Dar ... Der ... Dor ...
Suara yang terlepas dari pistol Manila, ketika dia melepaskan tembakanya.
80% ke akuratan Manila dalam hal tembak menembak, menduduki Rangking setelah Lee di urutan pertama dan Letnan Bryan yang masih menjadi runner up di posisi ke 2.
Aku harus bisa melampaui kemampuan Lee dan Letnan Bryan.
Manila terus berlatih, dan berharap suatu saat nanti kemampuan menembaknya akan setara dengan Lee yang bisa menembak targetnya dengan posisi mata terpejam.
"Manila," Letnan Bryan memanggil Manila.
Manila menghentikan latihan dan melepas air plug (alat pengaman telinga).
"Duduklah!, ada sesuatu yang harus aku sampaikan padamu." ucap Letnan Bryan sambil menaruh 2 kaleng minuman dingin di meja duduknya.
Manila duduk dan kini terlihat fokus untuk mendengarkan apa yang akan di sampaikan Letnan Bryan padanya.
"Manila, 2 hari lagi akan di adakan pidato kenegaraan oleh presiden Gerald." ucap Letnan Bryan sambil membuka tutup minuman dingin dan kemudian meminumnya.
"I ya, Letnan." Manila mengangguk.
"Dan kau tahu, tugasmu adalah mengawasi dan mengamankan presiden ketika acara pidato berlangsung." jelas Letnan Bryan.
"Apa saya sendirian dalam melakukan tugas ini?" tanya Manila.
Letnan Bryan menenggak minumanya dan kemudian menaruhnya kembali pada mejanya.
"Tenang saja, aku sudah menugaskan Michael untuk melakukan tugas ini bersamamu." jawab Letnan Bryan.
Manila terlihat menunduk kurang bersemangat.
"Manila bersemangatlah, karena jika kau berhasil melewati tugas ini. Sesuai janjiku kau akan segera di promosikan menjadi seorang detektif." ucap Letnan yang berharap perubahan mood pada Manila.
"I ya, Letnan. Saya akan berusaha semaksimal mungkin dalam tugas ini." jawab Manila dengan sedikit senyum memaksa.
"Manila, jangan pernah bohongi dirimu sendiri." Letnan Bryan tertawa kecil.
"Berbohong dalam hal apa, Letnan?" tanya Manila.
"Manila, aku tahu kau ingin mengerjakan tugas ini berpartner denga Lee. I ya, kan." tebak Bryan yang membuat Manila menunduk sedikit malu.
"Manila, tadinya aku akan memberikan tugas ini pada Lee. Akan tetapi ..." Letnan Bryan menghentikan ucapanya.
"Tetapi apa Letnan?" tanya Manila.
"Tadi pagi Lee meminta izin padaku, karena dia ingin menjenguk saudaranya di rumah sakit jiwa." jawab Letnan dan Manila oun terlihat kaget setelah mendengarnya.
Rumah sakit jiwa?, Lee memiliki saudara?
Kenapa aku tidak tahu?.
"Sudahlah Manila, sebaiknya kau persiapkan mental dan fisikmu agar nanti kau bisa tampil prima ketika mengawal presiden." ucap Letnan seraya bangun dari duduk dan merapikan bajunya.
"I ya, Letnan." jawab Manila yang kini ikut berdiri.
"Baiklah, aku kembali ke kantor dulu." ucap Letnan Bryan seraya melangkah pergi meninggkan Manila.
Manila mengangguk dan mengambil minuman kaleng yang berada di atas mejanya.
"Kenapa Lee tidak menceritakan padaku jika ia memiliki saudara di rumah sakit jiwa?" gumam Manila.
Sebaiknya sekarang aku menghubunginya.
Manila mengeluarkan handphone dari dalam saku celananya dan langsung mencari kontak nama Lee pada layar ponselnya.
"Ini dia 'My lover'." ucap Manila sambil menekan tombol memanggil pada layar ponselnya.
Dan tak berselang lama terhubunglah panggilan telepon tersebut pada Lee yang sedang fokus mengemudi mobilnya.
"Hallo, sayang." sapa Lee dalam memulai percakapanya.
"I ya, sayang. Kau dimana sekarang?" tanya Manila.
"Sepertinya ada wanita cantik yang sangat merindukanku ternyata." goda Lee.
"Yeh, kepedean bener ini orang. Siapa lagi juga yang rindu sama kamu." Manila berkilah dengan wajah memerah.
"Kalau begitu, disinilah aku yang sangat merindukanmu." ucap Lee dan Manila pun kini terlihat senang sambil memegang dadanya.
"Lee tampan, apa hari ini kau sibuk?" tanya Manila.
"Hemmm ... sebenarnya hari ini aku harus menemui seseorang." ucap Lee.
"Siapa ..., laki laki atau perempuan?". tanya Manila dengan perasaan curiga.
"Hemmm ... wanita, tapi kau tenang saja. Aku tak akan pernah berpaling darimu sayang." jawab Lee yang berharap Manila tidak akan marah.
"Bisakah kau mengajaku menemuinya?" tanya Manila penuh harap Lee akan mengajaknya.
Lee terdiam dan tak langsung menjawab pertanyaan yang di lontarkan Manila padanya.
"Kenapa kau diam saja dan tak menjawab pertanyaanku?" cecar Manila yang kini merasa jengkel.
"Sayang, jangan marah please." Lee memohon pada Manila.
Tak ada jawaban atau suara yang keluar dari mulut Manila.
"Sayang, jangan abaikan aku seperti ini." ucap Lee yang kini merasa takut Manila akan salah paham padanya.
"Masa bodo," Manila mengakhiri panggilan teleponya.
Sementara, Lee masih berpikir bagaimana cara menenangkan dan membuat Manila percaya padanya.
"Apa boleh buat." Lee memutar kemudi dan berbalik arah menuju kantor kepolisian.
Sementara. Manila terlihat sedang melamun di meja kerjanya dengan mata yang sudah berkaca kaca.
"Aku benci kau Lee." Manila merobek kertas dan ******* ***** dengan tanganya.
Di luar gerbang kantor kepolisian. Terlihat mobil Fortuner Lee mulai memasuki area parkirnya.
Lee mematikan mesin dan memparkirkan mobilnya.
"Selamat siang Pak Lee." sapa penjaga parkir yang melihat Lee keluar dari mobilnya.
"Siang juga, Pak." jawab Lee seraya berlari kecil menuju kantor kepolisian.
Di dalam kantor kepolisian. Manila masih saja terlihat marah dan emosi. Semua itu terlihat dengan Manila yang terus mencorat coret kertas putihnya dengan spidol.
"Manila." Lee memegang pundak Manila.
Manila langsung menolehkan pandanganya pada Lee yang kini berdiri di samping meja kerjanya.
"Mau apa kau kesini, bukankah tadi kau bilang kau akan menemui seorang wanita." ucap Manila seraya memalingkan pandangan enggan menatap Lee.
Pandangan Lee sejenak beralih pada sebuah kertas putih yang tertulis 'aku benci Lee'.
Ternyata dia sangat mencintaiku hingga seperti ini.
Lee mengambil kertas coretan itu dan tersenyum simpul menanggapinya.
Manila menoleh kembali ke arah Lee dan langsung merampas coretan kertas yang di pegang Lee.
"Kenapa kau tersenyum, apa kau pikir ini lelucon." Manila meremas kertas tersebut dan membuangnya.
Lee menghela nafas dan kini langsung menggenggam tangan Manila.
"Ayo, aku ingin mengajakmu menemui wanita itu." ajak Lee.
"Tidak mau, kau pergi saja sendiri kesana. Apa kau mau aku menangis disana karena melihatmu bermersraan dengan wanita itu." ucap Manila sambil menepis tangan Lee dengan ketus dan cerewet.
"Apa!, bermesraan kau bilang?" Lee heran dan memandang ke arah Manila.
Lee tak mau se isi kantor mendengar privasinya.
"Ikut aku, nanti akan ku jelaskan semuanya padamu." pinta Lee penuh harap.
Akhirnya Manila luluh dan mau mengikuti langkah Lee dari belakang yang keluar dari kantor kepolisianya.
Di luar Lee kembali menggenggam tangan Manila dan mengajaknya ke area parkiran.
Sesampai di area parkir. Lee langsung melepas genggamanya dan menyandarkan Manila pada pintu mobilnya.
"Cepat, katakan padaku! waktuku tak banyak untukmu." Manila memalingkan pandanganya.
Lee menangkup wajah Manila dengan kedua tanganya dan langsung mendaratkan ciuman kecil pada bibir Manila.
Manila yang masih merasa kesal, dirinya tak merespon sentuhan lembut bibir dari Lee dengan terus menutup mulutnya.
Dan Lee memundurkan kepalanya tak ingin memaksakan hasratnya yang bertepuk sebelah tangan.
Dan kemudian Lee membukakan pintu mobil dan memandang ke arah Manila.
"Masuk!, kau akan tahu segalanya setelah kau melihatnya sendiri." titah Lee.
Rasa penasaran yang besar membuat Manila tak ingin berpikir panjang lagi. Dirinya kini masuk dan duduk di bangku depan dan langsung memakai seatbeltnya.
Jangan lupa like rate dan commet jika kalian suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
ʰⁱᵃᵗᵘˢ 𝔰𝔦𝔟𝔲𝔨 𝔯𝔩
sopo Jarwo ya wanita itu.. hilih bikin penisirin aja nih🏃🏃🏃
2021-10-17
6
Elga
semangat terus update
2021-10-11
0
azzahra💕😘
next up
2021-10-08
0