KERUSUHAN KECIL

Turun dari sebuah Bus, kini Manila melangkah bersama Lee menuju apartemen Manila yang jaraknya tak begitu jauh dari Halte.

"Jadi kau tinggal di apartement ini?" tanya Lee yang baru sampai di depan apartemen Manila.

"I ya," Manila mengangguk.

Lee melangkah lagi bersama Manila dan tak berselang lama, mereka berdua akhirnya sampai di depan pintu apartemen Manila.

"Ayo kita masuk?" ajak Manila sambil membuka pintunya.

"Baiklah." jawab Lee.

Di dalam apartemen, Manila mempersilahkan Lee agar duduk terlebih dahulu, sementara Manila memilih masuk ke dalam kamar untuk segera mengganti pakaian seragamnya.

Manila telah mengganti baju dengan style casual sensual yang terlihat santai.

"Mau minum kopi?" tawar Manila.

"Boleh," jawab Lee.

"Baiklah, tunggu sebentar disini." Manila melangkah menuju dapurnya.

Sambil menunggu Manila selesai dengan membuat kopinya. Lee memanfaatkan waktu kosongnya untuk sekedar melihat lihat ruangan apartemen tempat Manila tinggal.

Tanpa memasuki kamar Manila, pandangan Lee ternyata bisa menembus dan mengetahui isi ruangan kamar Manila.

"Rapi sekali." gumam Lee.

"Apanya yang rapi?" tanya Manila yang membuat Lee kaget dan langsung berbalik badan.

"Maksudku, ruangan apartemenmu rapih dan aku suka style rumahmu." jawab Lee sedikit gugup.

Segelas kopi manis di iring sepiring camilan menemani mereka dalam acara ngobrol santainya.

Walaupun bisa di katakan Manila masih baru dalam mengenal Lee, tapi dia sudah telihat akrab dan nyaman bersamanya.

Semua itu terlihat dari Manila yang sudah mau bercerita tentang kehidupan masa lalunya pada Lee.

Sekilas Lee memandang ke arah Leher Manila. Dirinya merasa heran, dan langsung menyingkap rambut Manila untuk melihat lehernya.

"Kenapa ada bedak tebal di lehermu?" tanya Lee yang membuat Manila malu dan merasa tidak nyaman.

Manila merasa bingung untuk menjelaskanya pada Lee.

"Kenapa kau diam?" tanya lagi Lee.

"Tidak apa apa, ini hanya masuk angin saja." Manila gusar dan tak terlihat nyaman dalam duduknya.

"Ouwh, tadinya aku pikir pacarmu ...." ucap Lee dan Manila pun langsung bangun dari duduk dan meloncat kepangkuan Lee kemudian membungkam mulut Lee dengan tanganya.

"Aku harap kau tidak memiliki pikiran macam macam padaku." Manila memandang Lee dan kemudian melepaskan tanganya dari mulut Lee.

Lee mengangguk anggukan kepalanya pada Manila.

Di sela perbincangan yang sedikit serius. Tiba tiba telepon yang berada di dalam ruangan Manila berdering, dan membuat pandangan Lee dengan Manila tertuju telepon tersebut.

"Cepat kau angkat panggilanya." ucap Lee dan Manila pun segera turun dari pangkuanya.

Di dering ke 3 Manila langsung mengangkat panggilan teleponya.

"Kak ... Kak Manila." suara Cintya terdengar ketakutan di dalam panggilanya.

"Cintya, kamu kenapa?" tanya Manila yang kini menanggapinya cemas.

"Kau mau coba melapor hah!" Suara seorang lelaki dan seketika panggilan dari Cintya pun terputus.

Manila menutup panggilan teleponya dan memandang ke arah Lee yang masih duduk di sofanya.

"Ada apa Manila, kenapa wajahmu terlihat ketakutan?" tanya Lee dan Manila pun seketika berlari keluar dari apartemenya.

"Tunggu aku Manila." Lee bangun dari duduk dan mengejar Manila keluar dari apatemenya.

Dengan gugup Manila menekan nekan tombol lift apartemenya.

"Kenapa lambat sekali pintu lift ini terbukanya." ucap Manila dan kini pandangan Manila pun berlalih ke arah tangga darurat.

Tak ingin membuang waktu lagi, kini Manila berlari melalui tangga darurat yang jaraknya tak jauh dari lift apartemenya.

"Semoga aku tidak terlambat, tunggu aku Cintya." Manila terus mempercepat laju gerakanya.

Di depan toko Burke, Manila langsung masuk dan mencari dimana Burke dan Cintya berada.

Manila kaget seketika tahu beberapa preman sedang terlihat menodongkan pistol ke arah Burke yang posisi tanganya terikat, Dan Cintya yang sedang berlutut dengan mulut yang sedang di bungkam.

"Ayo Manila cepat kau cari jalan keluarnya." gumam hati Manila.

Manila mengedarkan pandanganya mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengalihkan perhatian beberapa preman tersebut.

Dan pada akhirnya, pandangan Manila tertuju pada sebuah kaleng sarden.

"Rasakan ini." Manila melemparkan kaleng tersebut ke arah wajah si preman.

Dan benar saja, lemparan yang di lakukan Manila itu tepat mengenai wajah si preman yang sedang menodongkan pistol ke arah kepala Burke. Hingga tak sengaja si preman tersebut menembak ke atas dan mengenai lampu supermarket hingga membuat keadaan menjadi gelap.

Manila tidak menyiakan momen tersebut. Dengan cepat dia menghajar menyingkrikan seenjata api pada tangan preman tersebut.

Setelah puas menghajar dan melumpuhkan salah preman. Manila tiba tiba saja di kagetkan dengan beberapa preman yang kini sudah terikat dalam posisi menunduk takut.

Manila melangkah ke arah Burke dan segera melepaskan ikatan yang mengikat tangan Burke.

"Apa anda baik baik saja, Pak Burke?" tanya Manila.

Burke mengangguk dan segera menolong Cintya anaknya.

"Jangan takut sayang, Papa sudah bersamamu." Burke memeluk Cintya sambil menangis.

Sambil melangkah ke arah preman yang kini sudah terikat, Manila terlihat mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi pihak kepolisian.

"Terima kasih Manila." ucap Burke.

"Iya, Pak. Sudah menjadi kewajiban saya." jawab Manila.

"Pak Burke, apa kau melihat seseorang selain saya yang menghajar mereka?" tanya Manila dan Burke malah melirik ke arah putrinya.

Dan Manila pun paham dengan maksud yang di tujukan padanya. Dan kini Manila perlahan mendekati Cintya yang masih terlihat ketakutan.

"Cintya, sayang. Apa kau melihat seseorang selain Kakak yang datang kesini dan menghajar mereka?" tanya Manila yang kini pandanganya tertuju pada beberapa preman yang sudah terikat.

"Kakak aku takut." ucap Cintya seraya memeluk Manila dengan erat.

Manila mengusap punggung Cintya mencoba untuk menenangkan suasana hatinya.

Hampir saja Manila membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan dari Manila. Tiba tiba saja Lee datang dan masuk ke dalam toko Burke.

"Manila, maaf aku terlambat." ucap Lee yang kini berada di samping Manila yang sedang memeluk Cintya.

"Tidak apa apa Lee, semua sudah selesai. Cintya hanya sedikit trauma saja mungkin." jawab Manila.

Tim kepolisian yang tadi sempat di hubungi Manila, kini telah datang dan masuk ke toko Burke. Suasana di dalam toko yang gelap membuat pihak kepolisian lebih memilih langsung membawa para preman tersebut.

"Kalian pulang saja, Kami sudah baik baik saja." ucap Burke namun Manila masih penasaran memandang ke arah Cintya.

"Itu benar Manila, lebih baik sekarang kau cepat beristirahat."titah Lee.

Dan Lee pun langsung menggandeng tangan Manila dan mengajaknya agar kembali ke apartemen.

Setelah di luar toko, tiba tiba saja Burke datang menghampiri Lee dan Manila.

"Hei anak muda, apa kalian berpacaran?" tanya Burke yang melihat Lee menggenggam tangan Manila.

Lee dan Manila langsung melepas gengggamanya dan merasa malu.

"Bukan, kita hanya sebatas rekan kerja saja." jawab Manila.

"I ya, untuk sementara kita berdua masih rekan kerja Pak." Lee menimpali ucapan dan membuat Manila terlihat sedikit malu di buatnya.

"Baiklah, aku pamit pulang dulu Manila." ucap Lee seraya mengusap kepala Manila dan melangkah pergi.

Terpopuler

Comments

💞®²👸ᖽᐸ🅤ᘉᎿ🅘💞

💞®²👸ᖽᐸ🅤ᘉᎿ🅘💞

aku paling gk bisa komen

2021-11-12

1

maestuti dewi saraswati

maestuti dewi saraswati

kayaknya Lee punya kekuatan super deeehhhh

2021-11-01

1

seza²

seza²

kayaknya Lee ni yg jadi banaspati
waawww keren

2021-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!