Ibra mulai mencari-cari Apartemen kosong yang bisa ia sewa, ia melakukan pencarian pada google. Sebenarnya bisa saja Ibra meminta salah satu rumah atau apartemen milik Papanya selaku pemilik perusahaan CIPTA GRUP. Namun menurutnya hal itu mustahil. Tidak mungkin Papanya mau memberikannya karena Papanya ingin sekali Ibra tetap tinggal bersamanya, walaupun sejak kecil Ibra memang sulit menerima kehadiran Ibu tirinya dirumah itu.
Sedikit cerita tentang Ibra, dia merupakan anak kedua dari Bapak Cipta Kusuma, setelah tamat SMA Ibra memilih untuk kuliah ke luar negeri mulai dari Sarjana hingga Magister. Dengan senang hati Ibra menerima tawaran Papanya untuk meneruskan pendidikan bisnis ke kota New York, daripada ia harus tinggal di Jakarta dan hidup serumah bersama dengan Ibu tiri.
Ibu kandung Ibra sudah meninggal ketika ia berusia 15 tahun, saat itu ia duduk di bangku SMA, Ibunya meninggal karena sakit. Sebelum Ibunya meninggal, Ibra adalah anak yang lembut dan penurut.
Namun setelah kepergian Ibu kandungnya, apalagi setelah Papanya menikah lagi, sifatnya benar-benar berubah menjadi kasar. Ibra seolah tak terima jika posisi Mamanya digantikan oleh orang lain.
Hasil pernikahan kedua Papanya itu, Ibra memiliki seorang adik perempuan, namun Ibra tidak menaruh benci kepada adiknya itu, mereka sering akur layaknya abang-adik.
Namun hubungannya dengan Ibu tirinya tidak pernah baik, meski terkadang Ibu tirinya sesekali bersikap baik padanya namun Ibra tetap tidak memperdulikan, bahkan dari awal perkenalan hingga saat ini Ibra masih memanggilnya dengan sebutan Tante.
***
Setelah menemukan apartemen yang menurutnya bagus untuk ia tempati, karena hari sudah semakin siang, ia pun bergegas mandi di kamar mandi yang berada diruangannya, sejak kedatangannya kemarin, Ibra sudah mempersiapkan dan membawa beberapa keperluannya karena memang ia berniat tinggal di kantor untuk beberapa hari, sampai ia benar-benar siap kembali kerumah itu.
Setelah selesai mandi, Ibra keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan selembar handuk putih.
Tak lama kemudian Ridwan masuk,
"Eh elo ngagetin aja,"
"untung gue yang masuk, kalau Inayah gimana?"
"Gak bakalan dia masuk kesini," ucapnya sambil mengenakan pakaian nya di hadapan Ridwan, ia sudah terbiasa melakukan itu karena mereka memang sudah akrab sejak balita. Bahkan Ibra sering menginap di rumah Ridwan jika sedang bertengkar dengan Ibu tirinya.
"Eh iya tumben jam segini dia belum datang,"
"Dia nggak bakal datang lagi Wan," Ibra mendengus kesal.
"Kenapa? lo pecat dia ya, keterlaluan lo."
"Gue nggak segila itu, tuh lo lihat," sambil wajahnya mengarahkan ke arah meja kerjanya.
Ridwan mengerti apa yang di maksud Ibra kemudian langsung mengambil dan membaca surat dari Inayah tersebut, Ridwan mengerutkan dahi.
"Parah lo ya, lo pasti sering banget ngatain dia ya?"
"Nggak juga, dia nya aja yang terlalu lebay,"
"berdasarkan kata-katanya di surat itu, sepertinya hatinya terlalu sakit. lo nggak mikir ya gara-gara perkataan lo itu seseorang jadi kehilangan pekerjaan." meletakkan kembali surat itu di atas meja
"Lalu menurut lo gue harus gimana sekarang? dia udah terlanjur mengundurkan diri, dan itu pilihan nya,"
"Mending lo minta maaf, dan minta dia kembali bekerja," Ibra langsung mengubah ekspresi wajahnya ketika mendengar saran Ridwan yang menurutnya tidak masuk akal.
"Lo gila ya," ucapnya kesal.
"Ya udah terserah lo aja, renungin aja baik-baik gimana perlakuan lo terhadap Inayah, pantas nggak sebagai sesama manusia, ya itu sih kalau lo berperasaan," Ridwan terus mengomeli Ibra.
"Ah sejak kapan lo jadi cerewet? ngomong-ngmong lo mau ngapain kesini,"
"Rencana mau ngajak lo sarapan bareng, gue tahu lo pasti nginap di sini semalam."
"Ya udah ayo,"
Kemudian mereka sarapan bersama di kantin perusahaan, begitu banyak karyawan-karyawan wanita yang melirik mereka, karena Ridwan termasuk pria yang ramah, maka sesekali ia melemparkan senyum kepada mereka. Namun berbeda dengan Ibra yang tak menghiraukan sama sekali.
"Jadi lo mau nyari sekretaris baru?" Ibra membuka pembicaraan.
"Belum tahu, kayaknya gue masih bisa handle sendiri. " Jawabnya.
"Lo yakin, lo bisa milih tuh salah satu dari mereka," sambil mengarahkan wajahnya pada segerombolan wanita-wanita cantik yang sedang makan bersama.
"Nggak," Jawabnya singkat.
Sebenarnya sejak tadi Ibra terus memikirkan apa yang harus ia lakukan,
Apa harus aku memanggilnya kembali untuk bekerja?
"Gue nggak yakin Inayah mau balik kerja lagi," Ucapnya
"Lo kan belum nyoba, mending lo cari tahu alamatnya atau kontaknya, hubungi sekarang," Ridwan.
"Sebenarnya gue nyesal sih sudah berlaku kasar ke dia, tapi gue nggak sengaja, setiap kata yang gue ucapin ke dia seperti keluar begitu saja," akhirnya Ibra mengaku bahwa dirinya memang salah.
"Ya itu karena tempramen lo yang buruk, ya udah ayo cepetan gue masih banyak kerjaan," Jawab Ridwan.
"Gue bingung, sebenarnya yang bos disini gue atau elo sih, hahaha," kemudian mereka tertawa bersama.
***
Inayah yang merasa bosan karena terus berada di kamar, ia mencoba mencari kesibukan dengan melakukan pencarian lowongan pekerjaan lain di laptopnya. Sejak pagi hingga siang ini ia belum keluar kamar sama sekali, karena niatnya adalah terlihat sakit, jika ia beraktifitas seperti orang sehat, tentu Ayahnya akan curiga.
Jauh di dalam hati Inayah terdapat penyesalan karena sudah melakukan pengunduran diri, namun terkadang ia kembali mengingat bagaimana Ibra memperlakukan nya seperti orang yang tidak berharga.
Tidak Inayah, keputusanmu sudah tepat untuk meninggalkan bos gila itu, jangan ada penyesalan sedikitpun.
Ucapnya dalam hati sambil matanya fokus ke layar laptop.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Iik Novika J
lanjut....
2022-07-31
0
Iik Novika J
lanjut Thor...........
2022-07-31
0
Iik Novika J
lanjut Thor...........
2022-07-31
0