Selesai dengan renungan sesaatnya. Kini Manila memutuskan kembali untuk melangkah pulang menuju apartemenya.
"Kak, apa kau berhasil mengerjar orang itu?" tanya Cintya.
Manila menggelengkan kepalanya dengan wajah sedikit kecewa.
Aku tak boleh mengatakan ini pada Cintya, aku takut dia menjadi ketakutan jika aku mengatakanya.
"Kak, hallo. Kenapa kak Manila melamun?" tanya Cintya.
"Oh, tidak apa apa. Mungkin Kakak cuma lelah." jawab Manila.
Selesai merapikan laptop dan bekas minumnya, Cintya kini membantu Manila membawakan tas Manila dan mengantarnya sampai pintu apartemenya.
"Terima kasih, Cintya." ucap Manila dan Cintya mengangkat jempol tanganya pada Manila.
"Ok, Kak. Aku pulang dulu ya." jawab Cintya seraya melangkah pergi meninggalkan Manila.
Beberapa saat kemudian. Manila memutuskan dirinya untuk melakukan ritual mandi sebelum tidurnya.
"Aku yakin banaspati itu adalah Lee." gumam Manila di bawah shower mandinya.
Tapi kenapa dia melakukan hal itu padaku dan tidak langsung menemuiku?.
Di bawah guyuran Showernya, Manila masih terlihat berperang melawan pikiranya.
"Aku harus bisa membuktikan jika banaspati itu adalah Lee." Manila menutup kran shower dan mengambil handuk untuk menutupi badanya.
Di depan cermin kamarnya. Manila tersenyum senyum sendiri sambil menyentuh ujung jari pada bibirnya.
"Dari aroma tubuh, dan bibirnya ...," Manila memejamkan mata sesaat.
"I ya, awas saja. Kau pikir kau bisa membodohiku Lee." Manila tersenyum dan membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya.
Sementara, di sebuah Mansion atau rumah besar. Terlihat Lee yang sedang berdiri di depan cermin sambil memegang lehernya.
"Ganas juga kau Manila." Lee memegang bekas kissmark yang di lakukan Manila padanya.
Lee menggelengkan kepala, dan tak menyangka bahwa Manila memiliki feeling yang kuat terhadap dirinya.
Lee memandang ke arah jam yang terpajang di dinding kamarnya.
"Sebaiknya sekarang aku berisitirahat, karena besok aku harus menemui seseorang." gumam Lee yang tak berselamg memejam mata di atas tempat tidurnya.
Ke esokan harinya. Lee sudah duduk menikmati sarapan paginya sendirian.
"Tuan, Nanti siang jadwal anda menemui Regina." ucap Cody asisten pribadi mendiang Ayah Lee.
Lee mengangguk dan memandang ke arah Cody.
"Terima kasih sudah mengingatkanku." jawab Lee.
"Sama sama, Tuan." Cody membungkuk sesaat kepada Lee.
Selesai dengan sarapan paginya. Lee kini tiba tiba melamun di depan Cody.
"Tuan, apakah ada sesuatu yang mengganjal di pikiran anda?" tanya Cody.
Lee tersadar dan menggelengkan kepalanya pada Cody.
"Paman Cody, duduklah. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu." pinta Lee pada Cody.
Lee menghela nafas sebelum ia melontarkan pertanyaanya.
Pandangan Lee kini terlihat memandang sekeliling dalam rumahnya.
"Paman Cody. Apakah Paman merasakan rumah ini sangat sepi?" tanya Lee dan Cody pun merasa heran.
Cody tertawa kecil sebentar dan kini kembali fokus menjawab pertanyaan dari Lee.
"Bukanya sedari dulu memang sudah seperti ini Tuan?" Cody mengingatkan kembali Lee.
"I ya, juga ya. Kenapa aku baru sadar." Lee menggaruk kepalanya merasa malu pada Cody.
"Apakah Paman Cody, mempunyai saran mungkin untuku agar rumah ini kembali hidup dan ramai." tanya Lee yang makin membuat Cody heran sekali.
"Tuan, menurut pendapatku ...," Cody tidak berani melanjutkan perkataanya.
"Pendapatmu apa Paman, katakan saja tak usah sungkan dan ragu seperti itu." ucap Lee.
"Maaf, Tuan Lee. Di usia anda yang hampir menginjak 30, apakah anda tidak sebaiknya mencari pendamping hidup." Cody mengutarakan saranya.
"Pendamping hidup, lantas apa hubungan dengan saran yang tadi aku minta." Lee masih merasa bingung.
Cody kembali menunduk tak berani memandang ke arah Lee.
"Paman, bisakah kau jelaskan secara detail, agar aku tidak merasa bingung seperti ini?" pinta Lee.
"Tuan, dengan anda memiliki pendamping hidup. Anda nanti akan memiliki banyak keturunan yang akan membuat rumah ini kembali hidup seperti dulu." jelas Cody.
Lee menepuk jidat sambil menggelengkan kepala merutuki kebodohanya yang tidak pernah berfikiran ke arah itu.
"Kenapa aku bisa lupa akan hal itu." Lee tertawa lucu pada dirinya.
"Tuan, apakah anda sudah memiliki calon pendamping hidup anda?" tanya Cody sedikit kepo.
Lee terdiam dan tak langsung menjawab pertanyaan dari Cody.
"Entahlah Paman. Apakah dia akan mau menerimaku?" Lee terlihat ragu di depan Cody.
Cody tertawa merasa lucu mendengar Lee yang baru pertama kali minder dan pesimis di hadapanya.
"Tuan, anda itu tampan. Apalagi kau seorang polisi hebat yang selalu mampu memecahkan kasus sesulit apa pun." puji Cody.
"Paman, sebenaranya ... aku sudah menjadi kekasihnya. Yang aku ragukan, apakah dia mau menerima pinanganku?" tanya Lee pada Cody.
Cody melangkah ke arah Lee dan memegang pundaknya.
"Apakah tuan mau, jika aku melamarkan untuk anda?" tanya Cody.
Lee mengangkat kepala kaget dan seketika merasa senang sambil mengangguk anggukan kepalanya.
"Mau ...mau, mau banget Paman." Lee menjawab mantap pada Cody.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞 ZY ᵇᵃˢᵉR⃟✇⃟ᴮᴿ⸙ᵍᵏ
aku mau dong
2021-10-20
0
ʰⁱᵃᵗᵘˢ 𝔰𝔦𝔟𝔲𝔨 𝔯𝔩
aku juga mau dong di lamar Lee 🤣eh becanda Manila... jangan marah ya🙈 Lee hanya untuk Manila 😂
2021-10-17
6
sofiya
next semangatt
2021-10-08
0