Pagi itu selepas breaktime berakhir. Manila sudah terlihat menyerahkan print out laporan tentang kasus prostitusi pada Letnan Bryan.
"Memberantas penyakit masyarakat memang sulit Manila, tapi ku akui setidaknya kau telah berhasil melaluinya." puji Letnan pada Manila.
"Terima kasih, Pak." jawab Manila dengan sedikit membungkukan badanya.
"Apa kau mengerjakan kasus ini sendirian?" tanya Letnan yang masih sedikit ragu pada Manila.
Manila sedikit kaget dengan pertanyaan yang baru saja di lontarkan Letnan Bryan padanya.
"Hem .. sebenarnya ...?" Manila terlihat ragu dalam menjawabnya.
"Jawab jujur Manila, karena aku tak suka dengan kebohongan sekecil apa pun." tegas Letnan.
"Sebenarnya ..., Lee membantuku dalam kasus ini. Andai saja Lee tidak datang tepat waktu, mungkin saja ..." jawab Manila namun ia mendadak tak meneruskan perkataanya.
Manila menunduk dan kembali mengangkat kepalanya dengan wajah sedih.
Letnan Bryan bangun dari duduk dan menghampiri Manila.
"Manila lanjutkan perkataanmu." Letnan Bryan memegang pundak Manila.
Manila menggelengkan kepalanya dengan mata yang sudah menteskan air mata.
"Maafkan aku Manila. Tapi apa kau tahu, Grace dan aku sudah menganggapmu sebagai adik." ucap Bryan dan Manila pun kini makin bersedih dan menangis.
Letnan Bryan menuntun Manila agar segera duduk di sofa yang berada di ruanganya.
"Tunggu sebentar, Manila." ucap Bryan seraya mengeluarkan ponsel di dalam saku bajunya.
Bryan terlihat menghubungi Grace istrinya agar ia datang dan menemuinya di kantor kepolisian.
Beberap waktu telah berlalu, kini Grace telah datang dan masuk ke dalam ruangan Letnan Bryan.
"Ada apa sayang?" tanya Grace pada Bryan yang kini terlihat cemas memandang ke arah Manila.
"Sayang, bisakah kau bantu aku. Aku tidak tahu apa yang terjadi dan menimpa Manila saat melalui kasusnya kemarin." pinta Bryan pada istrinya.
Grace mengangguk dan kini pandanganya beralih pada Manila yang masih duduk menunduk sambil menangis.
Grace melangkah menghampiri Manila dan kini duduk tepat di sebelah Manila.
"Manila sayang, ada apa?" tanya Grace pada Manila.
Manila mengangkat kepala dan langsung berhambur memeluk Grace.
Grace mengusap ngusap punggung Manila, mencoba dan berharap agar Manila bisa tenang kembali.
"Bryan sayang, bisakah kau tinggalkan kami berdua sebentar." pinta Grace pada Letnan Bryan.
Letnan Bryan menghela nafas dan menghembuskanya secara perlahan, dan kemudian ia mengangguk ke arah Grace yang masih memeluk Manila.
Letnan melangkah ke luar dari ruangan dan berharap Grace bisa menenangkan Manila dan mendapatkan jawabanya.
Grace melepas pelukanya dan menangkup wajah Manila dengan kedua tanganya.
"Jangan menangis sayang, aku sangat sedih melihatmu seperti ini." ucap Grace sambil mengusap air mata Manila dengan ibu jarinya.
Dan pada akhirnya Manila merasa nyaman dengan Grace. Dan mau menceritakan kejadian yang menimpanya kemarin.
"Apa!" Grace kaget setelah mendengar penuturan Manila.
Manila juga menceritakan dirinya di selamatkan Lee.
"Jika saja Lee tidak datang tepat waktu, mungkin para penjahat itu sudah berhasil merenggut kehormatan yang selama ini aku jaga dengan nyawaku." jawab Manila dan kemudian ia kembali memeluk Grace sambil menangis.
Grace yang sudah menganggap Manila sebagai adiknya. Dirinya seketika murka dan ingin menampar wajah si pelaku yang dengan beraninya ingin merenggut kehormatan Manila.
"Manila sayang, kau tunggu disini sebentar." titah Grace.
Dan Grace pun melangkah keluar dari ruangan Bryan.
"Tante, ada angin apa yang membawamu kemari, Tumben?" tanya Michael.
Grace mengepalkan tangan dengan wajah yang masih tersulut emosi.
"Michael, apa kau tahu dimana sel pelaku kasus yang di tangani Manila kemarin?" tanya Grace.
"Tahu, memangnya kenapa tante?" tanya Michael yang masih bingung.
"Sekarang, antarkan aku kesana!" titah Grace yang emosinya sudah meluap luap.
"I ya, ya. Tante. Michael akan tunjukan." jawab Michael seraya melangkah bersama Grace menuju sel tempat dimana pelaku kasus yang Manila tangani kemarin.
Di dalam ruangan yang panjang dan lebar. Terdapat banyak sekali sel dan di huni oleh beberapa pelaku kriminal.
"Sekarang dimana sel itu. Tunjukan padaku, cepat!" Grace makin membuat Michael takut.
Michael mempercepat langkah menuju sel yang berada paling pojok kanan ruangan tersebut.
"Ini tante selnya." Michael menggedikan kepala mengarah kepada sel yang di huni oleh 3 pria yang tertidur dengan keadaan sudah babak belur.
Penjaga lapas sel terlihat baru saja datang dan segera berlari menghampiri Grace dan Michael.
"Maaf, Nyonya. Ada keperluan apa anda berada di ruangan ini?" tanya penjaga lapas tersebut.
Grace memandang ke arah si penjaga lapas dengan pandangan yang sangat murka dan menakutkan.
Si penjaga lapas tersebut terlihat bergetar, ia mengerti dengan keinginan Grace tanpa Grace mengucapkanya.
"I ya, nyonya. Saya akan buka pintunya." si penjaga langsung membukakan pintu sel tersebut dan mempersilahkan Michael dan Grace untuk memasukinya.
"Sebenarnya ada apa ini?" tanya Michael yang sedari tadi memang belum mengerti maksud dan tujuan Tantenya.
Di dalam ruangan sel. Grace kembali mengepalkan tangan dan bersiap menghajar wajah si pelaku yang telah mencoba menghancurkan Manila.
Ketiga pelaku yang sedang tertidur itu kini terbangun kaget melihat Grace yang sudah terlihat seperti macan di hadapanya.
"Ada apa ini, opsir?" tanya salah satu pelaku.
"Ada apa matamu soek!" Grace membentak ketiga pelaku tersebut.
Grace dengan berani dan tidak memiliki rasa takut sedikit pun langsung menghajar wajah ketiga pelaku tersebut.
Tidak tanggung tanggung, hidung ketiga pelaku tersebut kini mengeluarkan kecap segar karena hantaman tangan Grace yang sangat keras.
"Ampun ... ampun." ketiga pelaku tersebut menyembah dan bersujud di hadapan Grace yang sedang melipat tangan di pinggang.
Kabar mengamuknya Grace. Dengan cepat sampai di telinga Letnan Bryan yang sedang asik menikmati kopi dan rokoknya.
"Buahhhh....," Bryan menyemburkan kopi yang sedang di minumnya ke arah si penjaga lapak yang baru saja memberitahunya.
"Wah, ini gawat!. Aku harus segera menghentikanya." Bryan langsung berlari kembali masuk kedalam kantor kepolisian.
Sementara, si penjaga lapak terlihat sedang bersedih sambil membersihkan wajahnya yang berlumuran kopi.
"Ape ... apes. Mimpi apa semalam." si penjaga lapas merutuki nasibnya yang kurang mujur.
Dan tak berselang lama, kini Letnan Bryan sudah berada tepat di depan pintu sel dimana Micahel dan Grace berada.
Letnan Bryan langsung mendekap Grace dari belakang mencoba menghentikan amukanya.
"Sudah sayang hentikan amukanmu ini." Letnan Bryan terus menarik paksa Grace agar terjauh dari si pelaku.
"Jangan hentikan aku!" Grace terus melepas kedua tangan Bryan yang mencoba menahanya.
"Michael, kenapa kau diam saja. Cepat bantu aku!" ucap Bryan yang terlihat kualahan menahan amukan istrinya.
Michael mengangguk walau dalam hatinya terselip rasa takut. Dengan perlahan ia mendekati Grace dan mencoba meredam emosinya.
Namun naas. Michael terpental dan tak kuasa menahan tenaga Grace yang begitu kuat ketika emosinya memuncak. Michael memegang perutnya menahan rasa sakit akibat terkena tendangan Grace.
"Apa boleh buat." gumam Letnan Bryan di dalam hatinya.
Dengan sisa tenaga yang tersisa, Letnan Bryan menyeret Grace dengan dekapan dan membawanya masuk ke dalam toilet kemudian mengunci pintunya.
"Hah ...hah." Bryan terengah merasakan lelah di dalam badanya.
"Jangan hentikan aku!" Grace mendorong Bryan hingga terpojok pada pintu.
Namun terselip ide Briliant di dalam otak Bryan yang ia pikir bisa meredam Grace.
Dengan sisa tenanganya. Bryan membalikan keadaan, kini Grace lah yang terpojok di pintu tersebut.
Auppsss ...
Letnan Bryan langsung membungkam mulut Grace dengan bibirnya.
Dan memang benar adanya, jurus yang di keluarkan Bryan memang cocok dan manjur. perlahan demi perlahan emosi Grace mereda, dan berubah menjadi cinderela yang patuh pada pangeran tampanya.
"Bryan, kau selalu tahu kelemahanku." puji Grace dengan tersenyum puas.
"Bukan Bryan namanya, kalau aku tidak bisa menaklukan hatimu." ucap Bryan yang kini kembali melahap bibir Grace dengan puas.
Adegan dewasa pun tak bisa di elakan lagi pemirsa. Letnan Bryan yang tadi kehabisan tenaga, kini terlihat full stamina.
Dengan kekuatan dan keperkasaanya, Letnan Bryan menggendong kedua paha Grace dan menerapkan gaya motoboat(gerakan ajul gedang) dan membuat Grace kalang kabut di buatnya.
30 menit di pacu tanpa henti. Kini Grace pingsan dan terlelap dalam gendongan Letnan Bryan.
"Akhirnya, aku mampu menjinakan harimau liar ini." Letnan Bryan tersenyum puas.
Hai ... jangan lupa like vote and commentnya. Kalau kalian suka dengan cerita Author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Maryani
😂😂😂😂apaan tuh gerakan ajul gedang
2021-11-09
1
☠☀💦Adnda🌽💫
waduw ngPain y di toilet 🤭😛
2021-11-06
3
maestuti dewi saraswati
buaaahhhaaa... kocak banget 😅😅😅
2021-11-01
2