Nara benar-benar merutuki kebodohannya kemarin yang kabur dari Fahri. Dan kini berujung dengan dirinya harus terbaring seharian diatas tempat tidur. Yah, karena terlalu capek, telat makan, ditambah ia terkena angin laut. Tubuh Nara menjadi drop, sejak semalam ia menggigil kedinginan serta suhu tubuhnya yang panas.
Untung ada pembantu Tania yang tak sengaja melihat Nara dikamarnya. Dan dengan segera ia melaporkan hal itu kr keluarga Daffa.
" Ck..kalau udah ngerasa gak sehat kenapa diem aja" ucap Daffa yang duduk disebelah Nara, sejak pagi Daffa telah menjaga Nara.
" Maaf kak, aku juga baru ngerasa gak enak badan pas tadi malem " cicit Nara lirih.
" Ya udah, aku tinggal dulu ada kerjaan soalnya. Gak papa kan kamu sama bibik "
" Iya.."
Daffa pun pergi keluar kamar, sebenarnya ia tak tega meninggalkan Nara dalam kondisinya yang sekarang ini. Bagaimana pun Nara bekerja dengan nya tentu saja ia sudah menjadi tanggung jawab Daffa.
Benar saja baru satu jam ia berada diluar, pikiran nya dipenuhi oleh Nara. Membuatnya tak berkonsentrasi.
" Pak..pak Dafa..." seorang pria paruh baya yang merupakan rekan kerjanya beberapa kali memanggil Daffa yang tampak tak mendengar.
" Pak Daffaa!" Kali ini dengan suara yang meninggi, hingga Daffa tersentak kaget.
" Ah...iya "
" Maaf pak..sepertinya ada yang mengganggu pikiran anda? " tanyanya.
" Sebenarnya iya pak..maaf sebelum nya pak Wijaya sepertinya saya akan pulang" ucap Daffa merasa tak enak hati.
" Apa ada yang sakit? "
" Iya..maaf ya pak saya harus buru-buru pergi " ucap Daffa lagi kemudian ia langsung pergi.
Rumah Tania tampak sepi, hanya ada pembantunya saja dirumah. Karena mama dan kakak nya itu sedang pergi kerumah sakit untuk check up kehamilannya. Daffa langsung menuju kamar Nara.
" Masih panas " ucapnya saat ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Nara.
" Nara..Nara.." Daffa mencoba membangunkan Nara yang tampak lelap.
Nara memaksa membuka kedua mata nya yang terasa amat berat.
" Kak Daffa udah pulang? Cepet banget?"
" Iya..kerjaan ku udah selesai. Kita kedokter ya? Panas kamu belum turun-turun "
Nara hanya mengangguk lemah, Daffa pun langsung menggendong Nara. Daffa benar-benar sangat mengkhawatir kan keadaan Nara yang tampaknya semakin memburuk. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.
***
" Gimana dok keadaan nya? Apa sakitnya parah?" Tanya Daffa saat dokter keluar dari ruangan Nara.
" Cukup buruk, sepertinya dia punya riwayat penyakit tipes. Terlalu lelah mungkin penyebab penyakit nya kambuh. Apa lagi kondisi fisik nya yang memang lemah " jelas sang dokter.
" Apa dia harus dirawat di rumah sakit?"
" Di rawat dirumah saja sudah cukup. Hanya tolong perhatikan pola makan dan jangan suruh dia bekerja terlalu berat dulu ya "
Setelah dokter itu pergi Daffa segera masuk kedalam ruangan. Daffa memandang wajah Nara yang pucat, tak ada ocehan, tak ada candaan Nara yang biasa Daffa lihat ternyata tak sekuat yang ia kira.
" Cepet sembuh, saya tak suka lihat kamu begini " ucapnya lirih kemudian mengecup lembut kening Nara.
Tak terasa hari semakin malam, Daffa yang masih menunggu Nara sadar sampai ketiduran disamping Nara. Sedangkan Nara yang baru membuka mata, ia dikejutkan saat melihat Daffa yang tertidur disebelahnya. Nara menatap lama wajah itu, wajah yang selalu mengusik pikirannya.
" Apa iya gue suka sama dia? " ucapnya, tangan nya terulur menyentuh rambut Daffa membuat si empunya terbangun.
" Eh..udah bangun kamu Na? Gimana masih pusing? Apa ada yang sakit? Saya panggil dokter aja ya.."
" Gak usah, aku udah mendingan kok. Kenapa aku bisa ada disini? Perasaan tadi masih dirumah"
" Saya yang bawa kamu. Soalnya panas kamu gak turun-turun. Lainkali kalau udah ngerasa gak enak badan jangan dipaksain kerja "
" Hehe...aku juga gak terlalu ngerasain nya. Soalnya kemarin aku baik-baik aja kok "
" Ya udah, kamu tunggu sebentar aku panggilin dokter dulu. Katanya tadi kamu udah boleh pulang malem ini " ucap Daffa. Nara pun mengangguk kecil.
Nara melihat Daffa yang keluar ruangan dengan tersenyum. Entah kenapa ia merasa sikap Daffa itu seperti rasa perhatian dari seorang kekasih.
Tak lama kemudian, Daffa datang bersama seorang dokter untuk memeriksa kembali kondisi tubuh Nara.
" Panas nya udah turun, seperti nya kondisinya membaik. Dia udah boleh pulang " ucap dokter itu setelah melakukan pemeriksaan sebentar.
" Baik, terimakasih dok " ucap Daffa.
" Sama-sama. Kalau begitu, saya permisi dulu" jawab dokter itu kemudian ia keluar ruangan.
" Ayo kita pulang, kak Tania sama mama pasti udah khawatir dirumah " ucap Daffa membantu Nara turun dari tempat tidur.
" Yah, sandal aku mana? Gak di bawa ya tadi pas bawa aku ke sini?" Tanya Nara yang tak melihat ada sandalnya di lantai.
" Nggak saya bawa tadi..kalau gitu biar saya gendong kamu "
" Hah! Eh, gak usah. Nyeker aja gak papa lagian deket sini kan parkiran nya " tolak Nara. Sudah gugup ini malah ditambah mau digendong Daffa, bisa- bisa jantung nya akan melompat keluar.
Tapi yang namanya seorang Daffa, tetap lah Daffa. Setiap perkataannya tak bisa dibantah. Tanpa aba-aba ia langsung menggendong Nara dan membawa nya keluar.
Bayangkan saja saat ini keduanya tengah menjadi pusat perhatian orang-orang disepanjang koridor rumah sakit. Bahkan terdengar banyak yang memberi pujian kalau mereka itu pasangan yang romantis.
" Kak malu! " cicit Nara menyembunyi kan wajah nya di ceruk leher Daffa.
" Biarin aja..anggap perkataan mereka itu benar" jawab Daffa.
" Hah! Apa nya yang benar ?"
" Ck..lupakan kalau gak ngerti maksud mereka. Dasar bodoh!" Cibir Daffa.
Bugh!
" Ish..kebiasaan banget sih. Habis ngomong manis tiba-tiba langsung ketus lagi " kesal Nara.
Sesampainya dikediaman Tania, tampak semua orang telah menunggu mereka di beranda rumah.
" Ya ampun Nara, kamu gak papa kan? Tante cemas banget loh pas Daffa telpon katanya kamu sakit " ucap mama Daffa langsung menghampiri keduanya.
" Iya Na, kamu sakit kok diem aja sih. Bikin khawatir " sahut Tania.
" Maaf kak, tante..aku juga mulai ngerasa gak enak badan tuh pas tengah malemny " jawab Nara.
" Mah..aku bawa Nara kekamar dulu ya " ucap Daffa membawa Nara masuk.
Tania tersenyum tipis memperhatikan adiknya yang tampak begitu perhatian dengan Nara. Karena selama ini belum ada yang membuat adik nya itu bisa seperhatian seperti sekarang ini.
" Mah kayak nya mereka jangan di biarin tinggal berdua deh " ucap Tania.
" Kenapa? Mamah kan sering disini. Kalau Nara juga kita suruh tinggal disini rumah gak ada yang ngurusin" jawab mamanya.
" Ck..mama gak lihat tuh kalau si bujang lapuk itu lagi kasmaran sama Nara "
" Ahh! Masa sih ngaco kamu. Menurut mama sikap dia wajar-wajar aja tuh, lagian mana mungkin Daffa suka sama pembantu. Aneh-aneh aja kamu ini " jawab Mamanya kemudian turut masuk kedalam.
" Yee..dibilangin gak percaya. Dasar emak-emak "
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Mr Lie
cie..cie.. Daffa romantis nih ye, tanda2 nih 😁🥰
2021-09-08
0
Fabro Os
lanjut kak...
2021-09-08
0