Chapter 11 - Pengadilan Tinggi

Di istana Ranunculus. Para bangsawan terkemuka serta penerus mereka sudah datang. Mereka menunggu di sebuah ruangan hingga sang Raja dan Pangeran Mahkota tiba.

"Salam sejahtera untuk Raja dan Pangeran Mahkota Ranunculus."

Semua penghuni ruangan menunduk memberi salam saat kedua orang penting itu datang. Saat Raja dan Pangeran sudah duduk. Para pejabat serta anak-anaknya pun ikut duduk.

"Kita akan membahas tentang penyerangan yang dilakukan oleh Freesia."

Situasi mulai menegang saat Raja mengatakan kalimat pertamanya.

Benar. Kerajaan Freesia.

Sebuah kerajaan di wilayah utara dengan jumlah persenjataan yang besar. Karena itu Raja meminta bantuan pada Agapanthus untuk melawan Freesia nanti.

Alasan mereka tak meminta bantuan pada Vinca maupun Hortensia adalah karena kedua wilayah ini tidak punya koneksi bagus dengan mereka. Selain itu, fakta bahwa dahulu mereka pernah bertarung pedang dengan pedang masih cukup membekas dan itu pun tertulis dalam sejarah.

Juga, kebenaran tentang Raja sebelumnya yang sudah meninggal. Mereka masih mencari tahu penyebab kematiannya yang terjadi di wilayah Freesia.

Mayat tak bisa bersaksi, karena itu kebenaran pun tak pernah mereka dapati.

"Penyerangan? Maksudnya kebakaran di hutan selatan itu?" Tanya Grand Duke Harold.

Raja mengangguk.

Tentang kebakaran, karena lokasinya berada di dalam hutan. Tidak banyak yang tahu tentang itu. Jaraknya pun sangat jauh dari pemukiman sehingga asap kebakaran tak terlihat di sana.

Beruntung salah satu penduduk yang sedang mencari kayu melihat kejadian ini dan melaporkan dengan cepat sehingga pemadaman terjadi sebelum api membesar. Kalau tidak, sudah pasti api akan merembet ke pemukiman dan juga pusat kota.

Tetapi mereka tetap dirugikan karena hutan itu terbakar seperempatnya. Hutan itu adalah sumber kehidupan bagi para penduduk Ranunculus. Beruntung masalahnya kini sudah teratasi dengan baik.

"Nampaknya mereka ingin memulai perang lebih cepat." Ucap Count Cheltics.

"Apakah kita perlu mengambil tindakan kali ini? Sepertinya akhir-akhir ini mereka menjadi lebih agresif untuk menyerang kita. Apakah sesuatu telah terjadi?" Grand Duke Harold kembali bertanya.

Sekilas, Raja melirik pada Duke Wayne yang kelihatannya masih santai-santai saja.

"Mungkin." Ucap Raja singkat.

Secara tak langsung Raja menyindir seseorang. Akan tetapi, orang itu masih diam saja dan terus menyangga dagunya. Seolah pertemuan hari ini tidak ada apa-apanya dengan tragedi besar yang pernah terjadi.

Sindiran yang tak sampai itu membuat Raja menghela napas dengan berat.

Dia ingin membuat Duke Wayne mengembalikan senjata Freesia, agar mereka bisa hidup damai. Tapi Raja juga tahu kalau Freesia akan menyulut perang lebih cepat dengan senjata milik mereka.

Simalakama. Apa pun yang Raja lakukan, takkan bisa membuat perang ini berakhir begitu saja.

"Duke Wayne, sebenarnya punya masalah apa dengan Freesia? Nampak jelas sekali kalau mereka mengincar kehancuranmu lebih dulu dibandingkan kehancuran Ranunculus ini." Kata Grand Duke Harold.

"Benar. Mungkinkah anda punya masalah pribadi dengan mereka?" Baron Llamante bertanya.

"Kalau saya bilang 'iya', apakah kalian semua akan membantu saya menyelesaikan ini?" Duke Wayne bertanya dengan acuh.

Hendrick yang disebelahnya mendengar itu, langsung timbul kerutan di keningnya. Memang benar kalau Freesia begitu mengincar ayahnya. Tapi selama ini, Hendrick tidak tahu pasti apa yang menjadi penyebabnya.

Semua akibat pasti memiliki sebab.

Semua sebab akan berakibat.

Dunia ini berkembang layaknya pohon. Berawal dari akar, lalu menumbuhkan batang dan daun. Kemudian akan bercabang, dan di cabang itulah bunga akan mekar. Kemudian berakhir dengan lahirnya buah pada bunga.

Singkatnya, buah takkan ada tanpa hadirnya akar sebagai sebab dia bisa ada.

Hening kembali melingkupi ruangan itu.

Sebenarnya Duke Wayne ingin membawa Clara dan memberi tahu tentang kebenaran enam tahun yang lalu.

Namun Duke berpikir dua kali, kemungkinan yang menentang keputusannya akan banyak. Jadi saat Avrim mengatakan bahwa Clara menolak datang, Duke Wayne tidak merasa kecewa.

Apakah Clara yang sekarang masih 'lah Clara yang dulu? Mengapa mereka begitu berbeda? Kukira dia sangat berbeda dari Clara yang 'itu'.

"Masalah pribadi saya dengan Freesia, saya sendiri yang akan menyelesaikannya. Entah itu dengan bendera putih atau tidak, kalian tidak perlu ikut campur."

Raja mengatur napasnya yang mulai tak beraturan. Saat dia masihlah seorang pangeran, memang benar kalau Duke Wayne saat itu sudah pada kedudukannya yang sekarang.

Jabatannya sebagai Duke sudah terlalu lama, karena itu beberapa waktu lagi, Hendrick akan menggantikannya. Sampai saat itu terjadi, ia berharap Duke Wayne tidak berulah lebih banyak.

"Baiklah, kita akan mengambil tindakan serius jika Freesia melakukan pergerakannya lagi. Untuk masalah kebakaran hutan, hari ini adalah pembahasan terakhir."

...****...

Di dalam kereta kuda. Hendrick menatap tajam ayahnya. Tapi, Duke Wayne masih santai dengan pemandangan langit yang ia lihat diluar.

"Ayah, masalah macam apa yang Ayah miliki dengan Wilayah Utara?"

Duke Wayne melirik sekilas dan kembali melihat langit malam yang bertabur bintang. "Haruskah kau tahu? Bukankah Ayah sudah sudah bilang kalau adalah ini masalah Ayah."

"Mengapa Ayah tidak mau mengatakan sesuatu? Ini tidaklah seperti aku adalah orang luar yang ikut campur urusan Ayah."

"Nanti juga kau akan tahu."

"Ayah selalu saja seperti itu, menyimpan semua sendirian. Ayah bukannya seseorang yang akan mampu menahan semua itu, tahu?"

Tawa kecil lolos dari bibir Duke Wayne. "Ayah tahu."

...****...

Di Istana Ranunculus. Setelah pertemuan itu, Rovers dan Raja masih bersama di ruangan tersebut. Mereka tak bergeming sedikit pun setelah para bangsawan keluar.

Rovers melirik kearah ayahnya. "Ayah, mengapa Ayah menatap Duke Wayne saat itu? Apakah 'sesuatu yang terjadi' itu ada hubungannya dengan Paman?"

Raja tertawa kecil, masih cukup lama baginya untuk turun tahta dan digantikan oleh putra semata wayangnya ini. Tapi, dia perlu belajar lebih dalam lagi tentang arti dari perjuangan hidup.

Banyak orang di luar sana yang melakukan kejahatan demi mendapatkan kesejahteraan hidup yang mereka dambakan. Contoh nyatanya adalah Wilayah Utara, Freesia.

Namun, dia juga tidak bisa mengatakan itu dulu, karena memang belum waktunya.

Konflik dengan Wilayah Utara bukan sekedar permainan politik saja. Ada sesuatu yang besar di baliknya, yang bahkan Raja sendiri belum mendapatkan jawaban tentang itu.

"Sejak kelima wilayah di benua Herbras berhenti berperang dan menyampaikan misi perdamaian, terutama Hortensia itu. Kakekmu pernah mencari tahu sesuatu yang seharusnya ia tak perlu tahu."

Rovers menjadi terkejut. "Apa Ayah sudah tahu penyebab Kakek bisa meninggal?"

Tentu saja Rovers akan menanyakannya, lagi pula kematian dari kakeknya itu tidak diketahui penyebab pastinya.

"Ayah, ini hanya pemikiranku saja. Aku berpikir kalau penyebab kematian Kakek diketahui oleh Paman. Bukankah orang terakhir yang bersama Kakek adalah Paman?"

"Itu yang selama ini kupikirkan. Namun, Duke tua itu nampak bungkam. Ayah juga tidak bisa mengerti jalan pikirannya. Dia begitu dekat dengan kita, tapi nyatanya dia terasa sukar dicapai oleh siapa pun."

"Mungkin 'kah Paman bekerja sama dengan Freesia?"

Raja menggelengkan kepalanya. "Itu tidak mungkin. Mengingat kalau kepalanya adalah yang paling diincar oleh Freesia. Mustahil itu hanyalah sandiwara."

Tatapan Raja menyipit. "Dia ada di pihak kita. Tenang saja."

TBC

Jangan lupa like dan komen ^-^

So, see you in the next chapter~

Terpopuler

Comments

Rumah Handshock

Rumah Handshock

clara anak keturunan murni kerajaan terbesar kah?

2022-03-22

7

senja

senja

si Raja ngeh ttg Clara? ada indikasi kesana?

2022-01-18

3

lihat semua
Episodes
1 Promosi Karya
2 PROLOG
3 Chapter 1 - Dunia Novel?
4 Chapter 2 - Bukan Sekedar Mimpi
5 Chapter 3 - Hendrick Wayne
6 Chapter 4 - Berita
7 Chapter 5 - Rahasia Enam Tahun Lalu
8 Chapter 6 - Rovers Artlenzt
9 Chapter 7 - Kacau
10 Chapter 8 - Petunjuk Mawar
11 Chapter 9 - Herbras I
12 Chapter 10 - Herbras II
13 Chapter 11 - Pengadilan Tinggi
14 Chapter 12 - Festival Musim Gugur
15 Chapter 13 - Mengikuti Alur Novel
16 Chapter 14 - Cerita Lama
17 Chapter 15 - Permintaan Duke Wayne
18 Chapter 16 - Pedang Melawan Pedang
19 Chapter 17 - Memori Hortensia I
20 Chapter 18 - Memori Hortensia II
21 Chapter 19 - Memori Hortensia III
22 Chapter 20 - Ceritanya T'lah Selesai
23 Chapter 21 - Makna Setangkai Mawar
24 Chapter 22 - Sebuah Rasa
25 Chapter 23 - Langkah Awal
26 Chapter 24 - Bentrok
27 Chapter 25 - Terus Berlanjut
28 Chapter 26. Kedatangan Rovers
29 Chapter 27 - Hari Hujan
30 Chapter 28 - Tak Seburuk Dahulu
31 Chapter 29 - Rentetan Masalah
32 Chapter 30 - Rumor yang Datang
33 Chapter 31 - Memulai Topik
34 Chapter 32 - Tentang Avrim
35 Chapter 33 - "Apa Kau Akan Kembali?"
36 Chapter 34 - Menuju Tanah Barat
37 Chapter 35 - Situasi Genting
38 Chapter 36 - Pangeran Mahkota
39 Chapter 37 - Terima Kasih
40 Chapter 38 - Raģe Cheltics I
41 Chapter 39 - Raģe Cheltics II
42 Chapter 40 - Wilayah Barat
43 Chapter 41 - Menyesuaikan Diri
44 Chapter 42 - Tiga Kondisi
45 Chapter 43 - Misteri yang Bermunculan
46 Chapter 44 - Jangan Lupakan Aku
47 Chapter 45 - Jatuh Cinta?
48 Chapter 46 - Hal yang Tak Bisa Direkayasa
49 Chapter 47 - Penyihir Pria di Masa Lampau
50 Chapter 48 - Menonton Teater
51 Chapter 49 - Sandiwara Dunia
52 Chapter 50 - Ruangan Dalam Ruangan
53 Chapter 51 - Menjadi Semakin Buram
54 Chapter 52 - Kuil Istana
55 Chapter 53 - Mengungkap Kebenaran
56 Chapter 54 - Arti 'Maaf' Di Hari Itu
57 Chapter 55 - Grein de'Lavoisiér
58 PLEASE BACA DULU...
59 Chapter 56 - Melepas Rindu
60 Chapter 57 - Mekarnya Anggrek & Layunya Mawar Biru
61 Chapter 58 - Duel
62 Chapter 59 - Surat Balasan ~Hari yang Begitu Tenang~
63 Chapter 60 - Senjata Kedua
64 Chapter 61 - Pergi Ke Wilayah Utara
65 Chapter 62 - Rasa Gelisah
66 Chapter 63 - Hari Besar
67 Chapter 64 - "Aku Akan Tetap Menerimamu Apa Adanya"
68 Chapter 65 - Wilayah Utara
69 Chapter 66 - Mengulang Sejarah
70 Chapter 67 - Kebetulan Yang Manis
71 Chapter 68 - Senjata Freesia I
72 Chapter 69 - Senjata Freesia II
73 Chapter 70 - Senjata Freesia III
74 Chapter 71 - Senjata Freesia IV
75 Chapter 72 - Senjata Freesia V
76 Chapter 73 - Momen Sebelum Kepergian
77 Chapter 74 - Rencana Penculikan
78 Chapter 75 - Pelarian Penuh Darah
79 Chapter 76 - Rahasia Setiap Senjata
80 Chapter 77 - Wilayah Selatan
81 Chapter 78 - Pertanyaan Untuk Clara
82 Chapter 79 - Pertemuan Pertama
83 Chapter 80 - Badai Malam
84 Chapter 81. Sebuah Pengakuan
85 Chapter 82 - Tentang Mawar Biru
86 Chapter 83 - Hellebore Sebagai Kenangan
87 Chapter 84 - Tamu Dari Wilayah Selatan
88 Chapter 85 - Reuni Manis
89 Chapter 86 - Identitas Mereka
90 Chapter 87 - Valentina Harold
91 Chapter 88 - Benang Merah Dalam Cerita
92 Visual Character & Penjelasan Singkat
93 Chapter 89 - Jawaban Atas Keraguan
94 Chapter 90 - Cinta Itu Punya Rasa
95 Chapter 91 - Warna Dari Cinta
96 Chapter 92 - Permata Amethyst
97 Chapter 93 - Gagal Menyatakan
98 Chapter 94 - Hitam Artinya...
99 Chapter 95 - Sebelum Badai Menerjang
100 Chapter 96 - Tak Ada Lagi Hari Tenang
101 Chapter 97 - Kode Untuk Berperang
102 Chapter 98 - Pihak Netral
103 Chapter 99 - Mengembalikan Hadiah
104 Chapter 100 - Diskusi Kematian
105 Chapter 101 - Tugas Seorang Senjata
106 Chapter 102 - Duo
107 Chapter 103 - Dendam yang Terpendam
108 Chapter 104 - Kedamaian Abadi Bagi Muridku
109 Chapter 105 - Murid dan Guru
110 Chapter 106 - Zavius dan Utusan Dari Freesia
111 Chapter 107 - Hari Eksekusi
112 Chapter 108 - Menculik Seorang Pengantin
113 Chapter 109 - Awal Dari Dendam Raja Willem
114 Chapter 110 - Payung Hitam di Bawah Rintik Hujan
115 Chapter 111 - Masa Depan Nan Kelabu
116 Chapter 112 - Bala Bantuan
117 Chapter 113 - Kisah Kasih Tak Sampai
118 Chapter 114 - Simbol Kematian
119 Chapter 115 - Getaran Herbras
120 Chapter 116 - Perang Dalam Kabut
121 Chapter 117 - Adik & Kakak
122 Chapter 118 - Tak Terkendali
123 Chapter 119 - Luapan Sihir Hitam
124 Chapter 120 - Salam Perpisahan
125 Chapter 121 - Kenangan Dari Kehidupan Sebelumnya
126 Chapter 122 - Maafkan Aku T'lah Ingkar
127 Chapter 123 - Sang Antagonis
128 Chapter 124 - Sejarah Singkat Lavoisiér
129 Chapter 125 - Puncak Kemarahan
130 Chapter 126 - Namamu Ialah Bentuk Dari Janji
131 Chapter 127 - Reinkarnasi Adalah Rantai Pengekang
132 Chapter 128 - Menjadi Paling Kuasa Bukanlah Berkah Melainkan Kutukan
133 Chapter 129 - Tersemat Dua Pilihan
134 Chapter 130 - Kehancuran Herbras
135 Chapter 131 - Seberkas Cahaya Dalam Keputusasaan
136 Chapter 132 - Hidup Adalah Tentang Apa Yang Kau Pilih
137 Chapter 133 - Teori Akhir Dunia
138 Chapter 134 - Hari Bahagia
139 Chapter 135 - Karena Dia Berharga
140 Extra Part 1 - Yang Mencintai Takkan Melupakan
141 Extra Part 2 - Akhir yang Lebih Baik
142 Pengumuman & Promosi Novel Baru (MNEMONICS Ver~)
143 Spesial QnA
144 Special Chapter - Mirye: "Come Back To Me"
145 Pengumuman Novel Baru!
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Promosi Karya
2
PROLOG
3
Chapter 1 - Dunia Novel?
4
Chapter 2 - Bukan Sekedar Mimpi
5
Chapter 3 - Hendrick Wayne
6
Chapter 4 - Berita
7
Chapter 5 - Rahasia Enam Tahun Lalu
8
Chapter 6 - Rovers Artlenzt
9
Chapter 7 - Kacau
10
Chapter 8 - Petunjuk Mawar
11
Chapter 9 - Herbras I
12
Chapter 10 - Herbras II
13
Chapter 11 - Pengadilan Tinggi
14
Chapter 12 - Festival Musim Gugur
15
Chapter 13 - Mengikuti Alur Novel
16
Chapter 14 - Cerita Lama
17
Chapter 15 - Permintaan Duke Wayne
18
Chapter 16 - Pedang Melawan Pedang
19
Chapter 17 - Memori Hortensia I
20
Chapter 18 - Memori Hortensia II
21
Chapter 19 - Memori Hortensia III
22
Chapter 20 - Ceritanya T'lah Selesai
23
Chapter 21 - Makna Setangkai Mawar
24
Chapter 22 - Sebuah Rasa
25
Chapter 23 - Langkah Awal
26
Chapter 24 - Bentrok
27
Chapter 25 - Terus Berlanjut
28
Chapter 26. Kedatangan Rovers
29
Chapter 27 - Hari Hujan
30
Chapter 28 - Tak Seburuk Dahulu
31
Chapter 29 - Rentetan Masalah
32
Chapter 30 - Rumor yang Datang
33
Chapter 31 - Memulai Topik
34
Chapter 32 - Tentang Avrim
35
Chapter 33 - "Apa Kau Akan Kembali?"
36
Chapter 34 - Menuju Tanah Barat
37
Chapter 35 - Situasi Genting
38
Chapter 36 - Pangeran Mahkota
39
Chapter 37 - Terima Kasih
40
Chapter 38 - Raģe Cheltics I
41
Chapter 39 - Raģe Cheltics II
42
Chapter 40 - Wilayah Barat
43
Chapter 41 - Menyesuaikan Diri
44
Chapter 42 - Tiga Kondisi
45
Chapter 43 - Misteri yang Bermunculan
46
Chapter 44 - Jangan Lupakan Aku
47
Chapter 45 - Jatuh Cinta?
48
Chapter 46 - Hal yang Tak Bisa Direkayasa
49
Chapter 47 - Penyihir Pria di Masa Lampau
50
Chapter 48 - Menonton Teater
51
Chapter 49 - Sandiwara Dunia
52
Chapter 50 - Ruangan Dalam Ruangan
53
Chapter 51 - Menjadi Semakin Buram
54
Chapter 52 - Kuil Istana
55
Chapter 53 - Mengungkap Kebenaran
56
Chapter 54 - Arti 'Maaf' Di Hari Itu
57
Chapter 55 - Grein de'Lavoisiér
58
PLEASE BACA DULU...
59
Chapter 56 - Melepas Rindu
60
Chapter 57 - Mekarnya Anggrek & Layunya Mawar Biru
61
Chapter 58 - Duel
62
Chapter 59 - Surat Balasan ~Hari yang Begitu Tenang~
63
Chapter 60 - Senjata Kedua
64
Chapter 61 - Pergi Ke Wilayah Utara
65
Chapter 62 - Rasa Gelisah
66
Chapter 63 - Hari Besar
67
Chapter 64 - "Aku Akan Tetap Menerimamu Apa Adanya"
68
Chapter 65 - Wilayah Utara
69
Chapter 66 - Mengulang Sejarah
70
Chapter 67 - Kebetulan Yang Manis
71
Chapter 68 - Senjata Freesia I
72
Chapter 69 - Senjata Freesia II
73
Chapter 70 - Senjata Freesia III
74
Chapter 71 - Senjata Freesia IV
75
Chapter 72 - Senjata Freesia V
76
Chapter 73 - Momen Sebelum Kepergian
77
Chapter 74 - Rencana Penculikan
78
Chapter 75 - Pelarian Penuh Darah
79
Chapter 76 - Rahasia Setiap Senjata
80
Chapter 77 - Wilayah Selatan
81
Chapter 78 - Pertanyaan Untuk Clara
82
Chapter 79 - Pertemuan Pertama
83
Chapter 80 - Badai Malam
84
Chapter 81. Sebuah Pengakuan
85
Chapter 82 - Tentang Mawar Biru
86
Chapter 83 - Hellebore Sebagai Kenangan
87
Chapter 84 - Tamu Dari Wilayah Selatan
88
Chapter 85 - Reuni Manis
89
Chapter 86 - Identitas Mereka
90
Chapter 87 - Valentina Harold
91
Chapter 88 - Benang Merah Dalam Cerita
92
Visual Character & Penjelasan Singkat
93
Chapter 89 - Jawaban Atas Keraguan
94
Chapter 90 - Cinta Itu Punya Rasa
95
Chapter 91 - Warna Dari Cinta
96
Chapter 92 - Permata Amethyst
97
Chapter 93 - Gagal Menyatakan
98
Chapter 94 - Hitam Artinya...
99
Chapter 95 - Sebelum Badai Menerjang
100
Chapter 96 - Tak Ada Lagi Hari Tenang
101
Chapter 97 - Kode Untuk Berperang
102
Chapter 98 - Pihak Netral
103
Chapter 99 - Mengembalikan Hadiah
104
Chapter 100 - Diskusi Kematian
105
Chapter 101 - Tugas Seorang Senjata
106
Chapter 102 - Duo
107
Chapter 103 - Dendam yang Terpendam
108
Chapter 104 - Kedamaian Abadi Bagi Muridku
109
Chapter 105 - Murid dan Guru
110
Chapter 106 - Zavius dan Utusan Dari Freesia
111
Chapter 107 - Hari Eksekusi
112
Chapter 108 - Menculik Seorang Pengantin
113
Chapter 109 - Awal Dari Dendam Raja Willem
114
Chapter 110 - Payung Hitam di Bawah Rintik Hujan
115
Chapter 111 - Masa Depan Nan Kelabu
116
Chapter 112 - Bala Bantuan
117
Chapter 113 - Kisah Kasih Tak Sampai
118
Chapter 114 - Simbol Kematian
119
Chapter 115 - Getaran Herbras
120
Chapter 116 - Perang Dalam Kabut
121
Chapter 117 - Adik & Kakak
122
Chapter 118 - Tak Terkendali
123
Chapter 119 - Luapan Sihir Hitam
124
Chapter 120 - Salam Perpisahan
125
Chapter 121 - Kenangan Dari Kehidupan Sebelumnya
126
Chapter 122 - Maafkan Aku T'lah Ingkar
127
Chapter 123 - Sang Antagonis
128
Chapter 124 - Sejarah Singkat Lavoisiér
129
Chapter 125 - Puncak Kemarahan
130
Chapter 126 - Namamu Ialah Bentuk Dari Janji
131
Chapter 127 - Reinkarnasi Adalah Rantai Pengekang
132
Chapter 128 - Menjadi Paling Kuasa Bukanlah Berkah Melainkan Kutukan
133
Chapter 129 - Tersemat Dua Pilihan
134
Chapter 130 - Kehancuran Herbras
135
Chapter 131 - Seberkas Cahaya Dalam Keputusasaan
136
Chapter 132 - Hidup Adalah Tentang Apa Yang Kau Pilih
137
Chapter 133 - Teori Akhir Dunia
138
Chapter 134 - Hari Bahagia
139
Chapter 135 - Karena Dia Berharga
140
Extra Part 1 - Yang Mencintai Takkan Melupakan
141
Extra Part 2 - Akhir yang Lebih Baik
142
Pengumuman & Promosi Novel Baru (MNEMONICS Ver~)
143
Spesial QnA
144
Special Chapter - Mirye: "Come Back To Me"
145
Pengumuman Novel Baru!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!