Di kasus pertama yang di tanganinya. Akhirnya Manila berhasil menyelesaikanya dengan mulus. Bahkan tak sedikit para rekan seniornya merasa bangga dengan hal yang telah di lakukan Manila.
"Selamat Manila." ucap sesama rekan police officer yang bangga dengan kinerja Manila.
"I ya, terima kasih ya." Manila tersenyum menanggapi semua ucapan para rekan kerjanya.
Kalau bukan karena bantuan banaspati itu, mungkin saat ini diriku tinggal nama saja. Terima kasih Banaspati.
"Manila, kenapa kau melamun?, Letnan Bryan sudah menunggu kita di ruanganya." ucap Michael yang membuat Manila tersadar dari lamunan sesaatnya.
Michael dan Manila kini telah masuk dan berada di dalam ruangan Letnan Bryan Storm. Ternyata tak di sangka, Lee juga sudah berada berdiri di ruangan tersebut.
"Sedang apa kau disini pria es?" tanya Michael yang kurang senang dengan hadirnya Lee.
Lee hanya tersenyum menanggapi pertanyaan dari Michael.
"Kalian bertiga, apa kalian tahu mengapa aku mengumpulkan kalian disini?" tanya Letnan Bryan dan mereka bertiga pun hanya menggelengkan kepala saja.
"Yang pertama, aku ucapkan selamat padamu Manila. Aku sangat bangga sekali padamu." puji Letnan dan Manila pun mengangguk sambil tersenyum.
"Kenapa hanya Manila saja yang di puji Paman." ucap Michael yang merasa iri.
"Diam kau Michael, dan hentikan memanggilku Paman ketika berada di kantor. Belajarlah profesional." jawab Letnan Storm.
Lee hanya tertawa kecil mendengar Letnan yang menanggapi sifat kekanak kanakan Michel.
"Kenapa kau tertawa pria es, puas kau melihatku seperti ini." Michael jengah dengan Lee.
"Michael, seharusnya kau bisa meniru Lee. Apa kau tahu kenapa aku memanggil Lee kesini." ucap Letnan dan Michael pun langsung terlihat penasaran.
"Lee telah berhasil menangkap pelaku perampokan Bank yang selama ini telah menjadi target sasaran kita." jelas Letnan yang membuat Manila dan Michael kaget.
Secara tidak sadar Manila yang berada di tengah tengah antara Lee dan Michael. Dirinya langsung memeluk Lee karena bangga dengan kinerja Lee yang hebat.
"Selamat ya, kau hebat Lee. Dan aku sangat bangga padamu." Manila memeluk Lee dengan tangan yang mengalung di leher Lee.
Michael mengepalkan tanganya dan terlihat sangat terpukul melihat pemandangan pagi yang sudah membuatnya jengkel sekali.
Lee memandang inten ke dalam bola mata Manila.
"Ada Letnan di depan kita Manila." Lee menyadarkan Manila dan Manila pun langsung melepas pelukanya dan merasa malu.
"Maafkan aku Lee. Tadi aku terbawa suasana." ucap Manila dengan lirih.
Ingin rasanya aku menenggelamkan wajahku di dalam lautan.
Letnan Bryan hanya tertawa melihat Manila yang terlihat cute ketika malu.
Michael mengepalkan tanganya merasa geram.
"Sepertinya aku disini hanya menjadi obat nyamuk saja." ucap Michael seraya pergi meninggalkan ruangan Letnan Bryan.
Letnan Bryan hanya bisa menggelengkan kepala melihat sifat Michael yang tak pernah berubah layaknya anak anak.
Sedangkan Manila dan Lee merasa serba salah dengan perginya Michael dari ruangan.
"Sudah, kalian berdua tak usah hiraukan dia." ucap Letnan dan membuat Lee dan Manila kembali terlihat serius.
"Lee, ada sebuah kasus dan aku rasa kasus ini sangatlah berat." ucap Letnan dengan wajah sedikit ragu.
"Katakan saja Pak." jawab Lee dengan wajah tenangnya.
Letnan Bryan memberikan sebuah berkas dan Lee langsung menerimanya.
"Semuanya ada disitu Lee, dan aku berharap banyak padamu untuk menyelesaikan kasus ini." pinta Bryan pada Lee.
"Dan kau Manila, aku akan memberikan break atau bonus libur 2 hari untukmu karena telah berhasil menyelesaikan kasus pertamu." ucap Letnan namun Manila terlihat kurang senang mendengarnya.
"Pak, bisakah anda membatalkan break yang anda berikan kepada saya?" tanya Manila dan Letnan Bryan pun malah tertawa terbahak.
"Kenapa lagi Manila, apa yang membuatmu menolak break dariku?" tanya Letnan.
Manila sekilas memandang ke arah Lee yang masih berdiri dan fokus membaca berkas kasus baru yang akan di tanganinya.
"Bisakah anda mengizinkan saya untuk membantu senior Lee memecahkahkan kasus pembunuhan berantai ini?" tanya Manila yang pandanganya melihat sepintas berkas yang di pegang Lee.
Lee kaget dan segera menutup berkasnya. Terlihat raut wajah yang berubah menjadi marah.
"Apa kau gila Manila?, jika kau ikut bersamaku memecahkan kasus ini. Kau hanya akan membuatku repot saja." Lee membentak Manila di depan Letnan.
"Sabar, Lee. Tak sepantasnya kau meninggikan nada bicaramu pada rekan kerjamu." Letnan Bryan mencoba meredam amarah Lee.
Lee berbalik memandang ke arah Letnan Bryan dan memandangnya dengan tajam.
"Saya tidak meminta pendapat anda." ucap Lee seraya pergi meninggalkan Manila yang menangis ketakutan.
Letnan Bryan merasa kasihan melihat Manila yang bersedih.
"Manila," panggil Letnan.
" I ... iya, Pak." jawab Manila sambil menangis sesenggukan.
"Atas nama Lee. Aku benar benar meminta maaf." ucap Letnan Bryan yang merasa kasihan pada Manila.
" Tidak apa apa, Pak. Ini memang salah saya. Dan saya pantas mendapatkanya." jawab Manila dengan kepala menunduk dan belum berhenti menangis.
"Manila, aku ingin berbicara serius apa kau bisa?" tanya Letnan Bryan.
Manila mengangguk dan mengusap air mata dengan punggung tanganya.
"Manila, aku akan menemuimu di cafe Star jam 7 malam. Dan aku yakin kau pasti tertarik dengan apa yang akan aku ceritakan padamu nanti." ucap Letnan dan kini Manila sudah bisa sedikit tersenyum.
"Dan sekarang, kau print out laporan kasusmu. Dan setelah itu kau bisa pulang." titah Letnan, dan Manila pun mengangguk dan meninggalkan ruangan Letnan.
Beberapa jam kemudian...
Manila telah selesai dengan laporan print outnya. Dan kini dirinya terlihat bersiap untuk pulang dan kembali menuju apartemenya.
Di dalam bus yang menuju apartemen rumahnya. Manila masih terlihat melamun, bayangan Lee yang tiba tiba membentaknya benar benar membuat dirinya takut dengan kepala menunduk dan menangis.
"Bolehkah aku duduk disini." tanya seorang penumpang dan Manila hanya membalasnya dengan anggukan saja.
"Kenapa kau menangis?" penumpang itu memberikan Manila sebuah sapu tangan.
Alih alih menerima sapu tangan tersebut, Manila malah terlihat semakin deras meneteskan air matanya.
"Katakan padaku, siapa yang telah melukai dan membuatmu menangis?" tanya lagi penumpang itu dengan santainya.
Tanpa melihat dan mengetahui penumpang yang kini duduk di sebelahnya, Manila kini mengepalkan tangan dan bersiap membentak penumpang yang sok care atau peduli padanya.
"Bukan urusan ...mmm." Manila menghentikan perkataanya setelah tahu penumpang yang duduk di sebelahnya adalah Lee.
Lee tersenyum tampan dan membuat Manila yang memandangnya langsung menunduk.
"Kenapa kau tak menyelesaikan perkataanmu?" ucap Lee dengan nada menggoda Manila.
Manila mengangkat wajahnya dan memukul mukul kecil ke arah dada Lee.
Lee hanya tertawa kecil menanggapi Manila yang seperti itu padanya.
"Aku minta maaf, aku tak berniat sedikit pun membuat hatimu terluka apalagi membuatmu menangis seperti ini." Lee memeluk Manila dan menenggelamkan wajah Manila pada dadanya.
"Kau jahat ... jahat ...jahat." Manila semakin mengeratkan pelukanya pada Lee.
Lee meneteskan air matanya dan berlanjut mengecup kening Manila.
"Maafkan aku, Manila." ucap Lee dengan lirih.
LIKE ... LIKE AND LIKE ...KASIH LIKE DAN VOTENYA YA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Di bentak gitu aja nangis,Cengeng banget,Apa disaat latihan waktu masuk polisi gak pernah di bentak2?? Setau ku masuk polisi dan tentara itu latihannya keras banget,di bentak2 itu sudah makanan mereka sehari2,Jadi mereka sudah biasa,,🙄🙄
2023-05-26
0
Andriani
polisi koq ga ada tegas²nya gtu thor
2022-09-29
0
May nurwidya
lha oq aneh msak polisi cengeng
2022-03-07
0