Chapter 5 - Rahasia Enam Tahun Lalu

Dua hari sudah berlalu dengan diliputi kebosanan dari Clara. Dia bahkan tidak sadar kalau hari ini sang heroine akan pulang. Yah, Clara tidak mau begitu terikat dengan orang - orang besar dalam cerita. Bagaimana jika ia berakhir sebagai antagonis?

Ia hanya dengan malas membaringkan tubuhnya di kasur. Pemikirannya bahkan sudah menjelajah ke mana-mana. Karena saat ini otak miliknya sedang korslet.

Dalam novel Flower’s Girl, karena kemunculan Clara Scoleths terbilang sangat jarang, seharusnya tidak perlu mendalami karakternya. Walaupun, ternyata Clara Scoleths adalah tokoh besar dalam cerita, bagaimanapun juga label antagonis sudah ada dalam dirinya.

Ini dilakukan agar dunia tidak diselimuti kegelapan.

Awalnya Clara juga tak begitu suka dengan kemunculan karakter Clara Scoleths. Karena kalau wanita lain disorot dalam novel bergenre reverse harem, maka dugaan para pembaca adalah bahwa ia seorang pelakor. Dan benar saja, Clara Scoleths menyukai Rovers.

Namun, karena cinta? Apa Clara begitu ingin mendapatkan cinta?

Clara bahkan membunuh Hellen dan ketiga male lead lainnya begitu mudah. Saat itu, Clara tak sadar akan perbuatan Hellen yang ingin memancing ikan buas dengan kail yang rapuh. Pada akhirnya, Hellen terbunuh di akhir ceritanya.

Ternyata extra bab itu berguna juga untukku!

Dalam episode tambahan itu, di sana terdapat flashback bagaimana kisah dari Duke Wayne yang menyelamatkan Clara keluar dari menara Freesia.

Tunggu sebentar!

Jika diingat kembali, Duke Wayne punya segudang konflik dengan Freesia. Hanya saja dalam novel tidak diberitahu masalah apa yang mereka miliki. Padahal, kalau ini tentang Clara, seharusnya Freesia tidak begitu dendam pada Duke Wayne.

Sejak awal, Duke Wayne tidak ingin disangkut pautkan dengan Clara. Akan tetapi, karena keadaan yang memaksa membuat pria tua itu perlu bertindak. Singkatnya, Duke Wayne ingin Clara melindungi Hendrick apa pun yang terjadi.

Mungkin, ini semua karena dia yang menyulut perkelahian dengan keluarga Kerajaan Freesia. Sementara itu, Clara adalah senjata yang bagus untuk melawan Freesia.

Lantas, bagaimana Clara Scoleths bisa menciptakan kepribadian dalamnya?

Jika saja Clara asli sudah memilikinya sebelum Freesia memanfaatkannya. Berarti ada hal lain yang memicu Clara melahirkan pribadi baru. Clara jadi heran sendiri, bukankah itu akan membuat dirinya dalam bahaya?

Clara Scoleths melahirkan kepribadian dalamnya karena merasa hidupnya terancam. Ada kemungkinan Clara melahirkan kepribadiannya ini secara tidak sengaja atau mungkin memang sengaja.

Mendadak Avrim datang dan membuyarkan lamunan Clara. Dia membawa nampan berisi semangkuk buah-buahan yang telah dipotong rapi serta air putih.

Setiap hari Clara memang hanya bisa memakan makanan dan minuman yang dingin atau bersuhu rendah. Ingatlah kalau gadis ini sensitif terhadap sinar matahari karena panas, bukannya apa - apa. Kalau Clara nekat memakan makanan atau minum minuman panas, bisa dipastikan jika seluruh organ pencernaan Clara habis terbakar.

Semenjak Clara bar - bar memasuki tubuh Clara Scoleths ini. Memang dirinya jarang berkeringat. Lagi pula, keringat itu fungsinya mendinginkan badan yang suhunya naik. Bagaimana bisa tubuh Clara yang selalu dingin ini dibasahi keringat?

Ini jugalah alasan mengapa kulit Clara sangatlah pucat. Kulitnya tak pernah berinteraksi dengan baik saat matahari muncul, kalau bertemu, pasti yang ada perkelahian sengit.

Seperti biasa, Avrim duduk di samping Clara sampai menunggu semua buah dalam mangkuk habis. Avrim memilih membuka pembicaraan lebih dulu.

“Apa Nona sudah tahu kalau Nona Hellen sudah datang ke kediaman pagi ini?”

“BRUH!” Clara nyaris menyemburkan semua buah yang telah masuk ke mulutnya. Karena dia tak ingin itu terjadi, akhirnya dia malah tersedak.

“Nona!”

Saus tartar! Mengapa aku melupakan hal penting ini? Heroine akan muncul di depan mata kepalaku sendiri. Aku ingin tahu bagaimana wajahnya! Tapi, bukankah aku hanya akan mengulang alur dalam novelnya?

“Nona...” Avrim bangkit dan mendekati Clara dengan wajah khawatir.

Clara dan Avrim bertukar pandangan heran saat terdengar suara pintu diketuk. Ini memang mengherankan, siapa yang mau mendatangi tempat menyeramkan ini kalau bukan dia yang berkuasa? Maksudnya adalah Duke Wayne itu.

Avrim melangkah menuju pintu dan lumayan terkejut melihat siapa yang datang. Avrim melirik takut - takut ke arah Clara.

"Aku datang ke sini ingin bertemu Clara Scoleths.”

“Tapi Nona, Nona saya baru saja tidur kembali setelah menghabiskan sarapan. Mungkin, anda perlu datang ke sini di lain hari.” Jawab Avrim dengan gugup.

“Baiklah, sepertinya aku menganggu waktu istirahatnya. Aku akan kembali lagi ke sini nanti.”

“Iya, Nona Hellen...”

Apa? Hellen datang ke sini? Untuk apa? Kukira di novel ada penjelasan tentang Duke Wayne yang melarang Hellen mendekatiku. Lagi pula, datang ke lantai ini terutama kamarku perlu izin langsung dari Duke Wayne sendiri. Apa itu berarti Duke Wayne telah mengizinkannya?

Clara menidurkan kembali tubuhnya ke kasur. Sebenarnya ini tidak terlalu bagus setelah makan. Tapi, demi mendukung alasan Avrim, dia perlu bersandiwara. Kalau Clara menemuinya, alur akan berjalan seperti di novel.

Namun, jika sekarang Clara menghindari Hellen. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

...****...

“APA?!”

Clara berteriak kencang di ruangan Duke Wayne. Kalau saja dia tidak menggunakan jubah, sudah pasti ekspresinya saat ini ditertawakan oleh pak tua ini.

Bukan tanpa alasan Clara berteriak. Baru saja dia berharap tidak diajak ke istana. Tapi, pak tua ini malah menyuruhnya berangkat ke Istana Kerajaan untuk merayakan ulang tahun Raja Ranunculus bersama Hendrick.

Sontak saja Clara melampiaskan kekesalannya dengan berteriak.

Clara diperintahkan ikut dengan tujuan mengawasi dan menjaga Hendrick. Walaupun ini terasa sedikit aneh, karena yang seharusnya dilindungi itu wanita, bukannya pria.

“Tapi, Duke! Saya tidak bisa keluar begitu saja!”

“Apa yang kau bicarakan? Lagi pula pestanya diadakan di malam hari, kau bisa bebas keluar tanpa perlu mengkhawatirkan panas atau sejenisnya. Kau tak bisa membuat alasan, malam hari itu dingin.”

“Apa pria perlu dilindungi oleh wanita?” tanya Clara retoris.

“Kau ingin kutendang? Kalau begitu, apa gunanya kemampuan membunuhmu?”

“Memangnya manusia berlidah racun itu mau bersama saya?”

“Mengapa kau tak ikut saja? Apa ruginya buatmu?”

Ruginya adalah aku akan bertemu si Rovers itu! Aku khawatir tentangnya, bukan tentang anakmu!

Clara mencengkeram kuat jubahnya. Yang dikatakan Duke Wayne memang benar. Dia tidak bisa membuat alasan untuk tidak pergi.

“Saya tak mau dekat - dekat dengan putri anda!” Teriak Clara.

Hal itu membuat Duke Wayne menatapnya aneh. Dia tahu alasan itu hanya agar dia tak ikut. Gadis ini sebenarnya berbahaya jika dibiarkan keluar. Namun, satu hal penting yang Duke Wayne ketahui.

Gadis ini akan tenggelam dalam kegelapan diri sendiri kalau terlalu lama dibiarkan tanpa teman. Lagi pula, Clara adalah jenis senjata yang tidak akan pernah tumpul kemampuannya walau lupa jati diri. Karena kepribadian kedua milik gadis ini takkan pernah melupakannya.

“Kalau begitu akan kukatakan pada Hendrick jika kau akan naik kereta kuda dengannya, sedangkan Hellen bersama denganku.”

Ini bukan yang kuharapkan!

Meski begitu, Clara tak bisa pasrah begitu saja. “Apa anda tidak khawatir anak anda mati karena dekat dengan saya?”

“Itu takkan terjadi. Kau yang sekarang bukan kau saat membantai seluruh pasukan Freesia hari itu.” Ucap Duke Wayne lirih.

Huh? Membantai Freesia? Aku? Kupikir itu Duke Wayne.

“Nampaknya saat kepribadian dalammu menguasai kesadaranmu, kau tidak ingat apa pun.” Ejek Duke Wayne, Clara nyaris menendang meja di depannya karena kesal.

Clara mendengus, “Sudahlah. Itu hanya cerita lama. Saya beruntung bisa tinggal di sini karena anda.”

Pandangan Clara yang sejak tadi terpaku pada Duke Wayne, kini memilih menatap jendela yang terbang gordennya terbawa angin.

“Saya tak suka melihat masa lalu. Saya lebih suka menanti apa yang akan terjadi di masa depan.”

Duke Wayne tersenyum sinis, “Kau pasti akan menarik kata - katamu sebelumnya jika aku menceritakan tragedi besar yang terjadi hari itu.”

TBC

Jangan lupa like dan komen ^-^

So, see you in the next chapter~

Terpopuler

Comments

juendidi

juendidi

novel ni aku suka banget. salam dr m'sia. ku beri poin dn koin.

2023-02-15

0

Zulvianti

Zulvianti

saya juga, kalo sore mood kadang gak bagus sampe marah marah, giliran masih siang udh kek monyet lepas

2022-03-12

1

Zulvianti

Zulvianti

punya kepribadian ganda ya

2022-03-12

2

lihat semua
Episodes
1 Promosi Karya
2 PROLOG
3 Chapter 1 - Dunia Novel?
4 Chapter 2 - Bukan Sekedar Mimpi
5 Chapter 3 - Hendrick Wayne
6 Chapter 4 - Berita
7 Chapter 5 - Rahasia Enam Tahun Lalu
8 Chapter 6 - Rovers Artlenzt
9 Chapter 7 - Kacau
10 Chapter 8 - Petunjuk Mawar
11 Chapter 9 - Herbras I
12 Chapter 10 - Herbras II
13 Chapter 11 - Pengadilan Tinggi
14 Chapter 12 - Festival Musim Gugur
15 Chapter 13 - Mengikuti Alur Novel
16 Chapter 14 - Cerita Lama
17 Chapter 15 - Permintaan Duke Wayne
18 Chapter 16 - Pedang Melawan Pedang
19 Chapter 17 - Memori Hortensia I
20 Chapter 18 - Memori Hortensia II
21 Chapter 19 - Memori Hortensia III
22 Chapter 20 - Ceritanya T'lah Selesai
23 Chapter 21 - Makna Setangkai Mawar
24 Chapter 22 - Sebuah Rasa
25 Chapter 23 - Langkah Awal
26 Chapter 24 - Bentrok
27 Chapter 25 - Terus Berlanjut
28 Chapter 26. Kedatangan Rovers
29 Chapter 27 - Hari Hujan
30 Chapter 28 - Tak Seburuk Dahulu
31 Chapter 29 - Rentetan Masalah
32 Chapter 30 - Rumor yang Datang
33 Chapter 31 - Memulai Topik
34 Chapter 32 - Tentang Avrim
35 Chapter 33 - "Apa Kau Akan Kembali?"
36 Chapter 34 - Menuju Tanah Barat
37 Chapter 35 - Situasi Genting
38 Chapter 36 - Pangeran Mahkota
39 Chapter 37 - Terima Kasih
40 Chapter 38 - Raģe Cheltics I
41 Chapter 39 - Raģe Cheltics II
42 Chapter 40 - Wilayah Barat
43 Chapter 41 - Menyesuaikan Diri
44 Chapter 42 - Tiga Kondisi
45 Chapter 43 - Misteri yang Bermunculan
46 Chapter 44 - Jangan Lupakan Aku
47 Chapter 45 - Jatuh Cinta?
48 Chapter 46 - Hal yang Tak Bisa Direkayasa
49 Chapter 47 - Penyihir Pria di Masa Lampau
50 Chapter 48 - Menonton Teater
51 Chapter 49 - Sandiwara Dunia
52 Chapter 50 - Ruangan Dalam Ruangan
53 Chapter 51 - Menjadi Semakin Buram
54 Chapter 52 - Kuil Istana
55 Chapter 53 - Mengungkap Kebenaran
56 Chapter 54 - Arti 'Maaf' Di Hari Itu
57 Chapter 55 - Grein de'Lavoisiér
58 PLEASE BACA DULU...
59 Chapter 56 - Melepas Rindu
60 Chapter 57 - Mekarnya Anggrek & Layunya Mawar Biru
61 Chapter 58 - Duel
62 Chapter 59 - Surat Balasan ~Hari yang Begitu Tenang~
63 Chapter 60 - Senjata Kedua
64 Chapter 61 - Pergi Ke Wilayah Utara
65 Chapter 62 - Rasa Gelisah
66 Chapter 63 - Hari Besar
67 Chapter 64 - "Aku Akan Tetap Menerimamu Apa Adanya"
68 Chapter 65 - Wilayah Utara
69 Chapter 66 - Mengulang Sejarah
70 Chapter 67 - Kebetulan Yang Manis
71 Chapter 68 - Senjata Freesia I
72 Chapter 69 - Senjata Freesia II
73 Chapter 70 - Senjata Freesia III
74 Chapter 71 - Senjata Freesia IV
75 Chapter 72 - Senjata Freesia V
76 Chapter 73 - Momen Sebelum Kepergian
77 Chapter 74 - Rencana Penculikan
78 Chapter 75 - Pelarian Penuh Darah
79 Chapter 76 - Rahasia Setiap Senjata
80 Chapter 77 - Wilayah Selatan
81 Chapter 78 - Pertanyaan Untuk Clara
82 Chapter 79 - Pertemuan Pertama
83 Chapter 80 - Badai Malam
84 Chapter 81. Sebuah Pengakuan
85 Chapter 82 - Tentang Mawar Biru
86 Chapter 83 - Hellebore Sebagai Kenangan
87 Chapter 84 - Tamu Dari Wilayah Selatan
88 Chapter 85 - Reuni Manis
89 Chapter 86 - Identitas Mereka
90 Chapter 87 - Valentina Harold
91 Chapter 88 - Benang Merah Dalam Cerita
92 Visual Character & Penjelasan Singkat
93 Chapter 89 - Jawaban Atas Keraguan
94 Chapter 90 - Cinta Itu Punya Rasa
95 Chapter 91 - Warna Dari Cinta
96 Chapter 92 - Permata Amethyst
97 Chapter 93 - Gagal Menyatakan
98 Chapter 94 - Hitam Artinya...
99 Chapter 95 - Sebelum Badai Menerjang
100 Chapter 96 - Tak Ada Lagi Hari Tenang
101 Chapter 97 - Kode Untuk Berperang
102 Chapter 98 - Pihak Netral
103 Chapter 99 - Mengembalikan Hadiah
104 Chapter 100 - Diskusi Kematian
105 Chapter 101 - Tugas Seorang Senjata
106 Chapter 102 - Duo
107 Chapter 103 - Dendam yang Terpendam
108 Chapter 104 - Kedamaian Abadi Bagi Muridku
109 Chapter 105 - Murid dan Guru
110 Chapter 106 - Zavius dan Utusan Dari Freesia
111 Chapter 107 - Hari Eksekusi
112 Chapter 108 - Menculik Seorang Pengantin
113 Chapter 109 - Awal Dari Dendam Raja Willem
114 Chapter 110 - Payung Hitam di Bawah Rintik Hujan
115 Chapter 111 - Masa Depan Nan Kelabu
116 Chapter 112 - Bala Bantuan
117 Chapter 113 - Kisah Kasih Tak Sampai
118 Chapter 114 - Simbol Kematian
119 Chapter 115 - Getaran Herbras
120 Chapter 116 - Perang Dalam Kabut
121 Chapter 117 - Adik & Kakak
122 Chapter 118 - Tak Terkendali
123 Chapter 119 - Luapan Sihir Hitam
124 Chapter 120 - Salam Perpisahan
125 Chapter 121 - Kenangan Dari Kehidupan Sebelumnya
126 Chapter 122 - Maafkan Aku T'lah Ingkar
127 Chapter 123 - Sang Antagonis
128 Chapter 124 - Sejarah Singkat Lavoisiér
129 Chapter 125 - Puncak Kemarahan
130 Chapter 126 - Namamu Ialah Bentuk Dari Janji
131 Chapter 127 - Reinkarnasi Adalah Rantai Pengekang
132 Chapter 128 - Menjadi Paling Kuasa Bukanlah Berkah Melainkan Kutukan
133 Chapter 129 - Tersemat Dua Pilihan
134 Chapter 130 - Kehancuran Herbras
135 Chapter 131 - Seberkas Cahaya Dalam Keputusasaan
136 Chapter 132 - Hidup Adalah Tentang Apa Yang Kau Pilih
137 Chapter 133 - Teori Akhir Dunia
138 Chapter 134 - Hari Bahagia
139 Chapter 135 - Karena Dia Berharga
140 Extra Part 1 - Yang Mencintai Takkan Melupakan
141 Extra Part 2 - Akhir yang Lebih Baik
142 Pengumuman & Promosi Novel Baru (MNEMONICS Ver~)
143 Spesial QnA
144 Special Chapter - Mirye: "Come Back To Me"
145 Pengumuman Novel Baru!
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Promosi Karya
2
PROLOG
3
Chapter 1 - Dunia Novel?
4
Chapter 2 - Bukan Sekedar Mimpi
5
Chapter 3 - Hendrick Wayne
6
Chapter 4 - Berita
7
Chapter 5 - Rahasia Enam Tahun Lalu
8
Chapter 6 - Rovers Artlenzt
9
Chapter 7 - Kacau
10
Chapter 8 - Petunjuk Mawar
11
Chapter 9 - Herbras I
12
Chapter 10 - Herbras II
13
Chapter 11 - Pengadilan Tinggi
14
Chapter 12 - Festival Musim Gugur
15
Chapter 13 - Mengikuti Alur Novel
16
Chapter 14 - Cerita Lama
17
Chapter 15 - Permintaan Duke Wayne
18
Chapter 16 - Pedang Melawan Pedang
19
Chapter 17 - Memori Hortensia I
20
Chapter 18 - Memori Hortensia II
21
Chapter 19 - Memori Hortensia III
22
Chapter 20 - Ceritanya T'lah Selesai
23
Chapter 21 - Makna Setangkai Mawar
24
Chapter 22 - Sebuah Rasa
25
Chapter 23 - Langkah Awal
26
Chapter 24 - Bentrok
27
Chapter 25 - Terus Berlanjut
28
Chapter 26. Kedatangan Rovers
29
Chapter 27 - Hari Hujan
30
Chapter 28 - Tak Seburuk Dahulu
31
Chapter 29 - Rentetan Masalah
32
Chapter 30 - Rumor yang Datang
33
Chapter 31 - Memulai Topik
34
Chapter 32 - Tentang Avrim
35
Chapter 33 - "Apa Kau Akan Kembali?"
36
Chapter 34 - Menuju Tanah Barat
37
Chapter 35 - Situasi Genting
38
Chapter 36 - Pangeran Mahkota
39
Chapter 37 - Terima Kasih
40
Chapter 38 - Raģe Cheltics I
41
Chapter 39 - Raģe Cheltics II
42
Chapter 40 - Wilayah Barat
43
Chapter 41 - Menyesuaikan Diri
44
Chapter 42 - Tiga Kondisi
45
Chapter 43 - Misteri yang Bermunculan
46
Chapter 44 - Jangan Lupakan Aku
47
Chapter 45 - Jatuh Cinta?
48
Chapter 46 - Hal yang Tak Bisa Direkayasa
49
Chapter 47 - Penyihir Pria di Masa Lampau
50
Chapter 48 - Menonton Teater
51
Chapter 49 - Sandiwara Dunia
52
Chapter 50 - Ruangan Dalam Ruangan
53
Chapter 51 - Menjadi Semakin Buram
54
Chapter 52 - Kuil Istana
55
Chapter 53 - Mengungkap Kebenaran
56
Chapter 54 - Arti 'Maaf' Di Hari Itu
57
Chapter 55 - Grein de'Lavoisiér
58
PLEASE BACA DULU...
59
Chapter 56 - Melepas Rindu
60
Chapter 57 - Mekarnya Anggrek & Layunya Mawar Biru
61
Chapter 58 - Duel
62
Chapter 59 - Surat Balasan ~Hari yang Begitu Tenang~
63
Chapter 60 - Senjata Kedua
64
Chapter 61 - Pergi Ke Wilayah Utara
65
Chapter 62 - Rasa Gelisah
66
Chapter 63 - Hari Besar
67
Chapter 64 - "Aku Akan Tetap Menerimamu Apa Adanya"
68
Chapter 65 - Wilayah Utara
69
Chapter 66 - Mengulang Sejarah
70
Chapter 67 - Kebetulan Yang Manis
71
Chapter 68 - Senjata Freesia I
72
Chapter 69 - Senjata Freesia II
73
Chapter 70 - Senjata Freesia III
74
Chapter 71 - Senjata Freesia IV
75
Chapter 72 - Senjata Freesia V
76
Chapter 73 - Momen Sebelum Kepergian
77
Chapter 74 - Rencana Penculikan
78
Chapter 75 - Pelarian Penuh Darah
79
Chapter 76 - Rahasia Setiap Senjata
80
Chapter 77 - Wilayah Selatan
81
Chapter 78 - Pertanyaan Untuk Clara
82
Chapter 79 - Pertemuan Pertama
83
Chapter 80 - Badai Malam
84
Chapter 81. Sebuah Pengakuan
85
Chapter 82 - Tentang Mawar Biru
86
Chapter 83 - Hellebore Sebagai Kenangan
87
Chapter 84 - Tamu Dari Wilayah Selatan
88
Chapter 85 - Reuni Manis
89
Chapter 86 - Identitas Mereka
90
Chapter 87 - Valentina Harold
91
Chapter 88 - Benang Merah Dalam Cerita
92
Visual Character & Penjelasan Singkat
93
Chapter 89 - Jawaban Atas Keraguan
94
Chapter 90 - Cinta Itu Punya Rasa
95
Chapter 91 - Warna Dari Cinta
96
Chapter 92 - Permata Amethyst
97
Chapter 93 - Gagal Menyatakan
98
Chapter 94 - Hitam Artinya...
99
Chapter 95 - Sebelum Badai Menerjang
100
Chapter 96 - Tak Ada Lagi Hari Tenang
101
Chapter 97 - Kode Untuk Berperang
102
Chapter 98 - Pihak Netral
103
Chapter 99 - Mengembalikan Hadiah
104
Chapter 100 - Diskusi Kematian
105
Chapter 101 - Tugas Seorang Senjata
106
Chapter 102 - Duo
107
Chapter 103 - Dendam yang Terpendam
108
Chapter 104 - Kedamaian Abadi Bagi Muridku
109
Chapter 105 - Murid dan Guru
110
Chapter 106 - Zavius dan Utusan Dari Freesia
111
Chapter 107 - Hari Eksekusi
112
Chapter 108 - Menculik Seorang Pengantin
113
Chapter 109 - Awal Dari Dendam Raja Willem
114
Chapter 110 - Payung Hitam di Bawah Rintik Hujan
115
Chapter 111 - Masa Depan Nan Kelabu
116
Chapter 112 - Bala Bantuan
117
Chapter 113 - Kisah Kasih Tak Sampai
118
Chapter 114 - Simbol Kematian
119
Chapter 115 - Getaran Herbras
120
Chapter 116 - Perang Dalam Kabut
121
Chapter 117 - Adik & Kakak
122
Chapter 118 - Tak Terkendali
123
Chapter 119 - Luapan Sihir Hitam
124
Chapter 120 - Salam Perpisahan
125
Chapter 121 - Kenangan Dari Kehidupan Sebelumnya
126
Chapter 122 - Maafkan Aku T'lah Ingkar
127
Chapter 123 - Sang Antagonis
128
Chapter 124 - Sejarah Singkat Lavoisiér
129
Chapter 125 - Puncak Kemarahan
130
Chapter 126 - Namamu Ialah Bentuk Dari Janji
131
Chapter 127 - Reinkarnasi Adalah Rantai Pengekang
132
Chapter 128 - Menjadi Paling Kuasa Bukanlah Berkah Melainkan Kutukan
133
Chapter 129 - Tersemat Dua Pilihan
134
Chapter 130 - Kehancuran Herbras
135
Chapter 131 - Seberkas Cahaya Dalam Keputusasaan
136
Chapter 132 - Hidup Adalah Tentang Apa Yang Kau Pilih
137
Chapter 133 - Teori Akhir Dunia
138
Chapter 134 - Hari Bahagia
139
Chapter 135 - Karena Dia Berharga
140
Extra Part 1 - Yang Mencintai Takkan Melupakan
141
Extra Part 2 - Akhir yang Lebih Baik
142
Pengumuman & Promosi Novel Baru (MNEMONICS Ver~)
143
Spesial QnA
144
Special Chapter - Mirye: "Come Back To Me"
145
Pengumuman Novel Baru!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!