Lelaki itu membuka penutup kloset duduk lalu menghampiri Sanubari. Ia mengangkat Sanubari yang berjongkok kemudian mendudukkannya di kloset.
"Lakukan di situ!" katanya lalu keluar dan menutup pintu.
Sanubari baru tahu kalau benda yang dianggapnya sebagai kursi tadi ternyata adalah sebuah kloset. Ada beberapa tombol pada pegangan kloset bagian kanan. Penasaran, Sanubari pun asal memencetnya. Seketika area sekitar yang ia duduki menghangat. Ritual buang hajatnya menjadi semakin nyaman.
Selanjutnya, ia menekan tombol bergambar not balok. Lantunan musik klasik pun terdengar. Ia kembali menekan tombol lain.
Setelah ditekan, pintu di hadapannya menyala. Sesosok wanita cantik tersenyum menatapnya. Wanita itu terus berbicara dengan bahasa yang tidak dipahami oleh Sanubari. Sontak saja Sanubari terkejut bukan kepalang.
"Paman-paman, tolong! Ada wanita mengintip saya. Tolong!"
Sanubari menjerit-jerit karena malu sambil menutupi muka dengan kedua telapak tangan. Saking paniknya, dia sampai meminta tolong pada penculiknya di luar. Suara wanita itu masih terdengar. Sanubari mengintip dari sela-sela jari. Wanita itu masih di tempatnya. Alhasil, Sanubari pun terus berteriak tidak jelas.
Keributan itu terdengar sangat jelas dari luar. Lelaki yang berjaga di depan pintu kamar mandi ingin tertawa karena keluguannya. Andaikan dirinya yang diintip dan diperhatikan oleh wanita cantik, tentu dirinya akan merasa sangat senang. Bukannya berteriak-teriak seperti melihat setan layaknya bocah yang sedang berada dalam kamar mandi.
"Berisik! Cepat selesaikan saja urusanmu! Jangan sembarangan menekan tombol bila tidak ingin video hajatmu tersebar luas dan ditonton orang lain!" ancam Lelaki itu berbohong.
Padahal ia tahu bahwa wanita yang dimaksud bocah itu hanyalah rekaman video. Sudah jelas bahwa sebuah rekaman tidak bisa melihat. Tidak pula bisa merekam apa yang ada di hadapannya.
"Apa? Jadi, jadi wanita ini tidak hanya mengintip tapi juga merekam sa-saya?"
Sanubari semakin panik. Tidak disangka orang kaya mempunyai hobi seaneh itu. Sungguh sulit dipahami apakah yang menarik dari sebuah video buang hajat.
Sejak kapan pula proses pengeluaran makanan dari tubuh menjadi tontonan yang lebih menarik daripada proses pemasukannya? Sanubari saja merasa risih diperhatikan seperti itu. Tidak bisa dibayangkan orang seperti apakah yang memiliki minat di luar kotak normal. Sanubari benar-benar menelan mentah-mentah tipuan lelaki itu.
Tidak berapa lama kemudian Sanubari mengelukan kepala dari balik pintu. "Paman, bagaimana caranya menyiram kloset itu?"
Lelaki itu berbalik badan. "Kau sudah cebok?"
Sanubari menggeleng. "Di dalam tidak ada gayung jadi saya tidak tahu bagaimana caranya mencuci pantat dan anuku."
"Jorok!" Lelaki itu mendorong Sanubari masuk kembali.
Dia mengambil sebuah selang yang terhubung dengan kloset duduk. Diserahkannya selang air itu pada Sanubari kemudian mengajari cara pakainya
Sanubari menekan tangkai pembuka keran terlalu kencang. Air pun menyembur dengan deras. Tanpa sengaja ia malah membasahi celana lelaki yang mengajarinya.
"Maaf-maaf!" Sanubari panik karena membuat kesalahan.
"Dasar kau ini! Lakukan setelah aku keluar dari sini!" Lelaki itu memandang Sanubari sambil menahan kekesalannya.
"Baik, Paman," jawab Sanubari.
Lelaki itu lantas melambaikan tangan pada kloset yang masih terbuka. Tiba-tiba gerajakan air mengalir dari seluruh pinggiran kloset bermuara pada genangan dimana harta tidak berharga Sanubari berada. Terjadilah pusaran pada kubangan air tersebut dan benda mengambang di sana pun menghilang.
"Wow, ajaib! Jek sak ikiki aku weruh wong ISO sihir. Tak kiro mung nang kartun wae PEnyihir iku enek."
(Wow, ajaib! Baru kali ini aku melihat orang yang bisa sihir. Kupikir hanya di film kartun saja penyihir itu ada)
Hati Sanubari tercengang mengagumi kemampuan lelaki itu. Pengetahuannya yang sangat dangkal dan pemikirannya yang masih polos membuat ia menafsirkan segalanya secara subjektif sesuai kemampuannya.
Padahal lelaki itu bukan penyihir. Tidak ada sihir yang dilakukan di sana. Imajinasi Sanubari terlalu jauh. Kenyataannya semua itu hanyalah kecanggihan teknologi. Kloset tersebut menggunakan sistem sensor telapak tangan. Oleh karena itu, penyiraman kloset akan secara otomatis aktif ketika mendeteksi telapak tangan bergerak.
*****
Sementara itu di ruangan lain, seorang pria muda sedang berbincang melalui telepon. Ia berdiri di beranda kamarnya sambil menyedot susu kotak cokelat. Mimik wajahnya nampak tidak puas dengan pembicaraan yang sedang berlangsung.
"Tapi, King ...," katanya ingin menyanggah namun segera dipotong oleh lawan bicara di seberang panggilan, "baiklah, aku mengerti."
Panggilan terputus. Jin terpaksa menyetujui kesepakatan itu. Ia meremas kotak susu di tangan yang isinya telah ia tandaskan.
"Argh!"
Jin melempar kotak susu itu. Remasan kotak melesat dari lantai dua menuju pohon mangga. Lemparan itu mengenai dua ekor kucing yang sedang berkencan di bawah pohon. Sontak kedua binatang berkaki empat itu pun mengeong dan lari tunggang langgang.
Jin tidak peduli dengan eongan para kucing. Ia melangkah cepat menuju kamar Sanubari. Sanubari baru saja membuka sarapan dan hendak menyantapnya ketika Jin tiba di ruangan. Dengan sesuap nasi di depan mulut, Sanubari mendongak, menatap Jin yang sudah berdiri di hadapannya.
"Bungkus kembali makananmu, Bocah!" perintah Jin.
"Tapi saya baru mau memakannya. Ini masih utuh." Sanubari memandang makanannya. Sayang makanan sebanyak dan selezat itu bila harus ditinggal lalu dibuang.
"Bungkus saja dan makan di tempat tujuan kita nanti!" titah Jin dengan lebih tegas.
Sanubari mau tidak mau merapikan makanannya kembali. Ia memasukkan semuanya ke kantung plastik lalu memondongnya. Ia bersyukur masih boleh menikmati makanan pemberian mereka itu. Setidaknya dia tidak akan membuat makanan itu mubazir.
Menyia-nyiakan makanan itu tidak baik. Di rumah saja dia sering kekurangan, mana mungkin ia rela membuang makanan begitu saja. Ibu Sanubari selalu mengajarinya untuk menghargai pemberian orang. Tidak peduli orang itu jahat atau baik, sikap menghargai itu harus ditunjukkan dengan memanfaatkan pemberian sebaik-baiknya.
Jin menunjuk anak buahnya kemudian menyuruh mereka. "Kalian siapkan mobil!"
"Mobil siap kapan pun, Jin. Aku juga sudah membawa kuncinya. Memangnya kau mau kemana?" tanya Bas yang sedari tadi berada di kamar. Ia baru saja membersihkan kamar mandi secara kilat setelah Sanubari keluar. Ia harus memastikan tidak ada sedikit pun harta Karun Sanubari yang tertinggal lalu menyebabkan bau tidak sedap.
"Bagus. Bawa anak ini ke mobil! Kita harus membawa anak ini pergi dari sini," kata Jin sambil mendekati Bas yang berada di depan pintu kamar mandi, "tapi sebelumnya ganti dulu celanamu! Aku tidak ingin satu mobil dengan pria dewasa yang mengompol."
Jin memandangi celana Bas yang basah. Bas pun turut mengikuti arah pandangan Jin. Ia mendadak merasa malu mendengar perkataan Jin. Walaupun kenyataannya tidak seperti ucapan Jin itu.
"Aku tidak mengompol. Semua ini gara-gara bocah itu," sanggah Bas yang ingin mempertahankan harga dirinya.
"Terserah apa pun pembelaanmu! Yang penting ganti dulu celanamu!" Jin menepuk bahu Bas lalu berbalik badan ke arah dua anak buah yang tadi mengikutinya masuk, "Kalian berdua, bawalah bocah itu ke mobil duluan! Aku akan segera menyusul."
Kedua Anak buah Jin pun membawa Sanubari menuruni anak tangga. Sanubari tidak tahu mau dibawa kemana lagi. Ia hanya bisa pasrah mengikuti mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
ⷨㅤㅤ⠀⠀နզ⃠🦃⃝⃡ℱ 𝐧𝐨𝐯𝐢 𝐚𝐣𝐚
hahaha 🤣🤣🤣 sanubari sanubari aku juga bisa sihir loh🤣🤣🤣
2021-09-14
3