Clara melangkah menuju pintu dan membukanya dengan hati - hati. Dia tidak akan lupa lagi dengan kenyataan bahwa kulitnya lemah pada sinar matahari.
Pintu pun terbuka.
Oh my lord! Apakah dunia novel ini dipenuhi dengan pemeran yang menawan? Bahkan yang bukan karakter utama saja sudah setampan ini.
Abaikan kata hati Clara yang ngawur karena dia berasal dari +62, maka harap maklumi saja.
“Kenapa kau memandangku seperti itu? Matamu minta dicongkel, ya?” Suara dingin pria itu terdengar.
Mengapa mulutnya sangat pedas? Pasti dia sudah terlatih untuk menghina dan menyindir orang lain. Aku harap pendampingnya di masa depan adalah orang tabah.
“Hei, saat ada orang yang bicara padamu maka jangan diam saja!”
“Weits!”
Clara menghindari tatapan tajam Hendrick dengan gaya konyolnya. Itu membuat pria itu menatap Clara dengan aneh, seolah Clara adalah makhluk langka yang sulit ditemukan.
Lagipula, apa - apaan cara bicaranya itu? Santai sekali.
Clara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan melihat ke arah Hendrick yang siap dengan pertanyaan barunya. “Ekhem!” Clara terbatuk kemudian memposisikan dirinya sebagai gadis anggun.
"Mengapa anda datang kemari? Jika anda datang kemari hanya untuk melihat saya bermain sirkus, maka silahkan jalan ke lorong sebelah kanan untuk menuju lantai bawah.”
Hendrick menautkan alisnya, dia heran dengan tahanan rumahnya ini yang mulai banyak bicara. Padahal dulu, membukakan pintu saja tidak mau dan berakhir dengan dobrakan oleh Hendrick.
Dia juga berani sekali mengusir pewaris keluarga Wayne. Lalu, sirkus? Benar-benar kosakata yang unik.
Meski begitu, Hendrick enggan berlama - lama berada di lantai atas. Atau otaknya juga akan sama gelapnya dengan pemilik lantai ini.
"Ayah ingin bicara padamu. Dengar - dengar selama seminggu ini kau tidak berulah. Ayah mungkin akan menanyakan bagaimana kondisimu saat ini.”
Huh? Aku ‘kan dikurung. Bagaimana bisa berulah?
Hendrick berjalan meninggalkan Clara. Seperti yang gadis itu katakan, kalau mau turun lantai sebaiknya belok ke lorong sebelah kanan dan akan ditemukan tangga untuk turun.
"Kapan?!” Clara agak berteriak, takut suaranya tidak terdengar karena jarak.
“Sekarang juga boleh.”
“Yang benar saja, mana mau aku bertemu dengan pak tua sialan yang membuatku terkurung!” Clara mencibir kesal dengan suara sangat pelan.
Tapi dia tidak tahu, jika Hendrick bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Dia tersenyum aneh, “Beruntung tak kuadukan pada ayah. Kalau iya, maka tamatlah riwayatmu.”
...****...
Hendrick POV
Aku berjalan cukup lama dari lantai tahanan rumah itu. Aku tak mengerti dengannya. Memang pertemuanku dengan gadis itu hanya sekitar empat hingga lima kali sejak kedatangannya. Namun, aku yakin kalau dia tak sekonyol ini terakhir kali.
Jadi, apa yang membuatnya berubah?
Aku tak pernah tahu mengapa dia perlu dirawat di sini. Padahal, akan lebih bagus jika dia ditendang saja ke rumah panti. Tetapi, ayah seolah menolak melakukan itu. Ini seperti ada sesuatu tentangnya yang dirahasiakan oleh ayah. Ibu juga tidak tahu apa - apa saat aku bertanya. Bahkan Hellen pun merasakan hal yang sama denganku.
Dan ditambah dengan kenyataan bahwa dia begitu menghindari sesuatu yang bersifat keluar atau terkena cahaya. Terkadang aku penasaran, tapi aku juga tak mau terlalu dekat dengannya.
Ada sesuatu dalam dirinya yang kuhindari.
Namun, aku sendiri tidak tahu apa itu.
Bukankah ini aneh?
Biasanya, kalau aku membawa perintah dari ayah, dia akan menatapku sinis dan dingin. Melihatku seakan aku harus segera pergi atau dia akan bertindak.
Lalu, siapa orang yang barusan menebarkan omong kosong? Apa dia membuat kepribadian baru pada dirinya?
Yang jelas aku tak mau tahu.
...****...
Author POV
Clara bersiap-siap menemui kepala keluarga Wayne itu. Dia memakai pakaian yang sangat tertutup, singkatnya dia memakai itu untuk menghindari kulitnya dari sinar matahari yang akan membakarnya.
Sialan! Matahari yang dahulu kucintai menjadi musuh terbesarku di dunia ini.
Bahkan Clara bersungut - sungut kesal pada siapa pun karena telah membuatnya berada di dalam tubuh Clara Scoleths dan menjerumuskannya ke dalam dunia novel ini.
Namun, dia tetap bersyukur. Setidaknya, Clara tidak akan memiliki hubungan sedikit pun dengan para pemeran utama jika terus berada dalam ruangan ini. Jika dirinya menjadi Hellen, sudah pasti urusannya akan semakin rumit.
Dia juga tak mau berperan sebagai antagonis.
Ditambah dengan sikap para male lead yang rupa - rupa warnanya itu. Entah si muka dua, tsundere, yang sering mode limbad, buaya darat dan si naif yang mudah tertipu. Akan tetapi, masuk ke dalam tubuh Clara juga bukanlah hal bagus.
Dosanya adalah dosaku. Apa yang harus kulakukan demi menebus semua dosa Clara asli?
Clara keluar dari kamarnya dengan jubah besar yang membuatnya terlihat seperti penjahat sekarang. Namun, penjahat ini malah berjalan dengan santai.
Sesampainya di depan pintu ruangan kepala keluarga Wayne. Clara mengetuknya.
"Tuan Duke, ini saya Clara Scoleths. Anda memanggil saya?”
Hening.
“Masuklah!”
Di dalam, Clara melihat ada pria paruh baya yang duduk di sebuah meja kerja. Di atas meja itu ada lembaran - lembaran kertas yang Clara pikir itu semacam dokumen jika di dunianya.
Clara membungkukkan badannya, “Apakah ada yang ingin anda bicarakan?”
“Tentu,” pria itu mengalihkan matanya pada Clara. “Aku pikir anak tertuaku sudah memberitahumu alasanku memanggilmu.”
“Benar. Saya sekarang baik - baik saja, anda bisa melihatnya sendiri. Bahkan saya bisa membanting anda dalam keadaan ini.”
“Benarkah? Tapi, kondisi kulitmu benar - benar tidak bisa membuatku mengirimmu ke pesta teh para gadis bangsawan. Awalnya aku ingin kau agar menemani Hellen ke mana saja dia pergi.”
Clara mencebikkan bibirnya, “Apa anda tidak takut?”
“Takut apa?” Duke Wayne mengangkat sebelah alisnya.
“Anda tahu siapa saya, bukankah karena anda tahu makanya saya dibawa dari Freesia?”
Wajah Duke Wayne menggelap.
“Apa yang harus kulakukan padamu? Menajamkan kembali instingmu sebagai pembunuh gila atau membiarkannya menumpul begitu saja?”
"Lebih baik anda menjauhkan saya dari anak anda. Apa anda tak khawatir kalau anak anda terluka dan menjadi korban?”
“Mungkin mendepakmu kembali ke Freesia adalah pilihan paling benar.”
“Benar bukan berarti tepat. Ranunculus berada dalam bahaya kalau saya dikembalikan ke Freesia.”
Duke Wayne menyangga dagunya, “Sekarang kau pandai membalikkan kalimat seseorang. Siapa yang mengajarimu? Pelayanmu yang hina itu?”
Wajah Clara mengeras.
“Avrim bukanlah pelayan hina! Apa anda tidak mengerti definisi dari menghargai? Setidaknya, Avrim adalah satu - satunya orang yang masih punya hati di kediaman ini.”
“Jaga bicaramu, Clara Scoleths!’
“Apakah saya harus? Bahkan anda tidak menghargai saya layaknya manusia. Apa saya harus menghormati anda?” ucap Clara dengan nada mengejek.
“Seharusnya aku tak pernah menyelamatkanmu.”
“Memang, itu memang benar.”
“Eksistensimu disembunyikan dunia. Bagaimana kau bisa bertahan hidup di luar sana tanpa ada aku?”
“Mungkin anda sudah terlalu tua sehingga tidak semua akan diingat. Namun, saya akan berbaik hati menjelaskannya. Saya adalah gadis yang dikurung di menara Freesia sebagai senjata karena saya itu-”
“Sangat suka berperan sebagai malaikat maut.”
Duke Wayne berkata dengan nada mengejek di sana. Duke tua yang satu ini memang tahu, Clara memang berbahaya jika keberadaannya diketahui dunia. Apalagi kalau Freesia tahu.
Pada akhirnya, pembicaraan ini intinya adalah mereka yang saling mengejek satu sama lain. Tidak ada yang mau mengalah, mereka ingin mematikan argumen lawan. Namun, nyatanya itu memang sulit dilakukan.
“Tapi, saya ini lumayan pandai bersyukur...” ucap Clara lirih sambil memandangi ke jendela yang sengaja ditutup.
Duke Wayne yang mendengar itu menaikkan sebelah alisnya.
“Jika saya tetap di Freesia...”
Duke Wayne mulai tahu apa yang dipikirkan Clara.
“Kemungkinan terburuknya adalah kau pasti akan menjadi mesin pembunuh terhebat yang pernah raja serakah itu miliki.”
“Saya adalah yang pertama. Tapi masih ada kemungkinan jika Raja Freesia membuat yang lain.”
“Heh!” Duke Wayne mengejek Clara lagi dengan wajahnya yang mulai keriput. “Kau pikir mudah mendapatkan senjata sepertimu?"
“Bisakah anda tak berbelit - belit? Otak saya tidak selalu cepat tanggap.”
Duke Wayne menghela napasnya lelah.
“Karena saat itu kau tidak punya sesuatu yang disebut rumah, sulit bagimu untuk bertahan hidup di dunia kejam ini. Membunuh adalah satu - satunya cara yang kau lakukan untuk bertahan. Mereka takkan mendapatkanmu yang kedua semudah itu!”
Aku mengerti. Tapi, apa alasan Duke tua ini membawaku?
Seolah bisa membaca pikiran Clara, Duke Wayne kembali membuka mulutnya.
“Aku tak tertarik menjadikanmu mesin pembunuh seperti Raja gila itu. Tapi, aku juga bukan orang yang tidak memiliki otak licik. Kau di sini karena sebuah alasan.”
“Anda bukan bəjingan tua yang suka bermusim semi dengan gadis muda, bukan?” Tebak Clara.
Hal itu membuat Duke Wayne nyaris mendecak sebal kalau tidak ingat dengan statusnya.
“Walau aku suka melihat keindahan dan kecantikan dari seseorang, bukan berarti aku melampiaskan nafsuku padamu! Lagipula aku mempunyai istri yang cantik, apa kau lupa?”
“Lantas mengapa?”
“Diam dulu!”
“Ingat umur anda sendiri, Duke.”
“Aku tahu. Kau di sini karena Hendrick. Apakah kau tertarik menjadi seorang pelindung bayangan?”
TBC
Jangan lupa like dan komen ^-^
So, see you in the next chapter~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
imah umaraya
lebih baik dari menjadi pembunuh
2022-01-22
2