Di kasus kedua yang di temui Manila saat ini adalah, Manila di tugaskan untuk mencari pelaku utama yang melakukan bisnis prostitusi.
Bukan hanya gremo, tapi Manila juga harus mampu mengungkap siapa dalang utama yang menjalankan bisnis yang sangat meresahkan warga, terutama kaum wanita yang sudah berumah tangga tentunya.
Di dalam file berkas yang di pelajarinya. Manila banyak sekali menemukan beberapa laporan, tentang istri yang mengeluhkan suaminya lupa pulang karena tergiur dan karena sering mampirnya di kedai remang remang, tempat si kupu kupu malam beraksi.
"Kalau ini mah suaminya aja yang kegatelan." Manila tertawa kecil dan merasakan lucu setelah membacanya.
Selesai membaca dan mempelajari file atau berkas kasus yang akan di tanganinya. Manila bangun dari duduk dan melangkah menuju tempat dapur officenya.
Di dapur office yang berukuran tidak terlalu besar. Manila masih terlihat bingung. Karena memang ini baru pertama kali baginya.
"Maaf, non. Ada yang bisa saya bantu." tanya ketua OB yang kebetulan lewat.
"Saya ingin membuat teh manis hangat," jawab Manila.
"Kalau begitu, tunggu sebentar. Biar saya saja, nona tunggu saja." ucap si ketua OB.
Sambil menunggu teh manis hangatnya, Manila sekilas memandang melihat lihat keadaan suasana dapur kecil itu.
"Pak, sudah lama bekerja disini?" tanya Manila.
Si ketua terlihat tersenyum ramah sambil mengaduk teh manis hangat pesanan Manila.
"Lumayan, Non." jawab si ketua OB sambil menyerahkan segelas teh manis hangatnya pada Manila.
"Terima kasih, Pak." ucap Manila dan si ketua OB pun mengangguk dan kembali tersenyum ramah.
"Memang asli mana Non cantik?" tanya ketua OB.
"Panggil saja saya Manila Pak, saya asli Malaysia. Tapi Ibu saya berasal dari indonesia." jelas Manila.
Sambil menikmati teh manis hangatnya. Manila terlihat akrab berbincang dengan ketua OB.
"Maaf, Pak. Saya tidak bisa berlama lama, terima kasih teh manis hangatnya." ucap Manila seraya pergi melangkah menuju meja kerjanya kembali.
Di meja kerjanya. Manila kembali menemui titik jenuh. Sesekali ia memandang meja kerja Lee yang selalu kosong.
"Kamu kemana Lee, apa kau baik baik saja hari ini?" gumam Manila.
Manila tidak menyadari bahwasanya sedari tadi Michael selalu memperhatikan pandangan Manila yang selalu memperhatikan meja kerja Lee yang selalu kosong.
Kini aku yakin bahwa Manila telah jatuh hati kepada Lee.
Waktu kini telah berganti sore hari, Dan Manila pun terlihat membereskan meja kerjanya.
"Manila, kau di panggil Letnan Bryan sekarang." salah satu rekan sesama polisi memberitahu Manila.
"Iya, terima kasih." jawab Manila.
Setelah selesai membereskan meja kerjanya. Manila kini melangkah menuju ruangan Letnan Bryan.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Masuk saja Manila." seru Bryan dari dalam ruanganya.
Manila kini memasuki ruangan Letnan Bryan dan segera berdiri tepat di hadapanya.
"Apakah anda memanggil saya, Pak?" tanya Manila.
"I ya, Manila. Silahkan duduk dulu sebentar." jawab Bryan sambil mencari sesuatu di laci mejanya.
Setelah menemukan yang di carinya, Letnan Bryan segera mengambil dan memberikanya pada Manila.
"Ini kunci apa Letnan?" tanya Manila yang melihat sebuah kunci mobil.
"Ini kunci mobil untukmu." jawab Letnan sambil tersenyum.
"Tapi saya belum mengerti, kenapa anda memberi kunci mobil kepada saya?" Manila masih merasa bingung.
"Jadi begini Manila ...." Letnan Bryan menjelaskan bahwasanya permohonan ventaris mobil untuk Manila yang di buatnya kepada pusat telah mendapat persetujuan.
"Mulai dari sekarang, kau bisa mempergunakan pentaris mobil polisi ini untuk kepentingan bertugasmu." ucap Bryan dan Manila pun kini mengerti.
"Sekali lagi, saya ucapkan banyak terima kasih kepada anda Letnan." jawab Manila yang terlihat senang.
"O ya, Manila. Lee menitipkan salamnya untukmu." ucap Letnan dan wajah Manila pun menjadi blus memerah.
"I ya, Letnan." jawab Manila sambil menunduk menutupi rasa malunya.
"Letnan, bolehkah aku menanyakan sesuatu pada anda?" tanya Manila penuh ragu.
Bryan mengangguk mantap dan mempersilahkan Manila untuk bertanya.
"Apakah Lee baik baik saja?" tanya Manila dan Letnan Bryan pun mendadak tertawa.
Manila menundukan kembali kepalanya merasa malu di depan Letnannya.
Apakah yang aku tanyakan ini salah?.
"Manila ... Manila, Kamu ini. Berarti benar dugaan istriku selama ini." ucap Bryan dan Manila pun sedikit penasaran.
"Memang istri anda menduga apa?" tanya lagi Manila.
"Istriku menduga, bahwa tidak lama lagi kau akan mencintai Lee, Bhua ... ha..ha." jawab Bryan yang di sambung tawa lepas.
Tak ingin semakin malu, akhirnya Manila berdiri dan mencoba meninggalkan ruangan Letnan Bryan.
"Manila, aku minta maaf. Aku setuju jika berpasangan dengan Lee. Tapi ingat, kau harus bersikap Profesional." ucap Bryan sambil memegang pundak Manila.
Manila mengangguk mendengar ucapan Letnan Bryan.
"Sekarang kau pulanglah dan beristirahat." titah Bryan dan Manila pun mengangguk dan segera pergi meninggalkan ruangan Letnan Storm.
Di area parkir kepolisian. Manila mencari mobil ventaris yang di berikan Letnan padanya.
"Kenapa aku bisa lupa, di kunci ini kan terdapat remote jaraknya." Manila tertawa kecil dengan kebodohanya.
Setelah menekan remote jarak jauhnya. Akhirnya mobil ventaris yang di cari Manila kini telah berhasil di temukan.
"Oh, itu dia mobilnya." Manila melangkah ke arah mobilnya yang terparkir di pojok.
Manila membuka pintu mobilnya dan bersiap untuk masuk.
Uppsss .....em ... em ...em..
Seseorang telah berhasil membungkam dan membawa Manila kebagian belakang mobilnya.
Manila terus mencoba memberontak mencoba melepaskan dirinya.
Seseorang itu kini melepaskan Manila dan membalikan badan Manila agar menghadap ke arah dirinya.
"Lee ...," ucap Manila yang baru mengetahui bahwa orang yang membungkamnya adalah Lee.
Lee mengangguk dan tersenyum membuat memandang Manila.
"I ya, ini aku Manila. Apa kau kaget?" tanya Lee.
Manila malah menangis di depan Lee.
"Kau kenapa Manila, kenapa tiba tiba kau menangis?" Lee merasa heran pada Manila.
Manila langsung memeluk Lee dengan sambil menumpahkan rasa sedihnya.
Lee mencoba menenangkan Manila dengan mengusap ngusap punggungnya.
"Katakan padaku, kamu kenapa. Kenapa kau tiba tiba menangis?" tanya Lee seraya mencium kening Manila.
"Aku ... aku..., aku sangat merindukanmu Lee." Manila kembali menangis terisak di dalam pelukan Lee.
Lee melepas pelukanya dan kini menangkup wajah Manila dengan kedua tanganya.
Lee memandang bola mata Manila mencari kebenaran dari kata yang telah di ucapkan Manila padanya.
Dengan pelan dan perlahan, Lee mendekatkan bibirnya pada bibir Manila. Dan Manila pun menerima perlakuan lembut Lee.
Lee dengan lembut membuka bibir Manila dan mulai menghisap manisnya madu yang terdapat pada Manila dengan bibirnya.
Manila memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut Lee dan belaian lembut tangan Lee pada rambutnya.
Semakin lama sentuhan lembut tadi, kini berubah menjadi sebuah ciuman panas layaknya drama korea yang sering tampil di layar kaca.
Manila terus membalas perlakuan lembut Lee dengan memperdalam lidahnya menghisap dan bertukar saliva.
Lee melepas pagutanya, dan kini mereka berdua saling beradu pandang dengan inten.
"I love you Manila." ucap Lee seraya mencium kening Manila sambil memeluknya.
Manila merasakan hangat bibir Lee pada keningnya sambil tersenyum.
"I love you too Lee." Manila mengeratkan pelukanya pada Lee.
HAI ... JANGAN LUPA LIKE AND VOTENYA YA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Eaakhy Fitry
laju x...
2022-10-23
0
💞®²👸ᖽᐸ🅤ᘉᎿ🅘💞
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2021-11-12
0
Sisis Wu₹
ih gemes
2021-10-30
0