Di hari sabtu pagi pada hari liburnya. Manila menyempatkan dirinya untuk kembali mengasah kemampuan bela diri bersama gurunya.
"Manila, kalau aku lihat. Semakin kesini kau semakin menunjukan perkembangan yang pesat." puji guru bela diri Manila yang bernama Hanzo.
"Terima kasih Guru, ini juga tak lepas dari guru yang tak pernah bosan melatih dan mendidiku." jawab Manila.
"Bagaimana kalau kita rehat sejenak sambil berbincang menikmati teh manis hangat." ajak Hanzo dan Manila pun mengangguk.
Di dalam ruangan yang berukuran tidak begitu besar. Kini Manila dan Hanzo terlihat duduk santai sambil menikmati teh hijau herbal yang di ramu khusus oleh Hanzo untuk Manila.
"Guru, teh hijau herbal ramuanmu sungguh nikmat." puji Manila.
"Bisa saja kau ini Manila Bhua... ha..ha." jawab Hanzo sambil tertawa.
Bercanda ria setelah sekian lama tak berjumpa. Namun Hanzo tiba terhenti ketika melihat Manila yang kini tiba tiba saja terlihat murung.
"Kau kenapa Manila?" tanya Hanzo.
"Tidak guru, aku tidak apa apa." Manila mencoba menutupi.
"Manila, kau sudah ku anggap sebagai putriku. Jadi sepantasnya kau ceritakan saja apa yang mengganjal hatimu." ucap Hanzo yang membuat Manila kini berpikir kembali.
"Kehidupan di kota besar sangat sulit dan tingkat kejahatanya pun sangat tinggi." Manila menghela nafas dan menghembuskanya sambil memegang kepalanya.
Hanzo menatap dalam ke dalam bola mata Manila mencoba menerawang mencari kebenaran.
"Apakah hanya itu saja yang ingin kau ceritakan padaku?" tanya Hanzo yang masih meragukan Manila.
"Maksud guru?" Manila kini terlihat sedikit gugup.
"Lantas, siapa lelaki tampan yang selalu datang menolongmu?" tanya Hanzo sambil tersenyum ke arah Manila.
"Lelaki tampan mana yang guru maksudkan?" Manila berlagak polos.
Hanzo kembali tertawa puas melihat Manila yang makin gugup di hadapanya.
Ya, aku bisa merasakan energi lelaki itu kini berada tak jauh dari tempatku
"Manila tunggu disini sebentar." Hanzo bangun dari duduk dan langsung berlari keluar dari ruanganya.
"Guru, ada apa?" Manila bangun dan mengejar gurunya.
Namun dengan secepat kilat Hanzo langsung menghilang dan Manila pun bingung karena kehilangan jejaknya.
"Siapa kau sebenarnya, dan kenapa kau berdiri di depan pintu gapuraku?" tanya Hanzo yang kini telah berada dan berdiri di belakang lelaki misterius itu.
Lelaki misterius itu hanya tersenyum dengan aura yang memancar dari tubuhnya.
"Apakah ada suatu keharusan untuk aku menjawab pertanyaan darimu?" Pria misterius itu balik bertanya.
Hanzo tersenyum dan mencoba memegang pundak lelaki misterius tersebut.
Namun belum sampai tangan Hanzo menyentuh pundak si spria misterius itu, pria kini tiba menghilang dan berada tepat di belakang Hanzo.
"Gerakanmu cepat sekali anak muda. Dan ku akui, aku sangat bangga padamu." puji Hanzo dan ia pun kini berbalik mencoba menyerang si pria misterius itu.
Namun hal yang sama kini terjadi lagi. Lelaki misterius itu kembali menghilang di hadapan Hanzo.
"Jika kau datang hanya untuk mengganggu Manila, aku tak akan pernah membiarkan hal itu sampai terjadi." Hanzo kini mulai mengancam si pria misterius itu.
Hanzo memejamkan mata dan mencoba mencari keberadaan dan posisi lelaki misterius yang tak bisa di lihatnya dengan kasat mata.
"Itu dia." Hanzo membuka mata dan melepaskan kepalan tinju halilintarnya ke arah pria misterius tersebut.
"Apa!" Hanzo terkejut karena pria tersebut mampu menahan seranganya hanya dengan tangan kirinya.
"Mana mungkin, kau ini manusia apa bukan?" Hanzo makin tercengang memandang pria itu yang makin tersenyum asik dan tenang memandang dirinya.
"Kedatanganku kesini tak ada niat mencari keributan." jawab si pria misterius tersebut.
"Lantas, apa yang sebenarnya kau inginkan dariku." Hanzo terlihat pucat pias.
Lelaki misterius itu menurunkan tangan Hanzo dan berbaalik sambil tersenyum kembali.
"Kedatanganku kesini, karena aku sangat merindukan wanita cantik yang sedang berada di dalam rumahmu." jawab lelaki itu sambil melangkah menjauhi Hanzo.
Hanzo makin tercengang dan kaget dengan pernyataan yang baru saja di dengarnya.
"Tidak bisakah kau menukar semua itu dengan nyawaku ini." Hanzo bersedih dan tak mau kehilangan Manila.
Lelaki misterius itu menghentikan langkahnya sesaat.
"Aku sangat mencintai Manila dan aku tak mau menukarnya dengan apa pun." jawab si pria misterius seraya melanjutkan kembali langkahnya.
Hanzo terus menatap punggung lelaki misterius itu hingga menghilang dari pandanganya.
"Guru, aku mencarimu. Kenapa kau menangis?" tanya Manila yang baru saja datang.
Hanzo hanya menggelengkan kepala sambil mengusap air matanya.
"Aku hanya teringat mendiang istriku saja. Ayo kita kembali kedalam." ajak Hanzo pada Manila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
maestuti dewi saraswati
lanjut thor semakin mantull
2021-11-01
1
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞 ZY ᵇᵃˢᵉR⃟✇⃟ᴮᴿ⸙ᵍᵏ
semangat semangat bang
2021-10-19
0
ʰⁱᵃᵗᵘˢ 𝔰𝔦𝔟𝔲𝔨 𝔯𝔩
bener2 keren Thor 👍👍👍
2021-10-17
6