Sekembalinya dari toko Burke, kini Manila telah kembali masuk ke dalam apartrmenya.
Sambil bergulang guling di atas tempat tidurnya, Manila terlihat senyam senyum sendiri layaknya anak muda zaman now yang sedang kasmaran.
Namun semua itu seketika berakhir ketika Manila melihat jam dinding yang terpajang di dinding kamarnya.
"Aduh, kenapa aku bisa lupa sih." Manila segera bangkit dari tempat tidur dan bergegas berlari menuju kamar mandinya.
Dengan waktu 15 menit itu, Manila kini telah menyelesaikan ritual mandinya. Dan dengan cepat dia segera menggunakan casual jean nya.
"Letnan Bryan pasti sudah menunggu lama." Manila berlari keluar dari apartemen dengan membawa tas selempangnya.
Dari lobi apartemenya, Manila terus berlari menuju Halte yang tak jauh dari apartemenya.
"Itu dia," Manila melihat sebuah taxy dan langsung menghentikan taxi tersebut dengan tanganya.
"Pak, tolong antar saya ke cafe ini." pinta Manila ketika sudah duduk di dalam taxinya.
Supir taxi itu mengangguk dan segera melajukan kembali mobilnya menuju cafe yang telah di tujukan Manila sebelumnya.
Dan kini taxi yang di tumpangi Manila telah berhenti tepat di cafe yang di tuju Manila.
"Sudah sampai nona." ucap supir tersebut memberitahukan Manila.
Manila mengangguk dan segera mengeluarkan ongkos taxi dan memberikanya pada supir tersebut .
"Terima kasih." ucap Manila seraya keluar dari taxi tersebut.
Benar, nama cafe ini sesuai dengan yang telah di sebutkan Letnan tadi pagi padaku.
Manila kini mempercepat langkahnya dan masuk ke dalam cafe tersebut.
Di dalam cafe, Manila mengedarkan pandanganya mencari dimana Letnan Bryan berada. Dan syukurlah, pandanganya terhenti ketika seorang wanita cantik bergaun merah maroon melambaikan tangan pada Manila, menyuruhnya agar segera mendekatinya.
"Iya, itu dia Letnan Bryan. Tapi siapa wanita cantik bergaun merah maroon itu." gumam Manila sambil melangkah menghampiri meja Bryan.
Di depan meja Letnan Bryan, Manila langsung menundukan kepalanya meminta maaf atas keterlambatanya. Manila takut sekali bahwasanya keterlambatanya itu akan membuat Letnan Bryan bersama wanita cantik yang duduk bersamanya akan marah.
"Duduklah Manila, tak usah sungkan seperti itu." ucap Bryan dan Manila pun sedikit terheran.
"Anda tidak marah kepada saya Pak?" tanya Manila setelah duduk berdampingan dengan wanita cantik yang berada di samping Bryan.
Letnan Bryan malah menggelengkan kepalanya dan seketika tertawa lepas memandang ke arah Manila.
"Kau ini, bagaimana aku bisa marah padamu. Jikalau keterlambatanmu ini karena sedang menegakan keadilan." jawab Bryan.
"Maksudnya?" tanya lagi Manila.
"Tadi Lee sudah memberitahuku, bahwa kau telah berhasil melumpuhkan beberapa preman yang sedang mengacau dan meresahkan warga." jelas Bryan pada Manila.
"Ternyata apa yang sering di ceritakan Suamiku itu memang benar." ucap Wanita cantik yang duduk di sebelah Bryan.
"O ya, maaf aku lupa Manila. Perkenalkan, ini Grace istriku." Bryan memlerkenalkan wanita cantik itu pada Manila.
"Wah, Letnan hebat. Ternyata anda memiliki istri yang sangat cantik." puji Manila.
"Kau bisa saja Manila. Oh ya, bagaimana kalau kita pesan makananya sekarang." ucap Bryan dan kedua wanita cantik itu mengangguk.
Mereka bertiga menikmati acara makan malamnya dengan nikmat sekali. Semua itu terlihat pada Manila yang sangat lahap sekali dalam menikmati makananya dan membuat Grace selalu tertawa.
"Makananya enak sekali." ucap Manila yang baru selesai dengan acara makannya.
"Pantas saja kau lahap sekali Manila ha..ha..ha," Grace kembali tertawa.
"Manila." panggil Bryan dengan nada dan intonansi yang kini terlihat serius.
Grace dan Manila pun kini pandanganya tertuju pada Bryan.
"Atas nama Lee. Aku ingin meminta maaf kepadamu." ucap Bryan dengan tulus.
"Tenang saja, Letnan. Kita berdua sudah berbaikan dan saya juga sudah melupakan hal itu." jawab Manila dan Grace pun mengangguk salut memandang Manila.
"Benarkah, syukurlah kalau seperti itu. Aku pun senang mendengarnya." ucap Bryan yang kini kembali santai dan ceria.
"Manila, aku ingin sedikit memberitahu latar belakang tentang Lee kepadamu." ucap Bryan dan kini Manila pun mulai fokus.
Letnan Bryan Storm menceritakan bahwasanya Daniel Lee yang akrab di panggil Lee. Memanglah orang yang tertutup, dan semua itu tak lepas karena masa lalunya yang sangat menyedihkan.
"Darimana anda bisa tahu Letnan?" tanya Manila dengan penasaran.
Bryan menghela nafas dan menghembuskannya secara perlahan.
"Karena akulah dulu yang menangani kasus pembantaian yang menimpa keluarganya." jelas Bryan dan Manila pun kaget sambil menutup mulutnya.
Letnan Bryan tak menyangka bahwasanya Lee akan menjadi salah satu korban yang bertahan hidup. Karena ketika itu Bryan mendapati Lee sudah mengalami luka tembakan yang parah di sekujur tubuhnya.
Mendengar penuturan cerita yang di ucapkan Bryan. Manila kini terlihat bersedih dan mengalirkan air matanya.
Kini aku tahu kenapa Lee tiba tiba bersikap kasar kepadaku.
"Dan mungkin hanya itu saja yang aku tahu tentang Lee dan bisa aku ceritakan padamu Manila." ucap Bryan menutup cerita masa lalunya tentang Lee.
Grace menggenggam tangan Manila ikut merasakan suasana sedih yang di alami Lee saat itu.
Acara pertemuan antara Letnan Bryan, Grace dan Manila pun telah berakhir. Dan kini mereka memutuskan untuk segera kembali pulang.
Sepanjang perjalanan menuju pulangnya. Manila terus bersedih.
Ingin rasanya aku memelukmu Lee.
Di atas tempat tidurnya. Manila kini terlihat kelelahan sambil memeluk bantal gulingnya. Lama semakin lama mata Manila yang lelah kini mulai terpejam.
Ke esokan harinya. Manila kembali berkatifitas seperti biasanya. Setiap pagi selesai dengan membuat sarapanya, Manila segera bergegas keluar dari apartemen menuju halte busnya.
Waktu sudah menunjukan jam 10 siang, dari mulai apel pagi hingga siang itu Manila belum menemukan Lee.
"Kemana dia?" gumam Manila dengan pandangan menuju meja Lee yang terlihat kosong.
"Hei, kau mencari siapa?" tanya Michael yang baru saja datang dan membawakan Manila Coffe cup.
Manila kaget dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak, aku tidak mencari siapa siapa." jawab Manila sedikit gugup.
"Ini, untukmu." Michael memberikan salah satu Coffe cup yang di bawanya pada Manila.
"Terima kasih Michael." jawab Manila.
Michael sekilas memandang ke arah ruangan Letnan Bryan dan kembali memandang Manila.
"Kau kenapa Michael?" tanya Manila.
"Apa Letnan belum memberitahu kasus berikutnya kepada kita?" tanya Michael.
"Belum," Manila menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu hari ini aku bisa santai ha..ha..ha." Michael tertawa puas.
Namun kesenangan Michael hanya bertahan sesaat. Tiba tiba saja Letnan Bryan datang dan berada di belakang Michael.
"Michael, hentikan tawamu. Dan cepat kau juga Manila untuk masuk ke ruanganku." ucap Bryan seraya kembali masuk ke dalam ruanganya.
Di dalam ruangan Letnan Bryan. Michael dan Manila sudah terlihat bersiap menerima tugas barunya.
"Michael, tolong kau bereskan kasus ini." Bryan memberikan berkas filenya pada Michael.
"Dan kau Manila, kau juga harus bisa menyelesaikan kasus barumu ini." Bryan juga memberikan file berkas kasus keduanya pada Manila.
"Sekarang kalian pergilah." titah Letnan Bryan.
Michael dan Manila keluar dari ruangan Letnan Bryan dengan tangan yang membawa berkas file kasus yang berbeda tentunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
💞®²👸ᖽᐸ🅤ᘉᎿ🅘💞
semangat
2021-11-12
1
seza²
ngilang kmn tuh Lee
jangan bikin kawatir deh lee
2021-10-24
0
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞 ZY ᵇᵃˢᵉR⃟✇⃟ᴮᴿ⸙ᵍᵏ
semangat semangat lagi othor
2021-10-20
0