Kini Kakek Bisma sedang main bersama si Kembar di teras belakang mansion. Kebiasaan si Kembar kalau sedang main atau mengerjakan pekerjaan rumahnya suka sambil selonjoran di lantai. Mereka tertawa bersama, entah apa yang mereka bicarakan hingga membuatnya tertawa seperti itu. Alice hanya memperhatikan mereka sambil duduk di kursi dekat pintu.
" Malam ini sebaiknya kamu dan anak-anak menginap saja di sini?" Kata Adji yang baru saja duduk di samping Alice.
" Tergantung anak-anak saja. Kalau mereka mau menginap, maka kita akan menginap. Tapi bila anak-anak tidak mau, maka kita akan pulang." Jawab Alice.
" Aku senang melihat Kakek bisa tersenyum bahagia seperti itu."
" Alice ayo kita menikah!" Ajak Adji penuh harap.
" Kenapa kamu selalu ingin mengajak aku menikah?"
" Karena aku ingin memberikan status yang jelas buat kamu dan anak-anak." Adji menatap dengan serius ke arah Alice.
Alice yang di tatap seperti itu, membuat jantung Alice berdetak dengan sangat kencang. Sebenarnya juga dia ingin anak-anaknya punya status yang jelas, siapa ayah mereka.
" Bolehkah aku pikirkan dahulu?"
" Kenapa harus dipikirkan?"
" Tinggal jawab saja mau." Adji terlihat tidak sabar.
" Sudahlah besok kita menikah. Aku sudah siapkan semua berkas yang di perlukan."
Mendengar perkataan Adji, Alice merasa campur aduk perasaannya. Marah, iya tentu saja. Tak percaya, iya. Kesal, sudah pasti. Senang, ada sedikit. Pusing, apa lagi. Laki - laki yang duduk disampingnya itu, sering membuat dia tak berkutik.
Alice menarik napasnya dalam-dalam. Sejak dulu dia mendambakan memiliki satu keluarga yang utuh dan harmonis. Sejak bayi hidup di panti asuhan tanpa tahu siapa orang tuanya. Saat dewasa dia hamil tanpa adanya suami. Dan ketika dia sudah punya dua anak, orang - orang bertanya kemana ayahnya si Kembar.
Sejujurnya Alice ingin sekali punya suami tempatnya bermanja dan berkeluh kesah. Tempat berbagi kasih sayang dan cinta. Teman yang selalu ada dalam keadaan apapun. Rekan yang bersama-sama membesarkan anak - anaknya.
Tapi menjadi istri dari seorang CEO PANDAWA, tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Alice merasa tertimpa beban berton-ton saat memikirkan itu saat ini. Alice sudah senang dengan kehidupannya saat ini. Punya usaha yang lancar dan anak-anak yang sehat dan cerdas.
" Alice kenapa kamu malah diam."
" Aku tidak bisa berkata-kata lagi Tuan Muda." Jawab Alice frustasi.
" Kalau kamu tidak bisa berbicara, cukup anggukan saja kepalamu. Maka aku pun akan mengerti. Karena aku bukan orang bodoh."
Kata-kata Adji yang seperti ini, yang sering membuat Alice tak berkutik, tidak tahu harus berkata seperti apa.
" Sam, apa sudah beres semua persiapan untuk pernikahan ku besok?" Tanya Adji saat melihat Sam turun dari tangga.
" Sudah siap semuanya Tuan. Sekarang tinggal memilih pakaian pengantinnya."
" Dan sebentar lagi mereka akan sampai ke sini, membawa hasil karya terbaik mereka." Sam menjawab sambil melihat jam tangan di pergelangan tangannya.
Mendengar ucapan Sam, membuat Alice tercengang saking tak percaya akan apa yang barusan dia dengar.
" Nggak Tuannya, nggak asistennya. Dua-duanya sama-sama gila." Gumam Alice merana.
" Kerja Bagus Sam."
" Oke, Alice. Ayo kita siap-siap fitting baju pengantin." Adji berdiri di hadapan Alice dan mengulurkan tangannya.
Bagai terhipnotis, Alice menyambut uluran tangan Adji tanpa sadar. Dan mereka berjalan menuju ruang paviliun mansion yang berada di sebelah kanan bangunannya.
*****
Kini Alice sedang mencoba gaun pengantin warna broken white. Dengan model potongan dadanya rendah sehingga menampilkan bagian dada atasnya terlihat. Melihat itu Adji terpana di buatnya. Tapi kemudian dia tersadar kalau dia tidak mau memperlihatkan aset Alice yang akan menjadi miliknya kepada orang lain.
" Bagaimana Tuan? Nona kelihatan cocok sekali menggunakan gaun itu. Apalagi dengan postur tubuh nona yang sangat tinggi." Kata si Perancang busana.
Adji mengakui apa yang dikatakan olehnya itu. Tapi Adji tidak mau memperlihatkan yang hanya boleh dilihat olehnya saja.
" Tidak ganti lagi. Itu kurang cocok."
Kali ini gaun pengantin dengan model tanpa lengan dan bagian dadanya rendah. Melihat itu, jantung Adji berdetak dengan kencang. Dia tak menyangka kalau Alice memiliki tubuh yang mulus. Adji menelan ludahnya secara tanpa sadar.
" Tidak.... Tidak.... Ganti lagi."
" Oh sayang sekali padahal ini gaun yang indah. Nona anda terlihat sangat seksi, saat menggunakan gaun ini." Kata si Perancang itu.
Alice sangat bersyukur kalau Adji tak menyukainya. Karena dianya sendiri juga merasa risih melihatnya.
" Bolehkah saya memilih gaun yang ini?" Tanya Cantika sambil memegang baju nikah yang sejak tadi mencuri perhatiannya.
" Iya, silahkan Nona."
Alice pun mencoba memakai gaun pengantin dengan senang hati.
" Bagaimana? Apa terlihat cocok dengan aku?"
Alice memutar tubuhnya di depan semua orang yang ada disana. Dan itu membuat Adji terpesona. Gaun yang di pakai oleh Alice adalah model sederhana tapi sangat terlihat elegan. Semua tubuhnya tertutup oleh kain baju pengantin, tapi bentuk gaun pernikahan itu memperlihatkan bentuk rubuhnya, dan itu membuatnya terlihat seksi.
" Coba lagi yang lainnya," kata Adji yang tak lepas matanya memandang Alice.
" Tapi aku suka yang ini. Modelnya sederhana dan nyaman saat dipakai dibanding dengan baju pengantin yang lainnya tadi."
" Ya sudah kalau kamu mau yang itu." Akhirnya Adji menyetujui pilihan Alice.
" Coba pakai yang ini." Adji menyerahkan gaun pengantin warna merah marun yang banyak bertaburan Swarovski yang berwarna senada dengan kain bajunya.
Alice pun mencoba gaun pengantin pilihan Adji, dan itu terlihat sangat sempurna saat Alice memakainya. Kesan mewah dari baju itu membuat Alice sangat pangling, hingga dirinya sendiri tak percaya. Dia merasa menjadi sangat cantik saat menggunakan gaun itu.
Ceklek!
Terdengar pintu di buka dan memperlihatkan anak kembarnya yang masuk kesana.
" Mama cantik sekali pakai gaun pengantin itu." Kata Shinta dan Rama pun mengangguk membenarkan perkataan kembarannya.
" Benarkan, Mama pantas memakai gaun itu?! Papa loh yang memilihkannya untuk Mama." Kata Adji membanggakan dirinya.
" Papa Shinta juga mau baju yang seperti itu!"
" Itu sudah Papa persiapkan di sana. Punya Rama juga ada." Adji menunjukan deretan gaun tak jauh dari tempatnya Shinta berdiri.
Kini keempat orang itu memakai baju dengan warna yang sama. Dan mereka memilih empat model baju tiap orangnya. Untuk di gunakan besok di hari pernikahan Adji.
" Mama dan Papa beneran besok akan menikah?" Tanya Rama sambil memandang kedua orang tuanya.
" Iya, Sayang. Apa kamu senang?" Tanya Adji balik sama Rama.
" Tentu saja Rama sangat senang."
" Bukan hanya Rama saja yang senang. Shinta juga sangat senang. Akhirnya kita sekeluarga bisa berkumpul." Shinta tersenyum lebar.
*****
JANGAN LUPA KLIK LIKE, FAV, HADIAH, DAN VOTE NYA. DUKUNG AKU TERUS, YA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Diah Susanti
cantika🧐🧐🧐
2025-01-13
1
ciru
cakeep.
2023-07-03
1
Nor Azlin
🤣🤣🤣🤣salam kenal Pocong Family salam kenal dari kenyalang family dari sarawakian ...salam juga buat author semoga sihat & sukses selalu cerita mu sangat keren sekali ..lanjut thor
2023-06-18
1