bisa membayangkan bagaimana kosongnya hari-hari yang akan ia lewati nantinya.
Kini mereka bertiga sudah berada di ruang tamu. Daffa dan Delvino tampak saling menatap tajam satu sama lain.
" Nara coba kamu jelaskan kenapa kamu tinggal di rumah laki-laki ini, apalagi kalian cuma tinggal berdua. Jangan bilang kal- "
" Nggak bang, Nara nggak mungkin kayak gitu. Abang pikir Nara cewek murahan ?" potong Nara langsung.
" Bagus deh kalau begitu "
" Bang ini semua berawal dari Nara, jadi biarin Nara aja ya yang jelasin " ucap Nara. Delvino hanya mengangguk patuh.
Akhirnya Nara pun menceritakan dari awal semuanya, termasuk saat ia kabur kemari. Delvino hanya menggeleng tak percaya melihat kelakuan adiknya ini, meski sudah dewasa namun sikapnya tak pernah dewasa.
" Itu namanya kualat kamu sama orang tua, jadi apeskan?" Jawab Delvino.
" Bodoh amat, daddy juga egois banget. Dari kecil selalu dia yang nentuin jalan hidup Nara. Aku kan juga punya mimpi " jawab Nara.
"Sudah berapa lama kalian berpacaran?" Tanya nya pada Daffa.
" Baru beberapa hari yang lalu "
" Oh, masih baru. Gak masalah kan kalau kalian putus sekarang, masih belum terlambat karena hubungan kalian belum terlalu jauh" ucap Delvino.
" Abang!! Kok jahat banget sih, Nara gak mau putus sama kak Daffa " teriak Nara langsung berhambur memeluk Daffa. Ini yang di khawatirkan Nara jika keluarganya menemukannya.
" Kalau untuk itu maaf, saya tidak bisa memutuskan Nara. Karena saya sangat mencintai adik anda " jawab Daffa dengan serius.
" Cinta??" Delvino menyeringai.
" Punya apa kamu berani mencintai adik saya. Kamu belum tau siapa orang tua kami??" Lanjutnya.
" Ya. Saya tau, orang tua anda adalah orang terpandang yang memiliki kekayaan lima kali lipat lebih dari saya. Tapi saya mencintai Nara benar-benar tulus, saya ingin membahagiakan dia dengan cara saya sendiri " ujar Daffa.
Sepertinya Delvino tak menemukan kebohongan di sorot mata Daffa, " Oke. Saya akui ketulusan kamu. Tapi jangan besar kepala dulu, saya boleh saja merestui hubungan kalian. Tapi daddy saya? Dia lah yang orang harus anda yakinkan?" Jawab Delvin.
Nara semakin menangis kencang dipelukan Daffa. Masa iya kisah cintanya seperti sinetron harus melalui rintangan berat untuk mendapat restu.
" Nara kemasi baju-baju mu ikut abang ke apartemen " perintah Delvino.
" Nggak mau!" Tolak Nara langsung memegang erat lengan Daffa.
" Nara, kalau kalian tinggal berdua terus abang gak bakal jamin dia bisa menahan. Ayo kita pulang!" Ucapnya lagi. Delvin tak habis pikir dengan adiknya ini, virus bucin ternyata sudah menghinggapinya.
" Besok mamanya kak Daffa pulang kok. Nara gak mau pulang ke apartemen abang" lagi-lagi Nara menolaknya.
Daffa mengusap kasar wajahnya. Ternyata sesulit ini kah ingin bersama Nara, gadis yang berhasil mencuri hatinya.
" Nggak papa Nara, kamu ikut abang kamu aja. Nanti kalau mau ketemu tinggal hubungi aku "ucap Daffa memberi pengertian. Yang di ucapkan Delvin ada benarnya juga. Jika selalu berdua di rumah apalagi mereka sudah berpacaran, ia juga tak yakin akan bisa menahan hasrat nya.
" Tapi.." Nara menatap iba ke Daffa meminta bantuannya.
" Udah nggak papa " Ucap Daffa mengusap lembut pucuk kepala Nara. Meski hatinya tak menginginkan Nara pergi.
Ck. Mereka bersikap manis di depan Delvino, seolah-olah tak menganggap keberadaannya. Benar- benar tak berpri-kejombloan. Delvino yang muak melihat kemesraan keduanya pun langsung keluar.
" Abang tunggu di luar, jangan lama-lama " ucapnya.
Di sepanjang jalan, Nara tak membuka suara. Hanya gerutuan dan umpatan kecil yang sejak tadi Nara layangkan ke kakak satu-satunya ini. Delvino sendiri sudah paham dengan watak adiknya yang sangat keras kepala.
" Gak usah cemberut terus, udah jelek jadi tambah jelek aja " ucap Delvin terkekeh. Sudah lama ia tak menjahili adik satu-satunya ini.
" Gak lucu " jawab Nara sewot.
" Ini juga kan demi kebaikan lo Na, lo mau sampe daddy turun tangan. Tau sendirikan gimana daddy kalau udah marah " ujarnya. Tak ada lagi bahasa formal seperti tadi jika mereka sudah berdua.
" Kebaikan apaan. Kalau daddy kayak gitu terus bisa-bisa gue jadi perawan tua bang! "
" Lo pikir cowok cuma dia doang. Banyak kali Na, dan yang pasti dia juga keluarga sultan kayak kita " jawab Delvino. Ini nih yang paling bikin muak Nara dengan abangnya, suka sekali membandingkan status sosial orang.
" Dih, bangga banget lo. Yang kaya itu daddy bukan kita. Lagian gue gak butuh keluarga yang kayak kita. Kadang jadi orang biasa itu lebih memyenangkan . Dan kak Daffa juga cinta sama gue jadi apa masalahnya" .
" Kalau gue sih gak ada masalah, tapi daddy yang bakal mempermasalahkan nya".
"Tau ah! Pusing gue. Ribet banget deh perasaan lahir di keluarga sultan " gerutu Nara.
Yah, Nara bukan lah wanita yang melihat segala hal dari uang meskipun dirinya berasal dari keluarga kaya. Karena yang Nara mau saat ini hanya lah ingin terus bersama Daffa hingga sebuah ikatan sakral akan mempersatukan mereka. Dan yang pasti tak akan mudah untuk keduanya lalui.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Mr Lie
semoga aja Daddy nya Nara kgk galak, awas aja klu galak, aq laporin mommy biar Daddy tidur di luar lg 🤣🤣🤣🤣
2021-09-15
1