Kau takkan pernah tahu apa yang takdir akan berikan padamu, apa yang takdir akan datangkan padamu, dan apa yang takdir akan ambil darimu.
Semuanya adalah rahasia yang tak pernah bisa diketahui oleh siapa pun.
Kau juga takkan bisa mengorek bagaimana dunia bisa berjalan selama ini, tentu saja karena itu juga termasuk rahasia Tuhan.
Terkadang, kita selalu bisa mengatakan bahwa ‘semua akan baik-baik saja’. Namun, saat sesuatu yang sangat buruk menimpamu. Apa kau masih tetap bisa mengatakan itu bahkan dengan senyuman?
Jawabannya adalah tergantung.
Bruk!
Seorang gadis tersungkur, dia tampak lusuh dan kotor. Meratapi banyaknya kematian yang ada di depannya tanpa bisa melakukan apa-apa. Kini, ia mengerti definisi dari ‘tidak berguna’ yang sebenarnya.
“Mengapa? Aku tak ingin ditinggal oleh kalian. Tapi, mengapa?”
Suara serak gadis itu terdengar, dia menatap tak percaya pada seorang gadis lainnya yang selama ini ia anggap sebagai sahabatnya. Gadis itu malah dengan mudahnya menampik kenyataan pahit itu. Bahwa mereka takkan bisa berada di kubu yang sama.
Mereka berada di pihak berbeda yang saling menghentakkan pedang masing-masing.
Si gadis yang tersungkur malah menangis terus. Dia benar-benar tidak berguna, hanya bisa diam saja menatap gadis lainnya yang memegang pedang dengan ukiran mawar biru.
Eksistensinya begitu tak dipercaya bila dia ada, dengan surai seputih salju juga mata seperti kristal es di musim dingin. Wajahnya juga sangat dingin dan tak tersentuh. Rupanya seperti malaikat, namun sikapnya tak jauh berbeda dengan iblis.
“Seharusnya aku tak pernah percaya kepadamu!” Ia terus menangis tersedu-sedu.
“Ya,” Gadis yang seperti iblis itu akhirnya bersuara. “Kau terlalu naif, Hellen Wayne.”
Gadis iblis itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, mengarahkan pedangnya ke arah Hellen. Sementara Hellen hanya bisa menutup mata, menunggu kematiannya tiba.
Crash!
Hellen jatuh dengan simbahan darah di tubuhnya, bahkan darahnya sedang membuat genangan sekarang ini. Matanya menutup perlahan, pemandangan terakhir yang ia lihat hanyalah gadis bersurai putih itu.
“Tidurlah dengan tenang. Saat kau bangun, semuanya akan baik-baik saja.”
Nyatanya, Hellen tak akan pernah bisa membuka kedua matanya lagi. Dia tidur untuk selama - lamanya, bersama dengan mentari yang tenggelam. Dia meninggalkan dunia sebagai cahaya terakhir yang berharga.
Setelah kematiannya, hanya akan ada kegelapan yang tidak terbatas.
Gadis iblis itu bagaikan bulan. Dia takkan bisa menyinari dunia tanpa ada bintang sebagai pantulan cahayanya. Akan tetapi, bulan ini memilih untuk egois dan menghancurkan semua bintang yang ada.
Dia memilih untuk tetap redup, persis seperti aslinya.
Dunia ini memang tak akan pernah disinari cahaya lagi. Begitu pula dengan gadis bersurai putih itu. Bersama dengan semua korban pembantaiannya, dia akan tenggelam dalam kegelapan malam sampai akhir hayatnya.
END
...****...
“APA?!”
Seorang gadis memekik keras saat melihat bagaimana ending dari novel kesukaannya. Dia hampir melempar ponselnya kalau lupa jika ia takkan bisa menggantinya dengan yang baru.
“Mengapa Clara Scoleths malah mengganggu harem milik Hellen? Apa dia cemburu? Dan kenapa ketiga male lead juga harus mati?! Mereka selemah itu 'kah di hadapan Clara?”
Gadis itu memukuli kasurnya karena kesal. Setelah lelah, dia berbaring di kasurnya dengan muka kusut karena masih menyimpan dendam pada si penulis novel itu.
“Sialan! Rasanya aku mau membunuh si Clara itu.”
Tiba - tiba gadis itu terdiam merenung.
“Tapi, aku mengerti mengapa Clara melakukannya. Dia pasti menyimpan luka hati yang dalam. Orang-orang memperlakukannya tidak lebih baik daripada anjing, hanya karena dia adalah mesin pembunuh. Meski begitu, apa dia perlu membunuh Hellen juga?”
“Mungkin karena Clara mencintai Rovers, tetapi pria itu malah mencintai Hellen.”
“Dia bahkan membunuh semua pemeran utama pria yang ada. Ah, tidak. Dia tidak membunuh Rovers karena mencintainya. Dan Meiger juga masih hidup, sigh... aku yakin Clara tidak bisa membunuhnya karena dia sangat kuat. Aku rasa, Meiger adalah iblis yang asli.”
“Endingnya sangat tidak terduga. Padahal aku kira pemeran antagonisnya adalah Valentina Harold. Dan Clara Scoleths hanyalah pemeran figuran yang selewat saja.”
Kegelapan hati memang sangat menakutkan.
“Jika aku menjadi Clara, aku takkan melakukan sesuatu yang akan membuatnya kehilangan.”
Gadis itu perlahan menutup matanya yang terasa begitu berat. Rasa kantuk sudah tak bisa ia halau lagi.
“Selamat tidur.”
...****...
“Mmh...”
Seseorang menggeliat di balik selimutnya yang tebal. Kamarnya begitu mewah, namun tak terlihat sedikit pun cahaya yang menyelinap, pasti jendelanya ditutup sangat rapat. Bahkan gorden pun dibiarkan menutupi jendela.
Seseorang di balik selimut pasti sangat menyukai gelap.
“Hm, selamat pagi.” kata seseorang dari balik selimutnya.
Dia bangun dan meregangkan tubuhnya. Ia melihat ke sekitar yang sangat gelap, dia jadi merasa aneh.
“Eh? Apa ini belum pagi?”
Suaranya begitu lembut dan halus, dia pastilah gadis muda. Namun, karena mendengar suaranya sendiri, gadis itu memegang tenggorokannya.
“Tunggu, apa yang terjadi pada suaraku?”
Gadis itu memandang sekelilingnya dengan penasaran sekaligus bingung.
“Lalu, mengapa kamar ini begitu mewah? Dan, di mana ini sebenarnya?”
Gadis muda itu menengok ke arah pintu yang diketuk. Dari sana, pintu terbuka dan muncul seorang pelayan wanita paruh baya.
“Siapa?”
“Ini saya Avrim, Nona.”
Avrim? Nama ini sangatlah familiar bagiku. Tapi itu tidak mungkin ‘kan? Lagipula aku ini ada di mana? Lalu, Nona?
”Nona Scoleths, apa Nona baik-baik saja?” Tanya Avrim.
Baru saja gadis muda itu mengangguk - anggukkan kepalanya, dia menjadi menegang.
“Avrim, a-apa maksudmu dengan Scoleths?" Gadis muda itu bertanya kebingungan.
“Apakah Nona lupa? Itu nama yang Nona ambil dari keluarga asli Nona. Nona tidak ingin memakai marga Wayne, karena itu Nona menggunakan Scoleths.”
Hei, ini bukan mimpi ‘kan? Aku pasti masih tidur!
“Avrim, ambilkan aku kaca.”
Walau Avrim terlihat kebingungan, dia tetap mengambilkan kaca yang diminta Nonanya. Tidak biasanya Nonanya akan melakukan itu, karena ia tidak mau melihat wajahnya yang mengerikan. Tapi kalau menolak, dia akan menjadi lebih parah.
“Ini Nona.”
“Terima kasih.”
“Eh?” Avrim kaget karena Nonanya tersenyum, selain itu mengucapkan terima kasih pula.
“Apa Nona sakit?”
“Tidak, aku sehat bugar.”
Gadis muda itu melihat kaca, lalu dia memekik kaget.
“AKH!”
“No.. Nona...”
“Avrim, wajah siapa ini?!”
Sial, mana berani aku bermimpi kalau wajahku yang di bawah standar berubah drastis begini. Apa aku habis operasi besar-besaran? Tapi kapan? Lagipula, aku ‘kan missqueen!
“Ini wajah Nona.”
“Tapi yang di kaca sangatlah cantik! Anugrah besar seperti ini, mana mungkin aku mendapatkannya! Kesambet apa sampai Dewi Fortuna sebaik ini padaku?”
Avrim kaget, tapi dia hanya tersenyum lembut sambil menggeleng - gelengkan kepalanya. Baru kali ini Nonanya memperlihatkan ekspresi, bahkan sekaligus banyak.
Selain itu, kalimat - kalimat lawakan dilontarkan olehnya. Avrim ragu kalau orang di depannya ini adalah Nona yang selama ini ia layani. Namun, ternyata memang benar, hanya sikap mereka yang berbeda.
Ini aneh, menurut Avrim. Padahal Clara sebelumnya tak mau melihat wajahnya sekali pun, dia merasa kalau wajahnya itu telah merenggut banyak sekali nyawa. Yah, Avrim tahu tentang kondisi istimewa Clara. Hanya Avrim dan orang itu.
“Nona sangatlah cantik. Siapa yang mengatakan bahwa Nona tidak cantik?”
“Tapi, Avrim...”
“Nona benar - benar yang tercantik.”
“Baiklah...”
Gadis muda itu tentu saja kaget, surai seputih salju dan juga mata seperti kristal es berwarna safir mengkilat. Ini seperti gambaran penulis pada Clara Scoleths, sang antagonis yang datang telat pada novel yang terakhir kali dibacanya sebelum tidur.
“Avrim, siapa namaku?”
Tidak lucu jika aku menjadi karakter Clara Scoleths yang menjadi antagonis di novel terakhir yang kubaca, bukan?
“Eh? Nama Nona tentu saja Clara Scoleths. Nona lupa?”
Bagaikan tersambar petir, ia kaget tak karuan.
Ini pasti mimpi! Aku tak mau menjadi karakter Clara Scoleths yang kontroversial itu!
Clara menarik selimutnya lagi untuk tidur, dia bahkan mengabaikan sarapan yang disiapkan Avrim untuknya. Mungkin Clara masih berharap kalau yang terjadi sekarang hanyalah mimpi. Dia akan terbangun dari mimpi ini kalau dia tidur lagi.
...****...
Di sebuah dataran yang hanya diisi oleh padang rumput yang luas. Di sana juga ada meja dan kursi yang dilindungi dari terangnya langit dengan atap. Anehnya, langit yang terang itu tidak muncul karena matahari, sebab bintang itu tidak ada eksistensinya di sini.
Di atas meja ada sepiring kue, dua cangkir teh dan seseorang yang sedang meminum salah satunya dengan begitu anggun. Seorang laki-laki duduk di salah satu kursi. Dilihat dari rupanya, dia mungkin mempunyai usia kisaran 18 hingga 21 tahun.
Dia meletakkan cangkir tehnya, lalu mengukir senyum misterius.
“He... kau menolak menerima kenyataan bahwa kau menjadi Clara Scoleths. Padahal sebelum tidur, kau bilang sendiri, ‘jika aku menjadi Clara, aku takkan melakukan sesuatu yang akan membuatnya menjadi kehilangan’.”
“Ini akan seru, jiwa yang bar - bar memasuki raga si lemah lembut yang mematikan. Akan menjadi bagaimana ini?”
Sorot matanya berubah gelap.
“Namun, kegelapan dalam jiwa gadis itu tetaplah sama.”
Lalu pria itu melihat ke sebuah lingkaran khusus ciptaannya. Di sana terlihat seorang gadis dan pelayan tuanya yang bersenang - senang.
“Aku harap kau membuat akhir yang berbeda. Jangan biarkan dunia ini diselimuti kegelapan, seperti yang ‘dia’ buat dahulu.”
“Kesempatan ini tidak datang dua kali. Bahkan dia pun melakukan segala cara agar bisa terlahir kembali.”
TBC
Jangan lupa like dan komen ^-^
So, see you in the next chapter~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Querido🦋
ternyata aq pernah baca nih cerita
makanya kayak ngk asing sama sinopsisnya😌
2022-10-06
0
Putri
masih membingungkan 🤔 tapi mari lihat selanjutnya
2022-07-13
0
Yuli
yoo thoor udah mulai msuk pak eko ... yo clara bar bar ayo lakukan prubahan😉
2022-05-09
1