Alice menutup pintu kamar dengar keras, begitu Adji menyapanya. Dia merasa sangat kesal pada suaminya itu. Tapi disisi lain dia merindukannya.
Tok….
Tok….
" Istriku buka pintunya!" Adji mengetuk pintu kamar Alice.
" Aku mohon padamu!"
" Ayo kita bicarakan masalah kita!" Adji terus berbicara di balik pintu.
Alice hanya diam duduk di lantai dibalik pintu itu. Dia menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh Adji. Hati Alice bergulat dalam pertarungan perasaannya. Antara benci dengan sikap suaminya yang telah merendahkan dirinya dan tidak mempercayainya, dengan cinta dan rindu yang sudah tertanam dalam hatinya.
" Apa ini yang disebut benci tapi rindu," gumam Alice dalam hati.
Alice memasukan tangannya ke dalam saku bajunya. Dan tanpa sengaja dia menyentuh alat tes yang tadi telah di cobanya tadi. Dikeluarkan alat test pack dari dalam sakunya.
Alice entah harus sedih atau bahagia saat dirinya melihat benda berbentuk pipih itu. Garis dua terlihat jelas disana. Ini dulu yang dinanti - nanti oleh dirinya dan Adji. Tapi kini, dirinya merasa bingung. Akankah dia memberitahu Adji, atau tidak mengenai kabar ini.
Alice takut kalau Adji tidak mau mengakui bayi yang sedang dikandungnya itu.
" Istriku ayo cepat buka pintunya atau aku hancurkan pintu ini!" Teriak Adji.
" Aku tidak main - main." Teriak Adji lagi.
Ceklek….
Pintu itu akhirnya dibuka oleh Alice, dan dia keluar dari kamarnya dan berjalan melewati Adji. Alice diam saja tak merespon dengan keberadaan Adji didekatnya.
" Alice aku minta maaf!" Kata Adji dengan nada penuh penyesalan.
" Seharusnya aku percaya kepadamu dan mendengarkan dulu pembelaan mu." Kata Adji.
Alice hanya diam saja tidak memberikan tanggapan apapun atas semua perkataan yang dibicarakan oleh Adji. Dan Adji merasa sedih saat Alice diam saja tak menanggapinya sama sekali.
" Aku tahu kalau dulu perbuatan dan perkataan ku telah melukaimu."
" Aku mohon maafkan aku!" Adji berdiri menghadang Alice yang hendak turun kebawah.
Alice menatap wajah Adji dan dapat dilihat matanya yang berkaca-kaca dan tatapannya begitu terluka.
" Tidak bisakah kamu teriak memarahi aku atau kamu pukul saja aku."
" Bila itu bisa melampiaskan marahmu padaku lakukanlah."
" Setelah marahmu reda, maka maafkanlah aku."
" Aku ingin kita bisa bersama-sama lagi seperti dulu."
Adji mengungkapkan apa yang sedang dia rasakan. Tapi Alice masih saja diam. Adji dirinya baru menyadari kalau keberadaan dirinya tidak dianggap ada, ternyata begitu sangat menyakitkan, dibanding saat dimarahi oleh orang tuanya. Atau saat Alice dulu menamparnya sakitnya belum seberapa dibanding saat dirinya di diamkan seperti ini.
" Apa masih ada yang ingin dibicarakan lagi?" Tanya Alice dengan nada suaranya yang dingin.
" Aku…." Adji tidak bisa meneruskan kata - katanya saat melihat wajah Alice yang begitu dingin menatapnya.
" Jika sudah tidak ada lagi yang ingin dikatakan lagi. Pergilah!"
" Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Kata - kata yang diucapkan oleh Alice terasa begitu menusuk jantungnya kemudian dikoyaknya jantung itu. Adji diam mematung, kemudian dia terduduk bersimpuh dihadapan Alice. Sedangkan Alice berbalik arah dan masuk kembali kedalam kamarnya dan mengunci dirinya.
Sebenarnya saat Alice melihat mata Adji yang berkaca-kaca, hatinya mulai goyah. Dia ingin sekali memeluk lelakinya itu dan menenangkannya seperti biasanya.
*****
" Mama…. Papa masih menunggu di depan rumah. Katanya tidak akan pergi sampai Mama mau memaafkannya. Dan kembali ikut pulang ke mansion Kakek Bisma." Kata Rama di balik pintu.
Saat pulang sekolah tadi, Rama dan Shinta bertemu dengan Adji di depan toko. Adji pun menceritakan masalahnya pada anaknya itu. Walau Rama dan Shinta sudah mencoba merayu Alice agar bersatu lagi dengan Adji. Tapi Alice tetep saja nggak mau bertemu.
" Bagaimana ini?" Shinta bertanya pada saudara kembarnya itu.
" Aku juga nggak tahu harus bagaimana?" Kata Rama sambil meremas rambutnya.
" Apa ada ide yang bisa membuat Mama memaafkan Papa?" Shinta melihat ke arah luar jendela dan terlihat matahari sebentar lagi mulai tenggelam.
" Ayo Rama pikirkanlah sebuah ide, sebentar lagi malam akan tiba!" Shinta memaksa saudaranya.
Saat mendengar kata-kata Shinta, Rama langsung mendapatkan ide.
" Aku punya ide, tapi ini agak beresiko!" Kata Rama.
" Apa resikonya?" Tanya Shinta mulai antusias.
" Tergantung pada kondisi Papa." Kata Rama lagi.
" Apa itu?" Tanya Shinta penasaran. Kemudian Rama membisikan idenya pada Shinta.
*****
Sam baru saja selesai mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Adji. Kini datang menjemput Tuan Mudanya. Dilihatnya Adji berdiri di depan toko kue milik Alice.
" Tuan Muda, apa yang sedang anda lakukan?"
Adji tidak menjawab pertanyaan Sam. Sejak tadi Adji berdiri di depan toko sambil melihat jendela kamar Alice berharap dapat melihat perempuan itu.
" Sam." Panggil Rama dengan suara rendahnya.
Sam yang merasa ada yang memanggilnya, dia mencari sumber suara itu. Dan dilihatnya ada Rama yang melambaikan tangan ke arahnya.
" Sini!" Panggil Rama lagi.
" Ada apa?" Tanya Sam sambil menghampiri Rama.
Kemudian Rama menceritakan kejadian yang sedang terjadi. Dan Rama juga memberinya ide. Dan tak menyangka Sam pun mendukung ide itu.
Kemudian Sam menghampiri Adji yang masih saja berdiri. Kemudian Sam membicarakan idenya Rama pada Adji. Dan Adji hanya diam saja. Diamnya Adji bukan karena apa - apa hanya saja dia sudah tidak kuat lebih lama lagi berdiri disana.
Sam pun pergi meninggalkan Adji disana sendirian. Sam berdiam didalam mobil tak jauh dari toko kue milik Alice.
Tidak sampai lima menit anak - anak memperhatikan Adji di jendela atas kamarnya. Kini Adji benar - benar tergeletak diatas tanah. Anak - anak pun berlarian menggedor pintu kamar Alice.
" Mama…. Papa pingsan di depan toko!" Teriak keduanya.
Ceklek….
Pintu kamar Alice langsung dibuka dan terlihat Alice bergegas turun kebawah. Sebenarnya Alice juga diam - diam mengintip dan memperhatikan Adji lewat jendela kamarnya.
" Suamiku…. Bangun!" Alice menepuk - nepuk wajah Adji.
" Mah, bawa Papa ke rumah sakit!" Ajak Rama pada Alice.
" Oh, ya. Benar." Kata Alice.
Alice pun membopong Adji dengan gendongan ala bridal style. Shinta telah memberhentikan taxi untuk mereka. Alice melihat wajah Adji begitu pucat. Langsung panik, takut terjadi apa - apa pada Adji.
" Ayolah suamiku, sadarlah. Aku mohon!"
" Pak bisa ngebut nggak. Karena suamiku sedang sakit!" Pinta Alice pada sopir taxi.
Mobil taxi itu pun melaju dengan kencang. Dan saat sampai rumah sakit, Alice langsung membopong tubuh Adji ke tempat IGD.
" Dokter tolong suami aku!" Teriak Alice begitu sampai di ruangan Gawat Darurat. Dan dokter disana malah terpana saat melihat Alice membopong Adji.
" Dokter.... tolong suami saya ini!" Teriak Alice menyadarkannya dari lamunan.
" Baiklah Nyonya, tolong baringkan pasien."
" Bagaimana dengan keadaan suami saya ini ,Dokter."
" Maafkan kami...."
*****
JANGAN LUPA KLIK LIKE, FAV, HADIAH, DAN VOTE NYA.
KASIH BINTANG LIMA JUGA YA.
TERIMA KASIH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Nor Azlin
🤣🤣🤣🤣 doktornya malah sok habis kerana selalunya si suami yang gendong si isteri ini udah kebalikan si isteri malah gendong suami ...Adjinya pingsan kerana kelaparan ni ...ayo Alice kamu berikan kabar gembira buat si Adjinya pasti bangun dari pingsan nya ...lanjut thor
2023-06-18
1
A.0122
main bopong aja mana lari² jg disaat hamil muda
2021-12-14
2
Siti Juju
masya allah... ngakak
2021-11-22
4