Di istana Ranunculus. Para bangsawan terkemuka serta penerus mereka sudah datang. Mereka menunggu di sebuah ruangan hingga sang Raja dan Pangeran Mahkota tiba.
"Salam sejahtera untuk Raja dan Pangeran Mahkota Ranunculus."
Semua penghuni ruangan menunduk memberi salam saat kedua orang penting itu datang. Saat Raja dan Pangeran sudah duduk. Para pejabat serta anak-anaknya pun ikut duduk.
"Kita akan membahas tentang penyerangan yang dilakukan oleh Freesia."
Situasi mulai menegang saat Raja mengatakan kalimat pertamanya.
Benar. Kerajaan Freesia.
Sebuah kerajaan di wilayah utara dengan jumlah persenjataan yang besar. Karena itu Raja meminta bantuan pada Agapanthus untuk melawan Freesia nanti.
Alasan mereka tak meminta bantuan pada Vinca maupun Hortensia adalah karena kedua wilayah ini tidak punya koneksi bagus dengan mereka. Selain itu, fakta bahwa dahulu mereka pernah bertarung pedang dengan pedang masih cukup membekas dan itu pun tertulis dalam sejarah.
Juga, kebenaran tentang Raja sebelumnya yang sudah meninggal. Mereka masih mencari tahu penyebab kematiannya yang terjadi di wilayah Freesia.
Mayat tak bisa bersaksi, karena itu kebenaran pun tak pernah mereka dapati.
"Penyerangan? Maksudnya kebakaran di hutan selatan itu?" Tanya Grand Duke Harold.
Raja mengangguk.
Tentang kebakaran, karena lokasinya berada di dalam hutan. Tidak banyak yang tahu tentang itu. Jaraknya pun sangat jauh dari pemukiman sehingga asap kebakaran tak terlihat di sana.
Beruntung salah satu penduduk yang sedang mencari kayu melihat kejadian ini dan melaporkan dengan cepat sehingga pemadaman terjadi sebelum api membesar. Kalau tidak, sudah pasti api akan merembet ke pemukiman dan juga pusat kota.
Tetapi mereka tetap dirugikan karena hutan itu terbakar seperempatnya. Hutan itu adalah sumber kehidupan bagi para penduduk Ranunculus. Beruntung masalahnya kini sudah teratasi dengan baik.
"Nampaknya mereka ingin memulai perang lebih cepat." Ucap Count Cheltics.
"Apakah kita perlu mengambil tindakan kali ini? Sepertinya akhir-akhir ini mereka menjadi lebih agresif untuk menyerang kita. Apakah sesuatu telah terjadi?" Grand Duke Harold kembali bertanya.
Sekilas, Raja melirik pada Duke Wayne yang kelihatannya masih santai-santai saja.
"Mungkin." Ucap Raja singkat.
Secara tak langsung Raja menyindir seseorang. Akan tetapi, orang itu masih diam saja dan terus menyangga dagunya. Seolah pertemuan hari ini tidak ada apa-apanya dengan tragedi besar yang pernah terjadi.
Sindiran yang tak sampai itu membuat Raja menghela napas dengan berat.
Dia ingin membuat Duke Wayne mengembalikan senjata Freesia, agar mereka bisa hidup damai. Tapi Raja juga tahu kalau Freesia akan menyulut perang lebih cepat dengan senjata milik mereka.
Simalakama. Apa pun yang Raja lakukan, takkan bisa membuat perang ini berakhir begitu saja.
"Duke Wayne, sebenarnya punya masalah apa dengan Freesia? Nampak jelas sekali kalau mereka mengincar kehancuranmu lebih dulu dibandingkan kehancuran Ranunculus ini." Kata Grand Duke Harold.
"Benar. Mungkinkah anda punya masalah pribadi dengan mereka?" Baron Llamante bertanya.
"Kalau saya bilang 'iya', apakah kalian semua akan membantu saya menyelesaikan ini?" Duke Wayne bertanya dengan acuh.
Hendrick yang disebelahnya mendengar itu, langsung timbul kerutan di keningnya. Memang benar kalau Freesia begitu mengincar ayahnya. Tapi selama ini, Hendrick tidak tahu pasti apa yang menjadi penyebabnya.
Semua akibat pasti memiliki sebab.
Semua sebab akan berakibat.
Dunia ini berkembang layaknya pohon. Berawal dari akar, lalu menumbuhkan batang dan daun. Kemudian akan bercabang, dan di cabang itulah bunga akan mekar. Kemudian berakhir dengan lahirnya buah pada bunga.
Singkatnya, buah takkan ada tanpa hadirnya akar sebagai sebab dia bisa ada.
Hening kembali melingkupi ruangan itu.
Sebenarnya Duke Wayne ingin membawa Clara dan memberi tahu tentang kebenaran enam tahun yang lalu.
Namun Duke berpikir dua kali, kemungkinan yang menentang keputusannya akan banyak. Jadi saat Avrim mengatakan bahwa Clara menolak datang, Duke Wayne tidak merasa kecewa.
Apakah Clara yang sekarang masih 'lah Clara yang dulu? Mengapa mereka begitu berbeda? Kukira dia sangat berbeda dari Clara yang 'itu'.
"Masalah pribadi saya dengan Freesia, saya sendiri yang akan menyelesaikannya. Entah itu dengan bendera putih atau tidak, kalian tidak perlu ikut campur."
Raja mengatur napasnya yang mulai tak beraturan. Saat dia masihlah seorang pangeran, memang benar kalau Duke Wayne saat itu sudah pada kedudukannya yang sekarang.
Jabatannya sebagai Duke sudah terlalu lama, karena itu beberapa waktu lagi, Hendrick akan menggantikannya. Sampai saat itu terjadi, ia berharap Duke Wayne tidak berulah lebih banyak.
"Baiklah, kita akan mengambil tindakan serius jika Freesia melakukan pergerakannya lagi. Untuk masalah kebakaran hutan, hari ini adalah pembahasan terakhir."
...****...
Di dalam kereta kuda. Hendrick menatap tajam ayahnya. Tapi, Duke Wayne masih santai dengan pemandangan langit yang ia lihat diluar.
"Ayah, masalah macam apa yang Ayah miliki dengan Wilayah Utara?"
Duke Wayne melirik sekilas dan kembali melihat langit malam yang bertabur bintang. "Haruskah kau tahu? Bukankah Ayah sudah sudah bilang kalau adalah ini masalah Ayah."
"Mengapa Ayah tidak mau mengatakan sesuatu? Ini tidaklah seperti aku adalah orang luar yang ikut campur urusan Ayah."
"Nanti juga kau akan tahu."
"Ayah selalu saja seperti itu, menyimpan semua sendirian. Ayah bukannya seseorang yang akan mampu menahan semua itu, tahu?"
Tawa kecil lolos dari bibir Duke Wayne. "Ayah tahu."
...****...
Di Istana Ranunculus. Setelah pertemuan itu, Rovers dan Raja masih bersama di ruangan tersebut. Mereka tak bergeming sedikit pun setelah para bangsawan keluar.
Rovers melirik kearah ayahnya. "Ayah, mengapa Ayah menatap Duke Wayne saat itu? Apakah 'sesuatu yang terjadi' itu ada hubungannya dengan Paman?"
Raja tertawa kecil, masih cukup lama baginya untuk turun tahta dan digantikan oleh putra semata wayangnya ini. Tapi, dia perlu belajar lebih dalam lagi tentang arti dari perjuangan hidup.
Banyak orang di luar sana yang melakukan kejahatan demi mendapatkan kesejahteraan hidup yang mereka dambakan. Contoh nyatanya adalah Wilayah Utara, Freesia.
Namun, dia juga tidak bisa mengatakan itu dulu, karena memang belum waktunya.
Konflik dengan Wilayah Utara bukan sekedar permainan politik saja. Ada sesuatu yang besar di baliknya, yang bahkan Raja sendiri belum mendapatkan jawaban tentang itu.
"Sejak kelima wilayah di benua Herbras berhenti berperang dan menyampaikan misi perdamaian, terutama Hortensia itu. Kakekmu pernah mencari tahu sesuatu yang seharusnya ia tak perlu tahu."
Rovers menjadi terkejut. "Apa Ayah sudah tahu penyebab Kakek bisa meninggal?"
Tentu saja Rovers akan menanyakannya, lagi pula kematian dari kakeknya itu tidak diketahui penyebab pastinya.
"Ayah, ini hanya pemikiranku saja. Aku berpikir kalau penyebab kematian Kakek diketahui oleh Paman. Bukankah orang terakhir yang bersama Kakek adalah Paman?"
"Itu yang selama ini kupikirkan. Namun, Duke tua itu nampak bungkam. Ayah juga tidak bisa mengerti jalan pikirannya. Dia begitu dekat dengan kita, tapi nyatanya dia terasa sukar dicapai oleh siapa pun."
"Mungkin 'kah Paman bekerja sama dengan Freesia?"
Raja menggelengkan kepalanya. "Itu tidak mungkin. Mengingat kalau kepalanya adalah yang paling diincar oleh Freesia. Mustahil itu hanyalah sandiwara."
Tatapan Raja menyipit. "Dia ada di pihak kita. Tenang saja."
TBC
Jangan lupa like dan komen ^-^
So, see you in the next chapter~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Rumah Handshock
clara anak keturunan murni kerajaan terbesar kah?
2022-03-22
7
senja
si Raja ngeh ttg Clara? ada indikasi kesana?
2022-01-18
3