“Baiklah, Anda boleh kembali keruangan, terimakasih.” Ucap pria itu pada kepala HRD.
Bu Ria, jangan pergi. Jangan tinggalkan saya disini. Argh. Inayah masih saja menunduk, ia tak berani menatap pria yang berada dihadapan nya itu.
“Kenapa kamu terus melihat ke bawah? Apa lehermu bermasalah?” Suaranya yang khas memecahkan keheningan.
“Enggak Pak.” Kemudian Inayah mulai mengangkat kepalanya memberanikan diri melihat pria yang ada di hadapannya.
Saat itu Inayah berharap kalau penglihatan nya salah, ternyata tidak. Pria itu benar pria yang sama dengan pria yang tadi pagi ia senggol dan ia marahi dengan kasar.
“Kamu sudah tahu kan siapa saya?” bangkit dari kursi panasnya.
“Sudah Pak,”
“Siapa?”
“Bapak CEO baru perusahaan ini,”
“Lalu? Kamu sudah tahu kan nama saya?”
“Ibrahim Aesenio, Pak,” Ucapnya tanpa ragu.
“Sudah sana keluar, ruangan kamu bukan disini!” ucapnya.
“Lalu dimana Pak?” Tanya Inayah polos.
“Tuh,” menunjuk keluar dengan wajahnya. Inayah pun paham ia segera melangkahkan kakinya keluar ruangan itu
"Kamu ini sungguh tidak inisiatif," Inayah mengehentikan langkahnya, dan berbalik.
"Maaf Pak, apalagi salah saya?" Inayah memasang wajah memelas.
"Kenapa tidak bertanya tentang pekerjaan? kamu mau enak-enakan duduk tanpa kerja ya?" sambil bertolak pinggang, mendekati Inayah.
"Maaf Pak, Bapak kan bisa langsung perintahkan saya," Jawab Inayah menunduk. Entah sudah berapa kali dia mengucapkan kata maaf semenjak berada di ruangan ini.
"Tapi saya suka dengan karyawan yang punya inisiatif," Jawabnya. suara dan nada bicaranya benar-benar terdengar angkuh.
"Apa yang harus saya kerjakan Pak?" Inayah menghela nafas.
"Tolong kamu beritahu pada seluruh karyawan bagian Marketing untuk meeting satu jam lagi." Pria itu berbalik, membelakangi Inayah kemudian melihat ke jendela. jendela yang lebar memperlihatkan seluruh pemandangan kota yang terlihat dari lantai delapan, hanya bisa dilihat diruangan ini.
"Baik Pak," Inayah segera keluar dari ruangan itu, ia bingung bagaimana cara memberitahu seluruh karyawan marketing untuk mengabarkan bahwa bos sombong itu ingin meeting satu jam lagi.
Sepertinya cuma cara ini yang bisa kulakukan.
Inayah turun ke lantai lima, pertama ia masuk ke ruangan Marketing VIP, tanpa menoleh kekiri dan ke kanan ia langsung masuk ke ruangan Ridwan.
"Permisi Pak,"
"Iya Inayah ada apa?"
"Pak, saya sudah di pindah tugaskan oleh kepala HRD, sekarang saya menjadi sekretaris Pak Ibrahim Arsenio, CEO baru di perusahaan ini, dan barusan beliau memerintahkan saya untuk memberitahu kepada seluruh karyawan bagian marketing untuk mengikuti meeting__." Ucapan Inayah terhenti.
"Penjelasan kamu terlalu panjang Inayah, saya sudah tahu." Jawab Ridwan sambil tersenyum.
"Oh begitu," Inayah mengangguk.
"Bapak sudah tahu kalau saya berganti posisi?" Ucapnya lagi.
"Dan saya juga sudah tahu kalau sebentar lagi Ibra mengadakan meeting." Inayah mengerutkan dahi, dari mana Ridwan bisa tahu, dan mengapa Ridwan hanya menyebutnya dengan panggilan Ibra.
"Maaf Pak kalau saya boleh tahu, Pak Ridwan tahu dari mana kalau sebentar lagi meeting ?" Inayah memberanikan diri untuk bertanya.
Ridwan tersenyum dan mengambil ponselnya yang berada di hadapannya.
"Nih," sambil memperlihatkan sesuatu di layar ponselnya.
Gue baru nyampe nih, sebentar lagi kita meeting ya. sampaikan pada semua bawahan lo. anak-anak marketing.
Inayah hanya mengangguk.
Chatnya terlihat nggak formal, apa mereka udah akrab? lantas kenapa dia menyuruhku untuk memberitahukan lagi kepada seluruh tim marketing?
"Inayah, kenapa bengong? ada lagi yang mau kamu sampaikan?"
"Eh, enggak Pak, ya sudah saya permisi." Inayah melangkah lagi keluar, yasmin memanggilnya pelan.
"Na, Ina...," Inayah hanya menoleh sedikit ke Yasmin, kemudian memberikan gerakan bahwa nanti ia akan menghubunginya melalui ponsel karena sekarang ia sangat terburu-buru.
Si Ina kenapa? kok aneh banget, dan kenapa dia nggak di ruangan ini?
Yasmin bertanya-tanya.
Sesampainya di lantai delapan,
"Permisi Pak, mereka sudah tahu kalau sebentar lagi meeting," Ucap Inayah.
"Memang iya, saya hanya memberikan sedikit hukuman kepadamu karena sudah berbicara kasar pada saya saat di lift tadi pagi," Ucapnya, Inayah terdiam mengakui kesalahannya.
"Maaf Pak, andai saya tahu bapak adalah Bos disini, mana mungkin saya melakukan itu," Inayah tertunduk ia benar-benar takut.
"Kenapa kamu takut saya pecat? hahaha." Tawa itu terdengar sangat mengejek, membuat hati Inayah seperti teriris.
"Iya Pak," Jawab Inayah pelan.
"Ya udah itu tadi hanya tindakan perkenalan, saya tidak seperti yang kamu bayangkan kok, sekarang mari kita berdamai," Ibra menyodorkan tangannya pada Inayah untuk berjabat.
Inayah terbengong apa aku nggak salah lihat? dia mengajakku berjabat tangan.
Kemudian Inayah mencoba menyambut tangannya
"Kelamaan," Ucap Ibra sambil menarik tangannya kembali.
Ya ampun ini orang maunya apa sih? untung aja stok sabarku berlimpah.
"Baiklah Pak, jika ada keperluan lagi Bapak bisa memanggil saya, permisi." Inayah melangkah keluar ruangan megah itu, dan duduk diluar di tempat yang sudah disediakan, ada sebuah meja kursi dan sebuah komputer.
Nyesal aku tadi pagi bentak-bentak dia. Ah tapi mana aku tahu kalau dia bos disini? Yang lalu biarlah berlalu.
***
Kak, sumbang like, koment nya dong 😊😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Nuri Maulidia
good
2022-09-10
0
Trisna Tris
lanjuuuuutt........
2022-05-27
0
Jro Sinai
sabar inaaa
2022-03-26
0