"Non hai mentito perché avevi paura di me, vero?"
(Kau tidak berbohong karena takut padaku, kan?)
"Come ho potuto osare mentirti?"
(Bagaimana mungkin saya berani berbohong kepada Anda?)
"Allora perché il bambina è scappato?"
(Lalu, kenapa anak itu lari?)
"C'è un mito secondo cui la vista dei bambini è molto più acuta di quella degli adulti. Forse c'è davvero un fantasma dietro di noi. Non lo so per certo. Non riesco a vedere una tale creatura da solo."
(Ada sebuah mitos yang mengatakan bahwa penglihatan anak-anak lebih tajam daripada penglihatan orang dewasa. Mungkin saja di belakang kita memang ada hantu. Saya tidak tahu pasti. Saya sendiri tidak bisa melihat makhluk semacam itu.)
"I fantasmi? I fantasmi esistono davvero?"
(Hantu. Memangnya hantu benar-benar ada?)
"Non lo so nemmeno io. A proposito, anche quella bambina è tua?"
(Saya juga tidak tahu. Ngomong-ngomong, apa gadis kecil tadi juga anak Anda?)
"Chi lo sa."
(Entahlah.)
"Ma, in base alle informazioni che ho ricevuto, la ragazza che ti aiuta alcuni anni fa ha dato alla luce solo un bambino."
(Tapi, berdasarkan informasi yang saya terima, gadis penolong Anda beberapa tahun lalu hanya melahirkan seorang bayi laki-laki.)
Di saat kedua pria itu sedang berdiskusi, anak kecil yang tadi kabur kembali dengan membawa wanita dewasa. Mereka tertegun sejenak sebelum melanjutkan langkah.
Awalnya dia tidak percaya waktu putrinya berkata bahwa ada setan di siang bolong. Namun, apa yang ia saksikan hari ini membuktikan perkataan putrinya.
Sanubari dewasa berambut pirang berdiri di depan pintu bersama seseorang. Tidak disangka Sanubari benar-benar setan yang menjelma menjadi manusia. Tidak ada manusia yang bisa tumbuh secepat itu.
Padahal selama ini Arti hanya mengada-ngada berita tentang Sanum yang berhubungan dengan jin. Ia kesal karena Sanum mendekati suaminya. Ia juga telah menduga suaminya telah berselingkuh dengan Sanum. Oleh sebab itu Arti menyebar gosip untuk menghasut warga.
Tidak disangka gosip itu menjadi kenyataan. Ia menyuruh putrinya untuk cepat-cepat mengambil garam di dapur. Arti mengambil kemoceng sembari menunggu putrinya kembali.
"Iki uyahe, Bun!"
(Ini garamnya, Bun!)
Putri kecil Arti memberikan sebungkus garam kasar. Arti menuangkan segenggam garam lalu menyerahkan sisanya kembali.
"Mengko ewangono nyawuri setane, yo!"
(Nanti bantu menaburi setannya, ya!)
"Wedi."
(Takut.)
"Ora usah Wedi! 'Kan enek bunda."
(Tidak usah takut! 'Kan Ada. bunda.)
Mereka pun melangkah ke pintu. Keduanya melempari Aeneas dengan Garam. Arti juga memukuli pria beriris mata hijau itu dengan kemoceng bulu ayam. Arti berlagak seperti dukun yang sedang mengusir setan.
"Ngaliho-ngaliho Soko omahku, setan!"
(Pergi-pergilah dari rumahku, setan!)
Arti berteriak-teriak lantang. Kedua pria tersebut terkejut melihat Arti yang menggila. Aeneas tetap bersikap tenang.
Sementara si Asisten dengan kesal berkata, "Apa-apaan kau? Apa yang kau lakukan?"
Wanita itu terus saja berteriak-teriak dalam bahasa Jawa yang tidak bisa dipahami oleh kedua lelaki itu. Si Asisten pun mencoba memisahkan wanita itu dari Aeneas. Namun, pergerakannya ditepis. Dia malah dilempari kursi oleh si Anak Kecil. Perhatiannya pun teralihkan. Dia mendekap tubuh anak kecil itu.
"Dasar bocah nakal!" sungut asisten itu.
Aeneas mencekal pergelangan tangan Arti. Ia memandang Arti dengan wajah dingin. Arti ketakutan. Dia tidak bisa melepaskan diri dari Aeneas.
"Tolong, tolong aku diserang setan!" jerit Arti sekuat tenaga.
Suara Arti membahana, menggelegar melebihi kerasnya gemuruh halilintar. Kegaduhan itu pun memicu keingin Tahuan warga sekitar. Terlebih lagi Arti berulang kali menyebut kata setan.
Mereka yang selama ini ingin tahu wujud nyata dari makhluk gaib tetapi belum pernah melihat secara langsung pun tergerak. Mereka berbondong-bondong menuju rumah Arti.
Masing-masing dari mereka membawa senjata untuk berjaga-jaga. Teflon, serok, sapu, raket nyamuk serta perkakas dapur lainnya menjadi senjata andalan para ibu-ibu. Sementara bapak-bapak membawa golok dan celurit. Kebetulan mayoritas dari mereka adalah petani sehingga sudah menjadi hal yang lumrah bila di rumah mereka ada banyak benda tajam semacam itu.
Salah satu dari mereka mendekati kedua pria yang terlihat sedang menyerang keluarga Arti. Ia menepuk bahu si Asisten. "Woi Maling, dukno bocah kuwi!"
(Woi Pencuri, turunkan bocah itu!)
Si Asisten menoleh. Ia menurunkan anak kecil dalam dekapannya. Aeneas juga melepaskan cengkeramannya pada Arti. Dia mendorong wanita itu hingga terjatuh.
Para warga telah mengepung Aeneas dan asistennya. Kata-kata yang biasa dilontarkan ketika menyergap pencuri pun terucap dari mulut warga. Asisten Aeneas tidak mengerti perkataan mereka. Namun, ia tahu bahwa ia dan bosnya dalam kondisi bahaya.
Jika dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan dia dan bosnya akan menjadi bulan-bulanan warga. Sebagian warga memang masih suka bermain hakim sendiri. Mereka bersikap beringas terhadap seseorang yang dianggap tersangka.
Di saat seperti itu, rasa kemanusiaan tidak lagi ada. Yang ada hanyalah sifat binatang buas—keganasan yang terpuaskan karena ada sasaran pelampiasan. Sebelum semua itu benar-benar terjadi, kesalahpahaman ini harus diluruskan. Meskipun asisten Aeneas tidak mengerti bahasa mereka. Namun, sebagai orang Indonesia, ia sedikitnya bisa menerka-nerka intisari dari hujatan para warga.
"Ini semua salah paham. Kami bukan hantu. Satu lagi, bisakah kalian berbahasa Indonesia? Saya tidak mengerti bahasa kalian."
Asisten Aeneas berusaha bernegosiasi. Untuk apa melakukan kekerasan bila masalah masih bisa diselesaikan dengan jalur diplomasi? Kekerasan hanya akan merugikan kedua belah pihak. Meskipun salah satu dari pihak yang berselisih menang. Jalan kekerasan merupakan pilihan paling terakhir bila perundingan menemui titik buntu. Bila masih bisa dihindari maka sebisa mungkin menghindarinya. Itulah salah satu prinsipnya sebagai seorang konselor.
"Kami mungkin masih bisa percaya denganmu. Tapi bagaimana dengan pria di sebelahmu? Dia terlihat aneh." Salah satu dari warga angkat bicara atas kecurigaannya.
"Benar. Kemarin kulihat dia masih lebih pendek dari putriku tapi sekarang dia sudah lebih tinggi dari Arti," sahut warga lainnya.
"Ya, warna rambutnya memang berubah tapi kurasa aku tidak salah mengenali bocah itu. Walaupun wajahnya saat ini terlihat lebih dewasa," timpal yang lainnya memberikan persetujuan.
"Siapa lagi di desa ini yang memiliki mata hijau kalau bukan dia?" tambah yang lain semakin membuat beberapa orang terhasut.
"Benar."
Mereka pun membenarkan pernyataan satu sama lain, saling berbisik dengan persepsi sendiri-sendiri. Penduduk desa tersebut memang tidak pernah melihat seseorang dengan warna iris mata selain hitam. Kasus mata Sanubari sendiri yang memiliki iris mata cerah bagi mereka tergolong langka.
Adapun televisi dan ponsel pintar yang bisa mereka gunakan untuk memperluas wawasan. Namun, mereka hanya memanfaatkan benda tersebut ala kadarnya. Tidak pernah sekali pun mereka mencoba mencari tahu tentang mata. Lagipula di sinetron yang setiap hari mereka saksikan tidak ada satu pun orang yang memiliki warna iris mata hijau. Oleh sebab itulah terpatri dalam pikiran mereka bahwa manusia hanya memiliki satu jenis warna mata.
"Astaga," batin asisten Aeneas merasa konyol dengan semua ini.
Hanya karena mata saja sebuah masalah besar bisa timbul. Mungkin ungkapan mata adalah harta yang paling nomor satu dan berharga itu ada benarnya. Layaknya uang dan takhta yang tergolong sebagai harta, mata pun bisa memicu perselisihan.
Akan tetapi, bila ditelisik lebih dalam maka bisa ditarik kesimpulan bahwa mata memiliki sumbangsih terbesar terhadap permasalahan. Dengan melihat, rasa iri, benci serta dengki bisa muncul. Dengan melihat, birahi bisa terbangun dari tidurnya. Di saat yang bersamaan penglihatan juga memberikan kebaikan.
Asisten Aeneas menoleh padanya, dengan miris dia berdecak dan membatin, "Mata oh mata, karenamu semua keributan ini terjadi? Sepertinya setampan apa pun yang namanya setan tetap tidak bisa diterima masyarakat, ya?" ia kembali memandang gerombolan penduduk, "aku harus meluruskan ini sebelum mereka menghajar kami."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
ⷨㅤㅤ⠀⠀နզ⃠🦃⃝⃡ℱ 𝐧𝐨𝐯𝐢 𝐚𝐣𝐚
oh 😳😳😳 jadi sanum adalah wanita yang di cari oleh aenes yg tidak lain adalah ibu dari anak nya ya itu sanubari 😳😳😳😳 waw 😱😱😱😱 keren bapaknya sanubari bule 🤔🤔🤔
2021-09-16
3