Setelah drama bujukan Nara agar bisa tinggal ditempat Daffa, akhirnya Daffa pun setuju. Karena jika dilihat kasihan juga dia, hanya hidup sebatang kara di kota besar ini. Apalagi Nara memiliki wajah yang cantik pasti akan ada banyak ancaman seksual yang menghampirinya. Terutama untuk para penjahat wanita.
" Ini rumah om?" Tanya Nara saat ia sudah berdiri didepan sebuah rumah cukup besar berwarna putih.
" Bukan. Rumah tetangga! " jawab Daffa ketus.
" Ish! Orang serius juga "
" Ya jelas rumah saya dong, tapi lebih tepatnya rumah ibu saya " jawab Daffa.
" Saya beneran mau di jadiin pembantu nih om?" Tanya Nara yang mungkin pertanyaan itu sudah sepuluh kali ia tanyakan sejak di mobil tadi.
" Iya. Lagian saya juga belum tau asal usul kamu itu, harusnya kamu masih bersyukur saya mau nerima kamu tinggal di sini " ucap Daffa kemudian ia melenggang masuk kedalam rumah.
Nara mengekori Daffa dari belakang, tampak seorang wanita paruh baya tengah duduk sembari menyeruput secangkir teh didepan televisi.
" Assalamualaikum bun " Daffa menyalami punggung tangan mama nya dan diikuti oleh Nara.
" Ini siapa Daf?" Tanya sang bunda yang kaget saat melihat Nara berdiri disamping Daffa sambil tersenyum.
" Dia orang yang gak sengaja Daffa tabrak kemarin bun, semalam udah Daffa jelasin kan sama bunda waktu di telepon, soal nama Daffa lupa tanya" jelas Daffa menyengir, bodoh sekali ia sampai lupa tanya nama gadi itu.
" Kamu ini gimana sih Daf, kok bisa namanya gak tau " ujar bunda geleng-geleng kepala.
" Oh ya, aku juga lupa memperkenalkan diri sih kemarin hehe.. kenalin tante nama saya Naraya Aprilia Fahmi, panggil aja Nara " ucap Nara memperkenalkan diri.
" Nama yang cantik.." puji bunda Daffa langsung memeluk Nara.
" Dia di sini mau jadi pembantu sementara kita bun, katanya sih dia gak punya saudara di sini. Karena kejadian kemarin semua barang nya hilang " jelas Daffa yang masih berdiri di antara mereka.
" Ya ampun, kamu nekat banget sih dateng ke kota ini tapi gak ada kenalan. Hati-hati sayang disini banyak orang jahatnya "
" Namanya juga pengen merantau, mau merubah nasib tan " jawab Nara tersenyum.
Mama Daffa tampak begitu menyukai Nara, dan kini bunda Daffa sudah memeluk Nara dengan erat. Seolah menyambut putrinya yang baru saja pulang. Membuat Daffa heran sendiri, kok bisa bundanya ini cepat akrab dengan gadis yang baru ia bawa.
" Selamat datang dirumah kami, semoga kamu betah ya tinggal disini " ucapnya begitu lembut.
Benar-benar lembut tutur bahasanya, jadi mengingatkan Nara pada mommy nya. Yah, meskipun terkadang mommynya itu agak bar-bar tetapi jika menyangkut dengan kasih sayang dia juaranya.
Sebuah ruangan berukuran 3x3 bercat putih, lengkap dengan sebuah kasur single bed dan satu buah lemari. Meski tak sebesar dirumah nya, tetapi cukup nyaman untuk di tempati.
" Kamar nya seluas kamar mandi ku di rumah " ucapnya saat netra matanya menelisik seisi kamar. Jelaslah kamar kecil itu tak bisa dibandingkan dengan kamarnya di Kalimantan yang ukuran nya jauh lebih besar.
Tok tok tok
Suara ketukan dari pintu kamar itu, sukses membuat Nara kaget, untung saja tak ada sumpah serapah yang terucap seperti biasanya ia dirumah.
" Ada apa?" Ara menatap nanar pria yang tengah berdiri diambang pintu itu . Daffa menjinjing sebuah tas hitam, sepertinya isinya itu adalah pakaian.
" Ini, bunda yang ngasih.. nanti kalau ada waktu saya belikan yang lain " ucap Daffa sembari menyerahkan tas itu ke Nara.
" Makasih " jawabnya singkat.
Daffa sampai bingung sendiri dengan gadis dihadapan nya ini. Kenapa selalu tampak tidak suka jika berbicara dengan nya.
" Ya sudah, saya pergi dulu. Ingat besok kamu sudah mulai bekerja " Daffa mengingatkan.
" Iya iya, bawel banget.." jawab Ara mendorong Daffa keluar dan segera menutup pintunya.
" Gadis itu benar-benar.." geram Daffa yang kesal dengan sikap Nara.
" Eh, tunggu dulu " cegah Nara saat Daffa hendak pergi.
" Ada apa? "
" Nama om siapa? Kan kita belum kenalan "
" Daffa, oh ya bisa gak kamu jangan panggil saya dengan sebutan om. Saya belum setua itu asal kamu tau "lalu Daffa melenggang pergi meninggalkan Nara yang belum selesai berbicara. Benar- benar menyebalkan.
Bagaimana Nara tidak kesal, mengingat saat dirumah sakit kemarin dengan tidak berperasaannya Daffa tidak mau dimintai tolong untuk mencari koper yang di tinggal kan Nara didekat bandara. Alhasil, setelah Nara keluar rumah sakit barulah mereka mencoba mencari. Tetapi terlambat, ada salah satu pemilik warung kelontongan tak jauh darintempat Nara dijambret bilang koper Nara sudah dibawa seorang pemulung.
Dan itu sukses membuat Nara nangis kejer dipinggir jalan seperti otang gila. Gimana gak nangis sementara didalam kopernya itu masih ada beberapa uang tunai dan yang pasti semua baju yang ada didalam koper nya itu gaess!! Mehong!!! Dan semuanya itu bermerk.
Di meja makan,
" Nara yakin mau jadi pembantu disini? Tante bisa loh nolong kamu kalau memang mau pulang lagi ke Kalimantan " ujar Mama Daffa ketika mereka bertiga tengah makan malam bersama.
" Yakin, tante. Niat saya kan emang mau kerja pas dateng ke kota ini. Cuma kemarin lagi apes aja ". Yaiyalah, nolak kan emang Nara niatan nya mau kabur. Kalau kembali lagi bisa-bisa dia ditertawakan oleh daddy nya yang menyebalkan itu.
" Asal jangan buat susah aja " celetuk Daffa.
" Kamu apaan sih Daf, ketus banget ngomong nya "
" Emang bener kok bun, lihat dia aja Daffa gak yakin kalau dia bisa kerja " cibir Daffa menatap remeh Nara.
" Jangan asal menilai kalau belum lihat hasilnya " tegur sang bunda.
" Tau nih tan, om Daffa itu emang nyebelin! Kalo ngomong beuuhh langsung jleb di hati " tambah Nara, supaya Daffa semakin dipojokkan oleh bundanya.
" Om?? Kamu manggil Daffa om??" Kemudian mama Daffa tergelak melihat wajah masam Daffa. Yang benar saja anaknya itu dipanggil om. Sedangkan dia saja belum punya anak apalagi menikah.
" Tuh Daf, kamu aja udah dipanggil om sama dia. Harusnya kamu cepetan cari calon istri udah tua juga" Mamanya ini terlihat senang sekali melihat anaknya tertindas.
Daffa menatap tajam Nara yang tengah menertawainya. Sepertinya Daffa menyesal sudah membawa gadis absurd ini kerumahnya. Biarpun wajahnya cantik tapi selalu buat dia kesal.
Blee..
Nara menjulurkan lidahnya mengejek Daffa.
" Udah berapa kali sih saya bilang jangan panggil om, ngeyel banget jadi cewek " ujar Daffa.
" Lah usia kita kan beda jauh tuh, wajar dong saya panggil om ya nggak bun? "
" Hahah..apa bunda bilang Daf?? "
" Terserah lah..Daffa udahan makannya. Mau langsung kekamar " ujarnya kemudian beranjak pergi.
" Lah kok ngamok!!! "
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Marwati
lanjut kak....
om dafa jgn ngambek nanti cinta
2021-09-02
0
Mr Lie
om Daffa jgn ngambek dong ✌️😂
2021-09-01
0