Inayah langsung mengambil ponselnya dan terus menatap Ibra yang sedang menikmati steak dengan tatapan aneh, yang jelas terdapat benih-benih kebencian pada tatapan itu.
"Kenapa kamu terus menatap saya seperti itu, apa karena wajah saya terlalu tampan?" Sebenarnya Ibra tahu jika Inayah sedang sangat marah.
kamu berani marah Inayah? silahkan saja kalau kamu mau bekerja di tempat lain. Tersenyum getir.
Inayah belum menghabiskan makanannya, karena kejadian itu, ia sudah tidak berselera lagi meneruskan makannya. Padahal perutnya masih sangat lapar.
Inayah terus menunduk tidak menghiraukan pertanyaan konyol dari bosnya itu, Inayah sedang mencoba menahan emosinya.
Meletakkan garpu dan pisau, "kamu marah sama saya Inayah?" tanya Ibra.
"Enggak Pak," jawab Inayah santai.
"Kamu harusnya beterima kasih pada saya," melempar senyum ke Inayah.
"Terimakasih untuk apa ya Pak?" Inayah mengerutkan dahinya.
"Saya hanya membantu kamu untuk menjawab pertanyaan temanmu tadi, sepertinya kamu kesulitan bicara tadi, makanya saya bantu." kemudian Ibra meneruskan makannya yang hampir selesai.
"Haha. tapi itu nggak perlu Pak." Inayah tersenyum sinis.
"Cepat selesaikan makanmu, setelah ini kita kembali ke kantor," Ucap Ibra sambil mengelap pinggir bibirnya dengan tisu.
"Tapi saya sudah hilang selera Pak," Ucap Inayah kemudian bangkit dari duduknya.
"Hei, mau kemana kamu?"
"Mau ke toilet, kenapa? Bapak mau ikut?" Tanya Inayah ketus.
"Hem, sana..sana, cepat ya. lima menit!" Membuat gerakan tangan diudara tanda mengusir.
Hahaha, ternyata bisa marah juga dia.
Ibra tersenyum kecil menatap Inayah yang berbalik menuju ke toilet.
Dasar bos sia*lan.
Inayah berada di toilet sekitar sepuluh menit, ia sengaja berlama-lama membuat bosnya itu menunggu. Saat Inayah kembali, ia tidak melihat Ibra disana, matanya mencari-cari di setiap sudut restoran hingga ke kasir, namun ia tidak melihatnya.
Aku di tinggal? oke. lebih bagus, mending aku naik taksi.
Inayah melangkah keluar, dan ternyata Ibra menunggunya di depan restoran.
"Kenapa lama sekali?" Inayah menoleh ke kanan,
"Oh, saya kira Bapak ninggalin saya."
"Mana mungkin saya ninggalin kamu, pergi sama saya kembali juga sama saya." Jawab Ibra menatap tajam ke Inayah.
"Padahal saya berharap Bapak sudah kembali, dan saya bisa naik taksi aja." Inayah menjawab dengan nada ketus. dan menatap tajam ke Ibra.
"Oke kalau itu mau kamu," Ibra menuju ke mobilnya, dan langsung melajukannya, ia benar-benar meninggalkan Inayah.
Wanita aneh, harusnya dia bersyukur bisa duduk disebelahku, makan berhadapan denganku, itu adalah impian setiap wanita. Ibra memang narsis berlebihan, benar memang ia memiliki wajah tampan dan harta berlimpah, tapi Ibra lupa jika ia memiliki tempramen yang buruk dan kasar.
Inayah bernafas lega saat Ibra benar-benar pergi meninggalkannya.
"Hah, lebih baik aku mengeluarkan sedikit uangku untuk naik taksi dari pada harus bersebelahan lagi dengan dia," Kemudian Inayah mengambil ponselnya membuka aplikasi pemesanan taksi online.
setelah lima menit melakukan pemesanan ternyata tidak ada yang driver yang mengambil.
tiba-tiba...
tin...tin..
tin...tin...
Terdengar suara klakson mobil, Inayah melihat ke arah mobil tersebut, dan ternyata Ibra kembali menjemputnya.
"Maunya apa sih tu orang?" terus menggerutu kemudian berjalan ke arah mobil Ibra.
"Kamu masih mau kerja nggak? atau udah menemukan pekerjaan lain?" Tanya Ibra dengan ketus, kemudian tanpa menunggu lama lagi Inayah langsung naik ke mobilnya. Inayah menghela nafas panjang, ia terus memikirkan rencananya yaitu ingin resign, tapi seketika ia langsung mengingat wajah kedua orang tuanya jika ia melakukan itu.
Sabar, sabar. Aku harus sabar menghadapi bos seperti ini.
"Kamu jangan besar kepala ya, saya kembali menjemput kamu bukan karena khawatir, tapi jika kamu harus naik taksi atau ojek, berapa lama lagi harus menunggu? dan berapa lama lagi kamu sampai ke kantor, pekerjaan masih banyak."
Inayah hanya diam mendengar ocehan bosnya itu.
"Halo, saya sedang berbicara dengan kamu Inayah, bukan dengan stir mobil dihadapan saya ini,"
"Iya Pak, maaf." Jawab Inayah singkat.
"Saya paling nggak suka kalau saya bicara tidak ditanggapi, paham?"
"Iya Pak," tak ada jawaban lain yang keluar dari mulut Inayah.
***
--- Di kantin Perusahaan ---
"Kok bisa sih Inayah makan bareng Pak Ibra ganteng?" Tanya Ririn sambil mengaduk-aduk jus nya dengan menggunakan sedotan.
"Iya ih, semoga aja mereka cinlok kayak di film-film gitu, sweet banget pastinya," Sambung mawar.
"Kalian jangan salah ya, Inayah terlihat menderita loh jadi sekretaris bos sombong itu," Yasmin.
"Kalian nggak tahu kan sebelum kita meeting tadi, didalam ruangan itu hanya ada aku, Ina, Pak Ridwan dan Pak Ibra, lalu saat Inayah mau pindah duduk ke sebelah ku, Pak Ibra langsung memarahinya habis-habisan dengan nada yang ketus, aku nggak tega sama Ina," Jelasnya lagi.
"Masa sih, dia segitunya? tapi tadi waktu meeting dia memimpin nya terlihat cool banget," Ririn tak percaya.
"Jangan ketipu sama tampangnya Rin," Jawab Yasmin lagi.
***
Sesampainya di gedung perusahaan Ibra tidak memarkirkan mobilnya di basemen melainkan di parkiran depan gedung perusahaan. Begitu mobil terparkir, Inayah langsung turun dengan menenteng tasnya di bahu, kemudian tangannya membawa tablet. Inayah mempercepat langkahnya meninggalkan Ibra.
Tapi ternyata saat mereka turun dari mobil, ada yang memperhatikan mereka.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
ndinandin
karakter inayah tolol bngt
2023-08-30
0
Puteri Siliwangi
lihat tuh Thor smua PDA blng klo Inayah terlalu bar bar ,, seharusnya di karakter ini Inayah lbih cerdas dr teman2 nya donk Thor jangan oon gtu 🙏🙏sekedar saran
2022-06-23
0
Bek Lastri
lanjut
2022-05-28
0