Clara membeku selama beberapa saat. Dia tak menyangka alasannya ada di sini adalah sesuatu yang sulit. Dia memang bukan Clara asli, namun entah karena apa dia mampu bertarung seperti pembunuh.
Ini seperti dia mewarisi semua hal yang pernah menjadi keunggulan Clara Scoleths yang asli.
"Maksud anda apa?"
"Akan kuulangi. Kau hanya perlu berdiri di balik bayangan anakku. Mungkin seperti melindungi dia dari 'kegelapan malam'."
"Dan, apa itu termasuk memberantas para pengkhianat yang berada di dekatnya?"
"Tepat. Namun..." Duke Wayne melirik Clara jahil. "Kalau kau mau, mengapa tak sekalian menjadi pendamping anakku? Aku menawari anak antah berantah sepertimu untuk menjadi Duchess, bagaimana?"
Clara menatap Duke Wayne dengan wajah datarnya. "Maaf saja. Saya tidak ada niat untuk itu."
Lalu Clara bergumam supaya tak ada yang mendengarnya. "Lagipula, memangnya ada yang mau hidup dengan manusia berbisa itu? Keahlian menghinanya patut diacungi jempol. Nyatanya aku masih merasa sakit hati sampai sekarang."
Sialnya, Duke Wayne mendengar itu, dia tersenyum jahil menatap Clara.
"Kalau tidak ada yang mau dengannya. Aku pasti memaksamu, bukannya menawarimu."
Clara tertawa renyah. "Haha... Wajahnya itu memang tak perlu dipertanyakan lagi. Dia pasti ada di jajaran manusia yang paling elok rupanya di benua Herbras."
"...."
"Sayang sekali sifatnya seperti balok es yang disiram racun."
"Aku mendengarmu, bocah."
Tiba - tiba ada suara lain dari arah belakang Clara. Dia kaget, sebab orang yang sedang mereka gosipkan ternyata ada bersama mereka. Padahal paling bagus membicarakan orang tanpa ada orang itu.
Itu adalah Hendrick!
Wajahnya seperti siap melemparkan Clara ke Freesia kapan saja. Dia menatap garang pada gadis itu lalu menatap ayahnya yang tersenyum tak jelas. Dia merasa akan ada drama menarik di hadapannya.
Duke Wayne tahu kalau Hendrick sudah masuk. Dia memang sengaja memerintahkan Hendrick datang kalau dia sudah menyelesaikan dokumen terakhir dan langsung diantar tanpa perlu permisi.
Hendrick sudah datang sejak ayahnya mengatakan tentang Clara yang boleh saja menikah dengan anaknya. Itu membuat Hendrick kesal karena ayahnya asal mempromosikan dirinya pada tahanan rumah ini.
Namun dia tetap diam sampai Clara mengatakan bahwa dirinya tak ada bedanya dengan balok es.
"Eh?" Clara gagap sendiri. "Maksud anda apa? Saya memang masih muda, tapi saya bukan bocah!"
"Kau tetaplah bocah di mataku."
"Anda saja yang sudah tua." Kalimat itu keluar begitu saja karena Clara sudah kesal.
"Bocah sialan, kau...!"
"Apa? Saya kenapa?"
Duke Wayne mengecek agendanya. "Hari ini sepertinya aku punya banyak waktu luang untuk melihat drama ini lebih lama lagi."
Lalu dia menyangga dagunya. "Apakah kalian benar - benar tak mau kunikahkan? Walaupun gadis ini tak diketahui asal - usulnya, ayah jamin kau akan bahagia."
Hendrick mengurut pelipisnya. "Jika itu dia. Daripada istri, aku lebih merasa seperti membesarkan anak."
"Hmph! Setidaknya saya bukanlah rubah seperti wanita kebanyakan! Eh salah...! Memangnya siapa yang mau menikah dengan anda?!"
"Sungguh, qyah ingin menimang cucu. Kalian akan menikah di tanggal berapa? Rencananya punya anak berapa?"
"Ayah hentikan itu."
"Ayah sepertinya lupa mengatakan ini padamu." Duke Wayne mendadak mengganti topik pembicaraan.
"Apa?" Tanya Hendrick. Dia mengabaikan tatapan maut dari gadis di sebelahnya.
"Lusa kau akan menjemput Hellen ke ibu kota."
"Mengapa harus aku? Mengapa bukan makhluk antah berantah ini?"
Makhluk antah berantah katanya!
"Saya ini makhluk liar, Tuan Duke Muda. Saya tidak tahu - menahu tentang jalan di ibu kota." Clara balas menyindir.
"Ck! Dasar anak rumahan."
"Kulit saya sensitif, anda tahu? Saya juga ingin melihat matahari!"
Clara menatap Duke Wayne sekali lagi sebelum keluar. "Saya pergi! Soal menikah, saya tolak dengan senang hati!"
Pintu dibanting dan meninggalkan kesunyian antara ayah dan anak ini. Duke Wayne menghela napasnya.
"Padahal dia mampu menjadi istri yang baik. Walau kekurangannya dia hanya akan bersama denganmu di tempat gelap atau di dalam kamar saja."
Hendrick mendelik. "Kedengarannya seperti dia hanya melayaniku dari segi kewajiban sebagai istri."
Duke Wayne tertawa kecil. "Memang. Meski tidak sepenuhnya itu yang kumaksud."
"Apakah memang sudah saatnya?"
"Ini sudah waktunya. Ayah sudah tua, siapa yang mau mengambil jabatan Duke selain kau?"
"Mengapa malah terdengar seperti ayah sebentar lagi menemui ajal?"
"Haah... Inilah mengapa gadis itu mengataimu balok es berlidah racun."
Hendrick langsung membuang muka.
...****...
"Di mana Avrim berada?" Gumam Clara.
Karena ruang kerja Duke Wayne jauh, jadi perjalanan Clara ke kamarnya lumayan menghabiskan waktu. Clara juga sekarang belum sampai - sampai ke kamarnya. Fakta bahwa dia sekarang kepanasan karena jubahnya yang menutupi dirinya.
"Sudahlah, nanti juga Avrim datang sendiri ke kamarku.
Apakah benar lebih baik Aku menjadi pelindung Hendrick Ck! Tapi jika kuingat lagi sikapnya yang menyebalkan. Daripada kulindungi, ingin sekali membiarkan kepalanya ditebas. Atau dikoyak oleh binatang buas.
Lusa, Hellen juga sudah datang. Dia pasti menjajah seluruh kediaman ini. Aku ingat ada scene dimana Hellen iri akan kecantikan musim dingin milik Clara.
Tapi, secantik apa pun Clara Scoleths ini. Clara takkan menggangu Hellen yang mencintai Rovers. Clara asli yang saat itu hadir di hari ulang tahun Raja langsung jatuh cinta pada Rovers.
Aku tidak akan melakukan hal klise yang sama!
Meski bertekad dalam hatinya, Clara tetap khawatir. Sebab dia adalah sosok yang mengagumi ketampanan pria. Ia takut hatinya oleng saat pertama kali melihat manusia tertampan satu benua ini.
Clara bersenandung ria, dia berdengung seolah suaranya merdu, padahal tidak. Mungkin saat pemberitahuan itu sampai padanya, dia akan langsung menolaknya.
"Apakah anda Nona?"
"Avrim?"
Clara menoleh dan melihat wajah keriput milik Avrim. Karena Clara yang sepenuhnya tertutupi jubah, Avrim hanya bisa tahu itu nonanya dari postur tubuh.
"Jadi ini benar - benar, Nona. Mengapa Nona keluar kamar?"
Clara mendengus. "Duke Wayne ingin bicara padaku, tentang bayaran karena diselamatkan dan tinggal gratis di sini."
Avrim terkejut. "Lalu, apakah Nona menyanggupi syarat karena sudah tinggal di sini?"
"Mungkin 'iya', aku tak terlalu yakin."
"Begitu." Avrim mengangguk paham. "Saya dengar dari pelayan lainnya, apakah benar kalau Nona Muda dari kediaman ini yang bersekolah di ibu kota akan pulang?"
"Itu benar. Aku dengar dari Duke Wayne langsung. Katanya, lusa akan dijemput oleh Duke Muda."
Perbincangan mereka terhenti saat kamar Clara sudah di depan mata. Avrim sedikit melirik gadis berkulit sangat pucat itu.
Semuanya akan baik - baik saja. Apa saya tidak bisa melakukan apa - apa? Clara Scoleths sudah berubah, akankah Yang Mulia kaget dengan perubahan drastis ini?
TBC
Jangan lupa like dan komen ^-^
So, see you in the next chapter~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Zulvianti
gpp nikahin aja
2022-03-12
1
senja
"Yang Mulia" yg disebut Avrim itu siapa? Duke?
2022-01-18
2