Ibra membaringkan tubuhnya diranjang yang menghadap ke jendela kamarnya yang lebar sehingga ia bisa menikmati pemandangan malam sebagian kota Jakarta yang di penuhi dengan lampu-lampu.
Hem, viewnya bagus banget, nggak salah aku pilih lantai lima belas.
Dan Ibra benar-benar mengabaikan pesan dari Inayah.
Biarkan dia penasaran, nanti kan dia bakalan tau sendiri.
Tiba-tiba ponsel yang masih di dalam genggamannya bergertar. Saat melihat ke layar ponsel.
Papa memanggil.
--- dalam panggilan ---
"Ibra, kamu dimana?"
"Maafkan aku Pa, aku nggak bisa pulang kerumah. biarkan aku tinggal terpisah dari kalian ya, aku udah membeli satu apartemen dan akan tinggal disini seterusnya." dengan berat hati Ibra harus mengatakan ini kepada Papanya.
"Dasar keras kepala, ya sudah terserah kamu. sekarang kamu sudah dewasa, sudah bisa menentukan pilihan, tapi tolong jalani perusahaan dengan baik, gantikan posisi Abangmu, biarkan dia fokus dengan perusahaan di Surabaya."
"Iya Pa, kalau soal perusahaan, Ibra janji. Makasih atas pengertian nya Pa." ucapnya dengan hati-hati.
"Baiklah, Papa pegang janjimu."
--- Panggilan berakhir ---
Setelah mengakhiri panggilan dengan Papanya, Ibra mencoba menghubungi Ridwan, namun tak ada jawaban.
"Kemana nih anak," kemudian mulai mengetik pesan,
Gue udah dipindah ke apartemen, jangan nyari gue di kantor lagi ya.
Setelah mengirimkan pesan tersebut, kemudian Ibra mengirimkan share location kepada Ridwan.
***
Sementara di tempat lain, Ridwan dan Yasmin sedang makan bersama. Ridwan membuka pesan dari Ibra, dan tersenyum membalas pesan Ibra,
Ya udah bentar lagi gue mampir.
"Yasmin,"
"Iya Pak?"
"Benar kan saya bilang kalau bawa wanita cantik klien pasti langsung deal. hehe,"
"Mungkin hanya kebetulan Pak," jawab Yasmin malu-malu.
Ridwan, laki-laki itu sangat pandai merayu wanita. Tapi tidak sembarang wanita, hanya wanita yang berhasil masuk ke pandangan dan hatinya sajalah yang ia dekati.
Setelah mengantar Yasmin kembali ke kantor, Ridwan langsung menuju lokasi yang dikirimkan oleh Ibra. Saat tiba di lokasi, Ridwan menelpon Ibra.
"Lantai berapa? nomor berapa? lo ngasih alamat nggak lengkap."
"Sorry men, lantai lima belas nomor dua ratus dua lima," jawab Ibra.
Sambil berjalan menuju lift, Ridwan mengakhiri panggilan nya. Tak lama kemudian, bel berbunyi, Ibra membuka pintu.
"Lo nggak bawa apa-apa? gue lapar belum makan."
ucap Ibra.
"Enggak, kan lo nggak bilang." sambil melihat sekeliling di dalam apartemen Ibra.
"Gue haus," kemudian Ridwan membuka kulkas dan tidak ada apa-apa di dalamnya.
"Masih kosong, kan lo tau gue baru pindah,"
"Lo benar-benar keras kepala ya, lo ngabisin duit cuma buat beli apartemen." Ridwan berbaring di sofa.
"Gue nggak cuma beli apartemen nya, tapi kebebasan nya, gue mau hidup tenang dan bebas." Jawab Ibra.
"Bebas? jangan-jangan supaya lo bisa bawa perempuan sesuka lo ya, hahaha." Ridwan menertawakan Ibra.
"Gue nggak segila itu, kalau pun iya. paling cuma satu perempuan."
"Siapa?" Tanya Ridwan mengerutkan dahinya.
"Ya gue belum tahu, mungkin suatu saat."
"Ah, ternyata masih dalam khayalan lo. oh iya Inayah gimana? ketemu? masih hidup kan?"
"Udah gue urus, dan dia masih baik-baik aja. gue kira dia beneran gadis polos, tapi ternyata enggak."
"Maksud lo?"
"Ya gue tadi kerumahnya, dia marah-marah. bahkan gue nggak disuruh masuk, malah awalnya dia nggak mau ketemu gue,"
"Ya wajarlah, trauma dia sama lo,"
Mereka terus berbincang, sambil melepas rindu, banyak hal yang mereka bahas, tentang perusahaan, dan juga tentang Inayah. Karena enam tahun sudah mereka tidak bertemu semenjak Ibra memutuskan untuk kuliah di luar negeri.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Trisna Tris
lanjut thor..... ceritanya keren....
2022-05-27
0
@crazier14
chapt nya pendek 2 jd gk bosen
2022-02-19
0
Rul
keren
2022-02-07
0