Sanubari sedikit heran dengan keadaannya saat ini. Mobil yang ia tumpangi berhenti di tempat familiar. Salah satu orang yang duduk mengapitnya membukakan pintu. Dia turun seolah memberi jalan bagi Sanubari. Sementara Sanubari masih terbengong sambil menggenggam erat kantung plastik berisi makanan di pangkuannya.
"Kau mau turun atau tidak? Kenapa masih diam saja di situ?" tanya Jin yang duduk di kursi depan.
Akan tetapi, Sanubari tidak menjawab. Ia masih tidak sadar bahwa yang diajak bicara adalah dirinya.
"Woi, Bocah! Diajak bicara malah bengong. Ayo cepat turun! Kau tidak dengar perintah Jin?" Pria yang duduk di sebelah kiri Sanubari menyenggolnya.
Sanubari menoleh ke kanan dan kiri lalu bertanya, "Apakah ini artinya saya boleh pulang?"
"Pergilah sebelum aku berubah pikiran!" balas Jin dengan nada datar.
"Terimakasih, Paman-paman Penculik Baik Hati!" seru Sanubari dengan riang.
Ia turun dari mobil dan berlari dengan hati senang. Akhirnya dia bisa bebas dan bertemu ibunya lagi. Belum juga satu minggu dia terpisah dari ibunya. Akan tetapi, rindu berat sudah melanda.
"Mamak!" teriak Sanubari yang tidak sabar bertemu sang Ibu.
Merasa terpanggil dengan suara putranya, Sanum yang sedang mencuci segera berlari. Ia sangat senang ketika melihat putranya berada di halaman rumah. Kedua ibu dan anak itu pun saling berpelukan.
Dari dalam mobil, Jin sempat memperhatikan interaksi mereka sebelum akhirnya mobil meninggalkan tempat itu. Jin sengaja meminta anak buahnya untuk menunggu Sanubari benar-benar masuk rumah. Tidak disangka dia malah menyaksikan adegan kehangatan keluarga di halaman rumah.
"Kenapa anak itu dilepas begitu saja, Jin?"
"Ini perintah dari King."
*****
"Selamat datang di desa Karangbendo!"
Begitulah bunyi kalimat yang dibaca oleh seorang pengemudi mobil mewah. Tulisan tersebut terpampang jelas di bentangan gapura setelah jembatan yang akan mereka lalui.
"Sembra che saremo lì presto."
(Sepertinya kita akan segera sampai.)
Pengemudi itu memberi tahukan status perjalanan mereka kepada sang Bos yang duduk di sebelahnya. Namun, sama sekali tidak ada jawaban. Suasana mobil pun kembali tenang.
Nampaknya sang Bos sedang memikirkan sesuatu. Wajah tegasnya memandang serius pada jalan pedesaan yang mereka lewati. Si Sopir hanya melirik sesekali mengamati ekspresi bosnya itu. Sebab, ia harus mengendalikan besi berjalan yang mereka tunggangi.
Hanya ada dua orang dalam mobil putih sewaan yang kini tengah melaju sangat lambat—kecepatannya bahkan tidak lebih dari dua puluh kilometer per jam. Bila salah satu dari mereka berhenti mengoceh maka kesunyianlah yang berbicara. Sang Bos terlalu pendiam. Hanya sang Pengemudilah yang sesekali memancing obrolan sepanjang perjalanan.
Menyetir tanpa teman berbincang itu rasanya membosankan. Bisa-bisa rasa kantuk mendera karena jemu memandang kesibukan jalan yang tidak mengenal tegur sapa. Terlebih lagi jika melakukan perjalanan panjang tanpa sopir pengganti. Namun, apa mau dikata bila rekan satu mobilnya adalah orang yang pelit kalimat.
Pengemudi tersebut kembali fokus pada jalur yang ditempuh. Ia mengikuti navigasi sebuah penunjuk arah yang terpasang pada mobil.
[Kembali ke timur lalu belok ke kiri!]
Suara dari navigator itu membuat sang Pengemudi menghentikan lajunya. Ia berusaha mengerem sehalus mungkin supaya tidak terjadi guncangan berlebih. Kenyamanan sang Bos adalah prioritas utamanya.
"Kelewat, ya?"
"Che dici?"
(Apa yang kau katakan?)
Tidak disangka celetukan bahasa Indonesianya bisa menjadi pemicu ketertarikan sang Bos untuk berkata. Sang Bos memang tidak bisa berbahasa Indonesia. Jadi, wajarlah bila kalimat yang terdengar asing bisa memicu keingin tahuannya. Dia tidak suka apabila ada orang yang membicarakan tentang dirinya di belakang. Apalagi terang-terangan menggunjingkannya dengan bahasa yang tidak ia pahami.
Mencium bau kecurigaan, sang Pengemudi pun lekas menjawab, "Non è niente. Mi sono solo detto che la strada era mancata."
(Bukan apa-apa. Saya hanya berkata pada diri sendiri bahwa jalannya terlewat.)
Tidak ada balasan. Itu artinya sang Bos percaya dan tidak ingin membahasnya lebih lanjut. Lima belas tahun bekerja pada bos yang sama membuatnya mengenal baik kepribadian majikannya itu. Ia sudah cukup beradaptasi dalam berbagai kondisi.
Pengemudi itu memperhatikan jalan depan dan pantulan jalan belakang pada spion secara bergantian. Dirasa tidak ada lagi kendaraan yang mendekat dengan kecepatan tinggi, ia pun putar balik. Mobil berbelok ke kiri pada belokan pertama.
Mobil berjalan lurus sepanjang beberapa meter. Kemudian, berbelok ke kanan di perempatan balai desa. Xetelah melaju beberapa saat ke timur, monitor navigasi mengindikasikan bahwa mereka telah sampai tujuan. Mobil dihentikan di pinggir jalan.
Ada beberapa rumah di sekitar area tersebut. Berhubung mereka tidak tahu rumah mana yang sedang mereka tuju, sang Pengemudi pun turun untuk bertanya.
Ia berjalan ke kandang sapi. Kebetulan di sana ada seorang lelaki paruh baya yang sedang mencacah kalanjana dengan celurit. Potongan-potongan rumput raja tersebut berguguran ke wadah makan. Sapi yang melenguh kelaparan menyambut rerumputan itu dengan moncongnya.
Pengemudi itu mendekat dan dengan hati-hati berkata, "Permisi, Pak."
Lelaki paruh baya menjatuhkan rumput di genggamannya ke wadah pakan lalu menoleh dan menjawab, "Ya."
"Maaf, saya mau tanya alamat," kata pengemudi itu sambil membuka catatan kecil lalu menunjukkannya pada si Lelaki Paruh baya, "kira-kira Bapak tahu alamat ini atau tidak?"
Lelaki itu membaca tulisan yang tertera pada buku kecil tersebut lalu berkata, "Wah, saya tidak hafal RT, RW di sini. Memangnya Mas ini sedang mencari siapa?"
"Sanum."
"Oh, Sanum."
"Bapak tahu?"
"Semua warga sini tahu wanita itu," papar lelaki itu dengan suara yang semakin lirih, "sebaiknya Mas tidak berurusan dengannya. Banyak orang celaka karena dekat-dekat dengannya. Bahkan sampai ada yang meninggal."
Ekspresi bapak itu mendadak berubah. Mimik mukanya menyiratkan ketakutan.
"Saya tidak peduli itu. Kedatangan saya kemari adalah untuk mencari rumahnya. Jadi, bisa tolong beritahu saya dimana alamatnya?"
"Saya cuma tidak ingin Mas tertimpa musibah karena dia. Jadi, saya mewanti-wanti Mas sebelum terlambat dan menyesal."
"Akan saya tanggung resikonya. Bapak katakan saja rumahnya dimana!"
Pengemudi itu tersenyum. Tidak disangka ia akan diajak bertele-tele oleh si Bapak. Padahal ia hanya ingin mengetahui posisi pasti sebuah alamat.
Ia tidak peduli dengan omongan lelaki itu. Walaupun Darii keterangan bapak itu ia menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Sanum. Namun, itu bukanlah hal yang perlu dipikirkan saat ini. Tujuan utamanya adalah menemukan alamat serta menemui Sanum.
Dengan begitu, mereka akan mengetahui kondisi Sanum sesungguhnya. Bertemu langsung dengan orang aslinya jauh lebih baik daripada mendengarkan perkataan orang yang belum tentu bisa dipercaya.
Bapak itu meletakkan celurit pada tumpukan kalanjana di atas gerobak kayu yang berada di sebelahnya. Kemudian, ia mengangkat tangan kanannya dan menunjuk suatu arah.
"Mas lihat pertigaan Musala itu?" katanya yang diikuti pandangan si pengemudi, "Mas jalan saja lurus ke utara! Rumahnya ada di sebelah timur. Dua rumah setelah musala itu"
"Utara itu sebelah mana, ya?" tanya pengemudi itu. Berpindah daerah membuatnya buta arah.
"Saat ini kita sedang menghadap ke Utara. Berarti dari sini Mas tinggal berjalan ke timur dikit, menyebrang jalan lalu memasuki belokan itu! Rumahnya kanan jalan."
Pengemudi itu manggut-manggut mendengarkan penjelasan tersebut. Ia berterimakasih pada bapak itu lalu kembali ke mobil. Ia mulai melajukannya lagi. Mesin mobil sengaja tidak dimatikan karena ia belum tahu kepastiannya mereka sudah sampai di tempat tujuan atau belum.
Rupanya jaraknya tidak terlalu jauh. Baru saja berbelok, sebuah rumah layak huni sudah terlihat. Ia memarkir mobil di pinggir jalan kemudian mengajak bosnya berjalan ke teras depan rumah.
"Permisi!" ucapnya dengan suara keras sambil mengetuk pintu.
Terdengar suara jawaban dari dalam. Derap langkah kecil perlahan mendekati pintu. Kedua pria seumuran itu berdiri di depan pintu, menanti papan penutup rumah tersebut dibuka.
Sesaat kemudian pintu pun terbuka. Seorang anak perempuan berdiri sambil memegang gagang pintu. Matanya membulat sempurna ketika melihat sesosok yang sedang berdiri di hadapannya. Anehnya lagi, anak kecil itu mendadak berbalik badan, berlari menjauhi pintu sambil menangis.
"Bunda, setan!"
Teriakan itu membuat kedua pria kebingungan. Mereka tidak tahu mengapa gadis itu mendadak kabur ke dalam rumah. Si Pengemudi celingukan. Tidak ada siapa pun di teras itu kecuali mereka berdua.
"Cosa ha detto la bambina? Perché è scappata?"
(Apa yang gadis kecil itu katakan? Kenapa dia lari?)
Sang Bos tidak bisa menyimpan rasa penasarannya. Raut muka gadis itu sekilas terlihat terkejut dan ketakutan sebelum berbalik badan. Mungkinkah gadis itu berlari ketakutan karena dirinya—pikiran semacam itu hadir begitu saja. Akan tetapi, rasanya mustahil itu bisa terjadi.
Hari ini dia berpenampilan sangat biasa-memakai kaos katun abu-abu dengan kemeja hijau yang tidak dikancingkan. Di lihat dari bawah ke atas, ia sama sekali tidak terlihat seperti preman. Ia menoleh pada pengemudi yang merupakan asisten pribadinya. Penampilan lelaki itu juga jauh dari kata menyeramkan. Penampilannya sederhana tetapi menarik.
"La bambina ha appena chiamato sua madre e ha urlato se c'era un demone."
(Gadis itu hanya memanggil ibunya dan berteriak kalau ada setan.)
"Sembro così spaventoso?"
(Apakah aku terlihat semenyeramkan itu?)
"No, signor Aeneas. Sei molto bello e carismatico. Le donne si innamoreranno di te anche se sembri un povero".
(Tidak, Tuan Aeneas. Anda terlihat sangat tampan dan berkharisma. Wanita bahkan akan jatuh cinta kepada Anda sekalipun Anda berpenampilan seperti orang miskin.)
Aeneas adalah nama atasan dari pengemudi itu. Pria bertinggi seratus delapan puluh tiga centimeter yang berkulit bersih. Lima centimeter lebih tinggi dari asistennya. Perbedaan warna kulit keduanya pun terlihat mencolok. Sang Asisten memiliki warna kulit sawo matang khas orang Asia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
ⷨㅤㅤ⠀⠀နզ⃠🦃⃝⃡ℱ 𝐧𝐨𝐯𝐢 𝐚𝐣𝐚
aenes mau apa ya cari sanum.??
Alhamdulillah akhirnya sanubari pulang juga,jin ternyata di minta king toh buat lepasin sanubari.
2021-09-16
2