"Rara! Rara! Apa kau sudah bangun?" Hellen mengetuk pintu di ruangan yang berada di lantai paling atas.
CKLEK
Pintu terbuka, anehnya Clara dipasangkan seperangkat jubah yang menutup seluruh tubuhnya oleh seorang pelayan muda. Tak lupa Clara memegang sesuatu dalam pelukannya.
"Aku sudah bangun Nona Hellen, tenang saja."
Wajah Hellen terlihat kesal.
"Apa?"
"Apa kau bertanya? Namaku! Panggil saja aku Allen, oke? Aku 'kan sudah memanggilmu Rara."
"Tentu, Allen."
Hellen mengembangkan senyumnya ke yang paling lebar. "Nah, begitu. Kalau begini 'kan kita nampak seperti sahabat."
"Sahabat..." Clara menggumam samar.
Hellen menggenggam tangan Clara erat - erat. Ini pertama kalinya ia memiliki teman, jadi masih ada rasa canggung dalam dirinya. Tapi begitu melihat senyum Clara, dia merasa lebih baik.
"Ngomong - ngomong Rara, apa yang kau bawa?" Tanya Hellen saat mereka sudah berada di kamarnya.
Clara sadar dengan barang yang sedari tadi ia bawa dan langsung memberikannya kepada Hellen. "Ini hadiah pertemanan, Allen mengatakan bahwa kita berteman. Ini barang paling istimewa untukmu."
"Woahh...!" Hellen menyembunyikan rasa senangnya. Tapi semua kebohongan itu sirna kala dirinya menerima hadiah Clara dengan senyum terindah. "Terima kasih."
Dia membuka tali bungkusan tersebut dan melihatnya dengan mata berbinar. "Ini penanda buku bunga hortensia?" Hellen malah bertanya - tanya.
...****...
"HORTENSIA!!!" Clara berteriak ketika mendengar Hendrick mengatakan nama bunga dari wilayah terbesar di benua Herbras.
Hendrick langsung mengorek telinganya yang hampir kehilangan fungsinya. Dia menatap Clara dengan kesal sebab memotong ceritanya.
"Ba..bagaimana bisa aku memiliki bunga itu kalau aku saja tidak pernah pergi kesana?" Gumam Clara.
Apa - apaan dengan perubahan drastis ini? Bagaimana mungkin aku yang dibesarkan di Freesia bisa mempunyai bunga Hortensia?
Mungkinkah aku pernah berada disana? Mengapa tidak diceritakan di novelnya?
"Ceritanya mau dilanjut atau tidak?"
"Tentu saja lanjutkan!"
...****...
"Benar." Clara mengangguk pelan. "Aku mendapatkannya langsung dari wilayah Barat."
"Woaahhh...!" Hellen termangu mendengarnya. "Aku akan menyimpannya dengan baik."
"Allen bisa menyimpannya sesukamu."
Mereka menghabiskan waktu bersama, kemudian hari berakhir dengan cepat. Clara kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
Sementara Hellen masih memandang bahagia pada hadiah yang pagi ini diberikan oleh sahabat pertamanya. "Ah, aku harus memyimpan ini di kotak khusus. Aku tak mau memakainya untuk menandai buku."
Hellen berlari ke kamar Hendeick berada dan mengetuk pintunya dengan keras.
"Apa?" Kepala Hendrick menyembul dari balik pintu.
"Apa Kakak ingat dengan kotak yang pernah Hellen pesan sebulan lalu?"
"Hah? Yang mana?"
"Ihh... yang diukir oleh pengukir terkenal, yang coraknya bunga mawar itu. Hellen 'kan menitipkannya pada Kakak karena lemari Hellen dipenuhi boneka - boneka pemberian Ayah. Tidak mungkin 'kan kalau Kakak membuangnya..." Air mata sudah terlihat di sudut mata Hellen.
"Oh... yang itu, sebentar, Kakak akan ambil." Hendrick kembali masuk ke kamarnya dan setelah beberapa waktu dia menghampiri Hellen lagi dengan kotak yang masih terbungkus rapi.
"Ini." Hendrick memberikan kotak tersebut pada Hellen.
"Terima kasih, Kakak!"
Hellen langsung menyambar kotak di tangan Hendrick dan menyobek bungkusnya. Dia membuka tutupnya dan menaruh penanda buku pemberian Clara dengan hati - hati ke dalam kotak itu.
Hendrick yang melihat kegiatan adiknya itu kemudian menjadi bingung. Matanya menatap lekat pada sesuatu yang dimasukkan dengan rapi ke dalam kotak pemberiannya.
Bunga hortensia?
"Hellen, dari mana kau mendapatkan itu?"
"Hmm?" Masih sibuk dengan kegiatannya, Hellen mendongak menatap Hendrick, kemudian pada penanda buku di tangannya. "Ini hadiah dari sahabat pertama Hellen!"
"Maksudmu anak perempuan bernama Clara Scoleths itu?"
Hellen menganggukkan kepalanya dengan antusias.
Bagaimana bisa dia punya bunga dari wilayah Barat? Apa dia punya koneksi dengan mereka atau gadis ini berasal dari sana?
"Baiklah, Hellen kembali ke kamar dulu, Kakak." Hellen membalikkan badannya dan berjalan menuju kamarnya di lantai bawah. Sambil membawa kotak berisi penanda buku hortensia, Hellen bersenandung riang.
Sementara itu, Hendrick memandang punggung adiknya dengan lekat. "Apa dia benar - benar berasal dari wilayah Barat?"
...****...
Hendrick meneguk cangkir berisi teh di dalamnya. Bercerita ternyata melelahkan, kalau dia tahu, Hendrick pasti menolak memenuhi permintaan Clara yang satu ini.
"Mengapa berhenti? Lanjutkan ceritanya lagi!" Clara merengek tak karuan.
"Aku ini haus, jangan memaksa orang yang sedang sekarat untuk bercerita hal yang tidak penting."
"Ini penting untuk saya!"
"Memangnya kau tidak bisa bercerita pada dirimu sendiri saja?"
"Itu..."
"Terserahlah." Hendrick menghela napas dengan gusar. "Disinilah kuncinya, saat kau tiba - tiba menjadi orang berbeda dan menjauhi sesuatu yang duniawi. Seolah - olah kau sedang mempersiapkan diri untuk kematianmu."
Clara memeluk tubuhnya sendiri. "Ini terasa agak horor."
"Kau terlalu berlebihan. Dengarlah anak antah berantah, aku hanya akan bercerita sekali. Jadi, pasang telingamu dengan benar."
Clara mendengus. "Yeah..."
TBC
Jangan lupa like dan komen ^-^
So, see you in the next chapter~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Phoenix
menarik
2022-09-04
0