Hari Senin adalah hari yang menyenangkan bagi Si Kembar. Karena mereka akan masuk sekolah dan bertemu dengan teman-temanya. Mungkin bagi sebagian orang hari Senin adalah hari yang terasa berat karena harus mulai lagi melakukan aktivitas harian. Si Kembar sering membawa kue-kue buatan Mamanya ke sekolah, mereka akan membagikan ke temannya sebagai promo makanan yang akan di jual hari ini. Mereka berdua selalu menyusun kue-kue itu dalam kotak makanan.
Sekolah mereka berdekatan dengan taman kota. Dan jarak dari rumah ke sekolah cukup dekat, jadi mereka selalu jalan kaki. Walau usianya baru lima tahun, si kembar sudah masuk kelas satu sekolah dasar. Saat mereka berdua berjalan melewati taman kota di lihatnya seorang kakek duduk di kursi taman kota sendirian sambil menghadap matahari pagi. Kakek itu mengusap wajahnya untuk menghapus air mata di pipinya. Melihat itu Shinta mengajak Rama, menghampiri Kakek itu.
"Selamat Pagi, Kek!" Sapa Shinta begitu berdiri di hadapan si Kakek.
"Selamat Pagi juga, Nak."
"Sedang apa Kakek duduk sendirian di sini?"
Shinta dan Rama dengan tidak tahu malu duduk di samping si Kakek dan memandangi wajahnya.
"Kakek sedang menikmati sinar matahari pagi," jawab si Kakek sambil tersenyum.
"Tapi, tadi kami lihat Kakek menangis?"
Mata Shinta dan mata si Kakek beradu pandang. Saat itu Shinta bisa tahu kalau si Kakek lagi sedih karena cucu yang disayanginya.
"Kakek tidak apa-apa, kok." Si Kakek tersenyum pada Shinta dan Rama.
"Kek, ini kami bawa kue. Coba makan, ya! Siapa tahu bisa mengembalikan perasaan Kakek jadi lebih baik."
Rama menyodorkan kotak bekal yang berisi kue buatan Mamanya. Serta disambut oleh si Kakek dengan perasaan haru, atas perhatian dua anak kecil yang baru ditemuinya itu. Si Kakek mencoba kue yang rasa coklat, begitu masuk di mulut rasa coklatnya langsung terasa lumer, dan rasanya sangat enak. Si Kakek sungguh menyukainya. Kemudian, dia mencoba satu per satu rasa kue yang ada di dalam kotak, ternyata dia menyukai semua rasanya.
Saat jam tangannya menunjukan pukul tujuh Rama mengajak Shinta untuk masuk ke sekolah, karena bel masuk sebentar lagi berbunyi.
"Kakek kami berdua permisi dulu, sebentar lagi bel masuk akan berbunyi."
Rama dan Shinta pun pamit pada si Kakek.
"Kakek kapan-kapan mampir ke toko kue kami yang ada di ujung jalan sama, ya!" Shinta langsung promosi toko kue Mamanya.
*****
Hari sudah siang, saatnya kedua anak kembarnya itu pulang. Alice sedang membereskan karung-karung terigu dan gula yang baru datang di gudang dekat dapurnya.
"Akhirnya sudah beres. Tinggal ganti lampu yang mati di pinggir jalan."
Alice menyeka keringatnya pakai tangan yang kotor, sehingga kotorannya nempel di wajah dia. Tanpa sadar dengan keadaannya, Alice berjalan ke luar toko untuk mengganti lampu yang di samping jalan depan toko kuenya. Alice membawa kursi dan lampu neon baru dengan sebelah tangannya. Dengan memiliki tubuh yang mencapai seratus tujuh puluh dua centimeter tidak membuat Alice kesulitan saat mengganti lampu.
"Sudah beres. Tinggal menyiapkan makan buat Si Kembar."
Saat Alice hendak turun dari kursi ada orang yang lewat disampingnya yang memanggul gulungan karpet. Saat orang itu membalikkan badan karena ada suara yang memanggil. Gulungan karpetnya menyenggol pinggul Alice sehingga kehilangan keseimbangan, dan sialnya lagi ada orang di depannya.
Bruuug!
Tubuh Alice jatuh menimpa seseorang yang sekarang berada di bawahnya. Seperti Dejavu, dirasakan Alice saat dirinya menimpa tubuh laki-laki dan bibir mereka bersentuhan, serta iris mata yang sama.
'Eh?'
Alice baru sadar kalau dia lagi menindih tubuh laki-laki dan bibir mereka menyatu.
"Tuan Muda, anda tidak apa - apa?"
Mendengar suara seseorang yang mendekat, Alice cepat-cepat bangun dari posisinya. Saat dirinya berdiri sambil menepuk debu yang menempel di tubuhnya. Terlihat kalau kedua anak kembarnya sudah berdiri di dekat dia. Alice sangat terkejut melihat itu.
"Tuan Muda, apa ada yang sakit?" tanya lelaki yang baru datang menghampiri mereka.
"Tidak apa-apa, Sam."
Mendengar kata-kata yang tidak asing baginya, Alice membalikkan badannya menghadap orang yang tadi tertimpa tubuhnya.
"Kau ...!" Alice menunjuk orang yang tadi tertindih olehnya.
"Wah, apa kamu itu tipe orang yang suka menindih tubuh lelaki," kata lelaki itu.
"Hai, Tuan Muda! Mau dulu atau pun sekarang itu terjadi karena kecelakaan." Alice tidak terima dengan tuduhan yang dilayangkan untuknya.
"Oh, ya. Tapi kenyataan kalau kamu itu suka menindih tubuh aku. Dan ini bukan yang pertama atau kedua kalinya, kamu melakukan itu!"
Lelaki berbadan tinggi dan agak kurus itu memasang wajah sebal pada Alice. Kini keduanya saling tatap, seolah sedang memperlihatkan siapa yang kuat dan mampu mengintimidasi lawannya.
"Mama!"
Suara dari kedua anaknya yang terdengar bersamaan, membuat Alice tersadar. Lalu dilihatnya kedua anaknya yang memasang wajah tanda tanya.
"Apa mereka berdua anakku?" tanya lelaki yang tubuhnya tadi ketiban.
"Buka. Mereka adalah anakku!"
Alice langsung menyambar tangan kedua anaknya, dan masuk ke dalam toko. Lelaki itu pun mengikutinya masuk ke sana, disertai oleh asistennya.
"Katakan kalau kedua anak itu, adalah anak yang kamu kandung dan dilahirkan akibat dari percintaan kita pada malam itu!" kata lelaki itu bersikukuh.
"Kenapa kamu yakin, kalau aku hamil karena kejadian malam itu?"
"Karena wajah mereka ada miripnya sama aku. Iya, kan. Sam?" tanyanya pada sang asisten yang berdiri di sampingnya.
"Iya, benar Tuan Muda. Mereka berdua wajahnya mirip dengan anda," jawab asistennya membenarkan ucapannya.
"Jangan merasa yakin, kamu kira hanya kamu saja laki-laki yang pernah tidur denganku," bisik Alice di telinga lelaki itu.
"Kalau begitu ayo kita tes DNA!" Tantang lelaki itu.
"Dan kenyataan lainnya kalau aku adalah lelaki pertama yang menyentuhmu." Gantian lelaki itu berbisik di telinga Alice.
"Ayo, Sam kita pergi ke rumah sakit untuk tes DNA bersama mereka!" Perintahnya pada sang asisten.
Kedua anak kembar itu hanya diam membisu melihat pembicaraan Mamanya dengan pria asing yang mengaku Papanya.
"Mama?"
Alice berjongkok dan menghadap kedua anaknya. Kedua anaknya melihat kebenaran dari mata Mamanya. Rama dan Shinta saling memandang, kemudian mereka menganggukkan kepalanya. Mereka kini tahu siapa sosok Papanya yang selalu di sembunyikan Mamanya.
"Ada apa Sayang?"
"Kita mau melakukan tes DNA dengannya!"
Kata-kata yang diucapkan oleh Rama terasa menembus jantungnya. Alice takut kalau lelaki itu tahu bahwa si Kembar adalah anaknya, dia akan membawanya pergi. Mata Alice langsung berkaca-kaca, karena tahu akan jawaban dari tes itu kalau dilakukan. Kedua anaknya dapat merasakan kesedihan dari Mamanya. Maka mereka pun saling berpelukan.
"Mama tenang saja. Kita berdua tidak akan meninggalkan Mama."
*****
JANGAN LUPA KLIK LIKE, FAV,HADIAH, DAN VOTE NYA JUGA YA.
DUKUNG AKU TERUS DENGAN MEMBERIKAN JEMPOL YANG BANYAK.
TERIMA KASIH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
A.0122
bnr² Dejavu itu mah
2021-12-13
0
😘Mrs. Hen😘
semangat💪💪💪
2021-11-23
2
Death angel
coba kasih ketegangan dulu thor, gk langsung ketemu gitu 😗
2021-10-27
4