Sedari tadi Daffa terlihat begitu gelisah, bilangnya tidak ada apa-apa padahal hatinya merasa ada yang mengganjal.
Nara yang sejak tadi terus memperhatikan Daffa diam-diam seperti itupun jadi geregetan sendiri.
" Kak Daffa kenapa sih mukanya nggak enak banget. Lagi galau?" Tanya Nara sudah tahan lagi.
" Nggak"
" Lah terus kenapa dari tadi jidat kakak berkerut terus? " Nara masih penasaran dengan jawaban Daffa.
" Apa kamu pindah tempat kursus aja ya Na?" Ucapnya tiba-tiba.
" Hah! Kenapa? Gak usah kak lagian disana enak kok dan juga gak terlalu jauh dari rumah" ucap Nara yang terkejut mendengarnya.
" Masalah nya mantan kamu yang punya gedung itu" ujar Daffa sedikit lesu.
" Hubungannya apa?" Nara semakin bingung dengan sikap Daffa sekarang ini.
Daffa menggenggam erat setir mobilnya menahan emosi yang hendak meluap dari tadi, gadis di sebelahnya ini benar-benar tidak peka.
" Gak baik sering ketemu mantan. Dan juga saya gak suka kamu deket-deket sama dia" ujar Daffa yang tampak serius.
Hmm..sepertinya ada tanda-tanda.
Nara tersenyum menatap raut wajah Daffa yang terlihat tak santai itu. Ia kini merasa kalau cintanya tak bertepuk sebelah tangan.
" Kak Daffa cemburu?" Celetuk Nara.
Ckiitt....
Tiba-tiba Daffa mengerem,untung saja jidat lebar Nara tidak sampai mengenai dashboar mobil karena tertahan oleh seatbelt yang ia gunakan.
" Kak! Kalo mau mati jangan ngajak-ngajak dong. Gue belum kawin!" Teriak Nara tanpa sadar. Ia memegangi dadanya yang berdebar karena kaget.
" Maaf maaf tapi kamu gak papa kan?" Tanya Daffa yang terlihat khawatir saat melihat wajah pucat Nara akibat panik.
" Aku nya gak papa, tapi jantung aku nih udah mau lompat keluar rasanya. Bahaya tau ngerem mendadak kayak gitu, untung di belakang lagi gak ada kendaraan lain" omel Nara.
" Iya iya maaf, tapi benerkan gak ada yang luka? " jawab Daffa sembari memeriksa kening Nara yang nyaris kejedot.
" Iya nggak apa-apa " jawab Nara.
" Lalu gimana menurut kamu. Mau pindah tempat?" Ucapnya kembali ketopik pembicaraan.
" Gak usah. Lagian disana tempatnya nyaman dan juga ada diskon besar kan untuk biaya kursusnya. Supaya bisa lebih hemat biaya " jawab Nara tegas. Sekedar informasi, meski Nara anak sultan dia itu termasuk anak yang tak suka menghambur-hamburkan uang. Dan termasuk cewek pemburu diskonan.
" Karena di sana ada mantan kamu kan?" tanya Daffa menatap kesal Nara yang tak mau mendengarnya.
" Emang ada apasih sama mantan? Heran deh sama sikap kakak yang seolah- olah kayak lagi cemburu ke pacarnya " lama-lama Nara jadi kesel juga dengan sikap aneh Daffa hari ini.
"Iya aku cemburu! Aku cemburu lihat dia deket kamu, aku gak suka cara dia lihat kamu seolah-olah kamu itu dewi di matanya " tanpa sadar Daffa mengungkap uneg- unegnya.
Nara hanya mengedip-ngedipkan matanya tak percaya melihat Daffa yang menggebu-gebu saat ia mengatakan cemburu. Oh, ayolah ini adalah momen yang paling Nara tunggu. Dan akhirnya dengan sendirinya Daffa menunjukkan perasaan yang sebenarnya. Membuat perasaan Nara kian membuncah.
" Cemburu kenapa? Emang kakak pacar Nara?" Ucap Nara yang semakin ingin menarik Daffa agar ia kembali menyatakan perasaan nya dan berakhir pada status pacaran.
" Iya. Saya mau mulai sekarang kamu jadi pacar saya dan hanya akan menjadi milik saya" ucapnya dalam sekali tarikan nafas. Tanpa aba-aba Daffa memajukan wajahnya dan menempelkan bibirnya ke bibir ranum Nara. Hingga membuat si empunya mengerjap tak percaya.
" Dan saya gak terima penolakan " ucap Daffa ketika bibir mereka terlepas dengan deru nafas yang memburu.
Emang sontoloyo nih orang, udah maksa nyuruh jadi pacarnya eh, malah langsung nyosor aja.
" K-kak.." Nara masih masih mematung menatap Daffa. Antara pengen nabok sama seneng, Nara melihat Daffa yang masih terlihat santai sembari ibu jarinya mengusap bibirnya yang sedikit basah.
" Iya. Saya akan jujur. Sebenarnya saya suka sama kamu, saya juga gak tau kapan munculnya perasaan ini. Yang jelas saya ngerasa nyaman dan seneng saat sama kamu " jelas Daffa sembari menggenggam jemari Nara.
Nara menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Daffa menatapnya dengan tatapan lembut yang sukses membuat jantung Nara kembali berdebar tak beraturan.
" Kamu mau kan.."
" Iya aku mau " Nara langsung mengangguk cepat tanpa mendengar kelanjutan ucapan Daffa.
" Emang mau apa?" Goda Daffa.
" Jadi pacar kakak kan?"
" Pede banget! Kan belum selesai ngomongnya " ucap Daffa, yang sengaja membuat Nara jadi sebal.
Bugh!!
Nara meninju dada Daffa dengan kesal.
" Ngeselin banget sih, orang lagi serius juga. Jadi beneran nih bukan mau nembak?" gerutu Nara memeberengut kesal.
" Kalau ditembak mati dong kamunya"
Astaga! Rasanya tangan Nara sudah gatal ingin memukul laki-laki menyebalkan di sampingnya ini.
" Iya..iya..kita ulang deh " ucap Daffa tertawa renyah. Kemudian ia membenarkan posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Nara sambil memegang tangannya.
" Kamu mau kan jadi pacar aku? Bukan sekedar pacar tetapi sebagai calon istri dan anak-anak aku nantinya " ucap Daffa menatap serius Nara.
Bukan main senangnya Nara saat ini. Apalagi dengan kata-kata manis Daffa yang baru pertamakali ini ia dengar. Andai mereka tidak sedang dalam mode terharu sudah dipastikan Nara akan jingkrak-jingkrak seperti orang gila.
" Kakak serius mau jadiin aku calon istri?" Tanya Nara.
" Serius lah Na, usia aku udah matang untuk memulai rumah tangga. Apa kamu belum siap untuk menikah?" Tanya Daffa yang melihat keraguan di mata Nara.
Sekarang Nara jadi bingung sendiri, disaat ia tau akan perasaan Daffa malah ada satu permasalahan yang mengganggu pikirannya. Yah, ini persoalan tentang keluarganya. Apalagi mengingat daddy nya yang begitu pemilih dalam hal calon pendamping. Apa iya Daffa bisa memenuhi kriteria yang daddy nya inginkan. Tau lah ya, kalau orang kaya biasanya ingin mendapat menantu yang sepadan dengan keluarga mereka.
" Kenapa Na kok malah bengong?" Tanya Daffa yang merasa tak ada respon dari Nara.
" Emm...untuk itu. Aku agak ragu kak, soalnya kakak belum tau seluruhnya kan tentang kehidupan ku " jawab Nara .
Nara masih belum siap untuk memberitahu Daffa kalau dia itu anak dari pengusaha batu bara yang daftar nama nya terletak di urutan ke dua orang terkaya seIndonesia. Nara takut saat mendengar itu Daffa akan berubah dan menyerah dengan hubungan nya.
" Ya udah gak papa. kita jalani aja dulu sekarang. Saya gak maksa " ucap Daffa langsung memeluk Nara sembari mencium pucuk kepala Nara.
Nyaman dan hangat. Mungkin itulah yang Nara rasakan. Nara menyandarkan kepalanya kedada Daffa menghirup lama aroma yang begitu wangi.
' calon imam idaman '
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Mr Lie
akhirnya Daffa mengutarakan perasaannya 🤗
2021-09-13
1
Ndhieanhie C'chayu Lestarie
jdian
2021-09-13
0
Fabro Os
lanjut kak 👍
2021-09-13
0