Sepetak rumah tidak lebih dari kisaran tiga kali tujuh meter persegi tanpa sekat ruang. Perabot usang buatan sendiri menjadi furniture pelengkap ruangan sempit itu. Lantainya pun masih berupa tanah. Tidak ada lampu, tidak ada kabel, tidak ada barang elektronik kecuali jam dinding yang menempel pada saka.
"Kupikir masyarakat di negara ini setidaknya sudah bisa hidup dalam garis kemakmuran. Tapi, ternyata masih ada ya, yang menjalani kehidupan sesederhana ini?" batin Kelana yang memandang gubuk itu tidak lebih bagus dari kandang kuda.
Aeneas pun sama terkejutnya. Rumah Sanum yang dulu lebih bagus daripada yang sekarang. Walaupun rumah Sanum sebelumnya juga tergolong sebagai rumah sederhana dengan dinding dan lantai kayu. Namun, rumah tersebut lebih luas dan memiliki beberapa ruangan. Di mata Aeneas, rumah Sanum yang sekarang seperti rumah di zaman primitif.
"Silakan duduk dulu!" ucap Arti sambil menggeser kursi kayu.
"Non mi piace questa donna. Sbarazzati di lei!"
(Aku tidak suka wanita ini. Usir dia!)
Kelana menghadap ke Arti lalu berkata, "Anda tidak perlu repot-repot, Nyonya! Anda boleh pergi dari sini."
"Tidak apa-apa. Saya bisa menemani kalian sampai Sanum pulang." Arti masih berusaha untuk bisa lebih lama dengan mereka. Ia ingin lebih tahu kedua orang ini. Ia ingin tahu bagaimana bisa si Miskin—Sanum bisa mengenal orang luar negeri.
"Mohon maaf sebelumnya, tapi tuan Aeneas sedang ingin menunggu sendirian. Mohon pengertiannya!" tolak Kelana sehalus mungkin dengan senyum bersahabat.
"Baiklah kalau begitu. Kalian bisa memanggil saya bila membutuhkan sesuatu. Permisi!" pamit Arti dengan sangat terpaksa. Sebenarnya dia juga merasa bahwa kedua orang itu sengaja menyingkirkannya.
"Dasar orang-orang sombong!" batin Arti melangkah kesal.
Aeneas dan Kelana duduk di kursi kayu. Tanpa disengaja perut keduanya berbunyi bersamaan. Setelah semua yang terjadi, sepertinya mereka kelaparan.
Bagaimana tidak? Seharian penuh keduanya harus mengurusi bisnis di kota Bari, Italia. Keesokan paginya pukul setengah tujuh pagi (GMT+2) mereka melakukan penerbangan dari Bandara Internasional Bari-Karol Wojtyla, transit di beberapa tempat, hingga akhirnya tiba di Bandara Internasional Juanda, Surabaya jam enam malam WIB di hari berikutnya. Perjalanan lebih dari tiga puluh jam itu sejatinya membuat mereka lelah.
Mereka langsung beristirahat begitu sampai di hotel. Pagi berikutnya, mereka keluar dari hotel lebih awal, melewatkan sarapan lalu menuju kota Blitar dengan mobil sewaan. Perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih empat jam untuk mencapai tempat tujuan.
Sesampainya di tempat tujuan, Kelana malah dihadapkan dengan amukan warga. Bisa dibilang, yang paling kelaparan di antara keduanya adalah Kelana. Terakhir kali mereka hanya menyantap makanan yang disediakan maskapai penerbangan. Kelana membuka tudung saji di hadapannya. Tanpa sungkan, lelaki itu mengambil singkong goreng yang tersaji di sana.
"Hm, ini enak," puji Kelana setelah menelan satu gigitan, "e molto gustoso e tenero, provalo!"
(Ini sangat gurih dan empuk, cobalah!)
Kelana mendekatkan sepiring gorengan itu kepada Aeneas. Ia menawarkan makanan tersebut seenak jidatnya seolah-olah dialah pemiliknya. Padahal dia belum bertemu dan meminta izin kepada tuan rumah.
Menurutnya, tidak masalah memakan makanan itu tanpa izin. Sanum adalah istri Aeneas. Itu artinya apa yang ada di tempat Sanum juga menjadi milik bosnya. Secara tidak langsung, Aeneas juga merupakan tuan rumah di sini.
Aeneas mengernyitkan dahi, memandang makanan berbentuk tabung kecoklatan di atas meja. "Che cos'è questo?"
(Apa ini?)
"Manioca fritta. Credo che questo piatto sia sicuro."
(Singkong goreng. Saya yakin makanan ini aman.)
*****
Di jalan depan musala, dua orang memancarkan aura senang. Seorang wanita menyunggi tempayang bambu. Sementara seorang bocah laki-laki berlari kecil sambil melompat-lompat. Mereka baru saja berjalan jauh dari desa lain, menjajakan dagangan.
"Ongol-ongol lolololol!" teriak lantang bocah itu dengan nada bergetar meliuk-liuk layaknya menyanyikan cengkok dangdut.
Ongol-ongol adalah jajanan tradisional khas Jawa Barat. Makanan ini biasanya berwarna gelap. Terbuat dari tepung sagu, gula Jawa, air, kelapa dan garam. Rasanya manis.
"Wis ta San! Wong dagangane gari siji."
(Sudahlah, San! Orang dagangannya tinggal satu.)
Sanum berjalan di belakang Sanubari. Ia bersyukur jualannya bisa laku. Meskipun harus berjalan jauh untuk mencari pembeli. Sanubari yang ikut berjualan juga tidak mengeluh kelelahan. Bocah itu malah tetap aktif dan ceria. Padahal udara sangat panas. Hal tersebut tentunya menjadi sumber semangat tersendiri bagi Sanum.
"Ben laku Kabeh, Mak."
(Biar laku semua, Bu.)
Sanubari malah meneruskan teriakannya sampai mereka tiba di rumah. Sanubari yang kelaparan bergegas memasuki rumahnya terlebih dahulu, meninggalkan ibunya yang baru memasuki gawang halaman Arti. Betapa terkejutnya Sanubari ketika mendapati dua orang asing di rumahnya.
Spontan Sanubari langsung berteriak, "Maling ... maling!"
Kedua orang itu menoleh kepada Sanubari. Mereka adalah Aeneas dan Kelana. Aeneas tercengang. Sanubari benar-benar seperti salinan dari dirinya waktu masih kecil. Hanya warna rambut saja yang membedakan.
Sementara itu, Kelana terperanjat akibat teriakan Sanubari. Ia panik. Segera dijubalkannya potongan singkong goreng ke mulut. Kemudian, ia beranjak dari duduknya lalu membekap Sanubari yang hendak kabur.
"Kami bukan maling," aku Kelana dengan pipi menggembung penuh singkong.
Ia tidak ingin para warga datang lagi dan mencurigainya gara-gara teriakan Sanubari. Kesalahpahaman akibat iris mata Aeneas tadi sudah cukup baginya.
"Lagipula lihatlah! Dirumahmu tidak ada barang satu pun yang bisa dicuri. Jadi, berhentilah berteriak!" imbuhnya sambil melepaskan bekapan.
"Ada, di dalam ada dalamanku. Siapa tahu Paman mau mencuri celana kecil itu," tukas Sanubari lalu kembali berteriak, "Maling-ma—"
Sanum yang mendengar teriakan putranya lekas berlari. Ia khawatir terjadi apa-apa dengan Sanubari. Dilemparnya tempayang yang ia sunggi ke muka pria yang membekap Sanubari.
"Untuk apa aku mencuri celana da—" ucap Kelana terpotong karena tempayang mendarat di wajahnya, "aduh!"
"Minggir, Ma-ling ...." Ucapan Sanum terputus-putus ketika matanya menangkap sosok pria di belakang Kelana.
Sanum berdiri terpaku. Ada desiran aneh di dada yang merangsang seluruh tubuhnya. Seorang yang telah lama menghilang tanpa kabar, kini kembali hadir di hadapannya.
"Mas Bari ...," lirih Sanum dengan suara bergetar.
Kerinduan yang selama ini coba ia abaikan mendadak menyerang. Ia tidak tahu harus merasa senang atau bagaimana dengan kehadiran lelaki itu. Segala yang terjadi padanya di luar rencananya.
Dulu Sanum mencintainya karena ketidak Sengajaan. Pernikahannya pun karena ketidak Sengajaan. Ia tidak pernah tahu bagaimana perasaan Aeneas terhadapnya karena pria jangkung itu selalu membisu. Keluarga Sanum pun menganggapnya sebagai pria bisu. Sekalinya bersuara, dia hanya meracau tidak jelas. Begitulah pikir Sanum dan keluarganya yang sama sekali tidak mengetahui latar belakang Aeneas.
Sanum merasa mendapatkan jawaban atas cintanya dua bulan setelah pernikahan mereka. Aeneas pergi tanpa berpamitan. Terciptalah sebuah kesimpulan dalam hati Sanum—cintanya bertepuk sebelah tangan.
Kehadiran Aeneas bagaikan hujan. Rinainya menyuburkan bumi, pelangi yang terkadang hadir setelahnya menyenangkan manusia, dan di saat yang bersamaan terkadang disertai halilintar. Gemuruhnya menakutkan, membuat jantung berdebar serta memicu kegelisahan. Kemudian, hujan mereda, menghilang seolah kehadirannya tidak pernah ada di langit. Sedangkan jejak-jejaknya masih tersisa di bumi.
Akan tetapi, kini lelaki itu kembali muncul. Sanum tidak mengerti lagi apa maksudnya ini. Hatinya seperti dipermainkan takdir.
Aeneas berjalan keluar. Ia mendekati Sanum yang mematung. Dipegangnya pipi Sanum lalu ia dongakkan wajah manis Asia itu padanya. Tatapan mereka saling bertemu.
"Sei ancora bella come sempre, Sanum."
(Kau masih tetap cantik seperti dulu, Sanum.)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
Nona Bucin 18294
Hai kak aku mampir, semangat updatenya kak 🤗 salam dari Terpaksa Menikahi Tuan Pangsit Rebus 🤗🥰💜👍
2021-12-13
0
Zoke
Cieeee
2021-09-20
0
Dian Anggraeni
10 jempol mendarat malam ini toor semangat 👍👍👍👍👍👍👍👍
2021-09-18
2