Chapter 2 - Bukan Sekedar Mimpi

Clara harus menerima kenyataan bahwa sekarang dirinya benar - benar memasuki tubuh Clara Scoleths. Sang antagonis dalam novel favoritnya, Flower’s Girl.

Sekarang ia juga tahu, alasan mengapa Clara begitu membenci dunia yang busuk ini dan menghancurkannya pada ending novel.

Sebab, hanya ada sosok Avrim di sisi Clara, namun Duke Wayne dengan mudahnya membunuh Avrim. Kemarahan Clara dimulai dari kematian Avrim.

Aku takkan melakukan hal bodoh yang sama seperti Clara. Aku akan melindungi Avrim! Yang perlu kulakukan hanyalah menjauhi Hellen. Si akar masalah Clara yang sebenarnya, dialah yang membuat Avrim terbunuh.

Clara ingat bagaimana semua itu bermula. Dimulai dari Avrim yang tidak sengaja merusak gaun yang akan Hellen pakai untuk acara ulang tahun raja, Hellen mungkin menggunakannya untuk menarik hati Rovers. Dan hanya karena masalah sepele ini, Avrim yang malang harus kehilangan nyawanya.

Dia yang satu - satunya memperlakukan Clara dengan layak.

Sementara di kamar, Clara selalu menunggu kedatangan Avrim. Tidak disangka wanita tua itu takkan bisa mengunjungi dan melayaninya lagi. Saat itu, Clara mengira jika Avrim tidak mau dekat dengannya lagi. Lagipula, Clara yang begitu disembunyikan untuk apa begitu diperhatikan?

Kali ini, aku tak akan membiarkan Avrim terbunuh!

“Nona, apa Nona sakit? Makannya lambat sekali.”

“Tak apa, aku hanya sedang memikirkan sesuatu.”

“Begitu.”

Avrim yang selama seminggu ini telah merawat Clara versi baru, dia lebih senang karena Clara yang sekarang mau makan. Padahal, dulu minum bahkan hanya segelas dalam sehari. Sekarang mungkin sudah waktunya menumbuhkan Nonanya yang nampak kurus dan pucat itu.

“Avrim.”

“Ada apa Nona?”

“Mengapa jendelanya tidak boleh dibuka?”

“Itu karena kulit Nona sangat sensitif terhadap sinar matahari. Setiap kulit Nona terpapar panas matahari, pasti Nona akan terkena semacam luka bakar nantinya.”

Uwah, tidak kusangka menjadi Clara sangatlah sulit. Terkena matahari saja seperti terkena api, apa - apaan kulit mulusku ini. Dalam novel tidak pernah diceritakan.

Clara mulai berpikiran kalau alasan Clara Scoleths membuat dunia menjadi gelap seutuhnya adalah karena hal ini. Mungkin dia bosan berada di dalam ruangan. Nah, itu hanya spekulasi dari Clara saja, belum tentu benar.

Tapi, bukankah agak berlebihan membunuh banyak sekali orang hanya karena ingin keluar-heh?

Clara refleks memegang pergelangan tangan Avrim. Wajahnya yang pucat kini terlihat lebih pucat lagi.

“Nona?”

Memang tidak begitu rinci, namun Duke Wayne pernah memberitahukan sesuatu kepada Hellen. Clara dulunya sebelum diambil oleh bangsawan Wayne adalah mesin pembunuh dari Kerajaan Freesia. Itu artinya, tangan Clara saat ini sudah menghilangkan begitu banyak nyawa orang.

Ha.. ha.. sama sekali tidak lucu.

“Nona baik - baik saja ‘kan?” Tanya Avrim.

Wajah pelayan tua itu sangat cemas karena Clara hanya diam saja. Memang ini adalah hal yang biasa, tapi itu dulu. Sekarang Clara sudah lebih ceria walau masih tetap sekedar duduk diam di kamar gelapnya itu.

“Tidak apa - apa kok, Avrim. Aku mungkin akan melukis hari ini. Apakah Avrim bisa menyiapkan peralatannya untukku?”

Avrim menghela napas lega, Clara memang baik - baik saja.

“Baik Nona, segera."

Avrim berjalan ke luar kamar tanpa cahaya milik Clara Scoleths.

Walaupun dirinya tidak sensitif terhadap cahaya matahari, tapi Clara Scoleths alias tubuh yang ditempatinya sangatlah lemah. Jadi, dia sebisa mungkin tak akan nekat untuk ke luar.

Aku yakin Clara memang sensitif. Bahkan aku yang hanya membuka sedikit gorden saja tak bisa melanjutkannya karena kulitku terasa terbakar.

Heh! Ternyata iblis novel ternyata lemah terhadap cahaya. Hanya sekedar menatap saja mataku tak kuasa. Sungguh, berapa lama gadis ini tidak keluar dari kamarnya? Apa ini akan terjadi selamanya?

Karena kondisi tubuh Clara asli yang tidak bisa diajak kompromi. Clara akhir - akhir ini hanya bisa melukis, membaca buku, ataupun menulis hal tak perlu untuk mengurangi rasa gabut yang menimpanya. Walau dia hanya bisa menggunakan lilin sebagai cahaya alternatif untuknya. Untung penglihatan Clara sangatlah bagus, dia pasti sudah begitu terbiasa menghadapi gelap.

Terdengar hebat, tapi memilukan.

Selain Avrim, tidak ada lagi yang lagi yang datang ke kamar Clara selama seminggu terakhir, semenjak dia dinyatakan pindah dimensi ke dunia novel ini. Mungkin memang tak ada yang mau mengunjunginya karena latar belakangnya yang memang seorang mesin pembunuh liar tak terkendali.

Clara memegang dadanya terasa bergejolak.

Akhir - akhir ini aku juga merasa aneh, apa ini Clara yang asli? Atau sisi gelap dalam diri Clara asli ingin memakanku? Sebenarnya aku cukup takut dengan raga yang kumasuki ini. Jangan - jangan dalam novelnya, Clara membiarkan sisi gelapnya mendominasi setelah kematian Avrim.

“Semoga Hellen dan yang lainnya tak pernah kemari atau kegelapan ini pasti akan menguasaiku, cepat atau lambat.” Gumam Clara.

“Nona, ini peralatan melukis yang anda minta."

“Aku akan melukis sekarang!”

Avrim tak pernah dibuat berhenti tersenyum oleh Clara. Tingkah Clara yang seperti ini sama sekali tak menyerupai mesin pembunuh. Avrim ingin sekali membawa Nonanya keluar dari mansion keluarga Wayne.

Mau bagaimana lagi, dia hanyalah seorang pelayan.

Avrim mengamati Clara lamat - lamat. Gadis muda itu sering menggerakkan kakinya kalau kakinya tergantung. Avrim penasaran, ke mana Nona pendiam itu pergi?

Justru sekarang Clara malah pecicilan. Tak mau diam, rusuh dan blak - blakan. Avrim merasa bukan sedang melayani gadis muda melainkan mengasuh anak kecil.

“Nona, saya izin kembali ke kamar dulu.”

“Baiklah. Tidak perlu begitu formal, aku yang seharusnya menghormati orang tua seperti Avrim.”

“Tidak apa - apa, Nona. Ini sudah menjadi kewajiban saya.”

Avrim keluar sembari membawa nampan makan siang Clara. Dia menuju dapur terlebih dahulu, lalu kembali ke kamarnya seperti yang ia katakan pada Clara. Avrim mengeluarkan pena dan kertas, lalu menulis surat untuk seseorang.

...-•○•-...

Yang Mulia, selama seminggu terakhir hamba mengawasi Nona Scoleths, ada keanehan yang terjadi. Nona menjadi seseorang yang sangat berbeda dari dirinya yang dulu. Namun, hamba menyadari jika kegelapan dalam hati Nona sama sekali tak berubah. Apakah hamba perlu bertindak?

^^^Avrim.^^^

...-•○•-...

Lalu Avrim melipat kertas itu dan memanggil seekor merpati ke jendela kamarnya. Dia mengikat surat pada kaki merpati dan kembali menerbangkannya ke langit bebas.

Semoga saja ini tidak menjadi lebih rumit. Nampak sekali jika kepribadian dalamnya mulai melahap kesadarannya. Dia benar - benar ingin memiliki tubuh Clara Scoleths sepenuhnya.

"Apakah semuanya akan baik - baik saja?”

...****...

Clara sibuk melukis pemandangan yang pernah ia lihat sewaktu belum memasuki tubuh Clara asli ini. Dia lumayan hebat dalam melukis, jadi Clara lebih sering melukis dibanding melakukan yang lainnya.

Clara bukanlah gadis yang melankolis ataupun puitis.

Dia memang memahami kata - kata puitis orang lain. Tapi, Clara tidak akan bisa membuatnya sendiri karena dia tak pandai menyembunyikan sesuatu hanya dengan menggunakan kata - kata.

“Hm.. hm..”

Clara bersenandung, akhir - akhir ini ia sadar kalau Clara asli punya suara yang bagus dan pandai menyanyi. Clara menyanyi hingga terdengar suara pintu yang diketuk.

“Hm? Siapa? Avrim...?” tanya Clara dari dalam ruangan.

Yang berada di luar kamar itu hanya berdecak sebal. Dia mungkin akan melubangi kepala cantik milik Clara nantinya.

“Ini aku, Hendrick.” Ucap pria itu dengan nada datar.

Hendrick? Aku tak ingat jika ada nama itu di novel- ah! Dia ‘kan kakak laki-laki sang heroine!

Awalnya Clara mengira kalau kakak laki - laki dari heroine juga akan sama seperti dirinya, yaitu suka bersandiwara. Namun, mendengar dari caranya berbicara barusan, dia takkan menutup - nutupi ketidaksukaannya terhadap Clara.

Sepertinya kehidupanku yang damai akan berakhir di sini.

TBC

Jangan lupa like dan komen ^-^

So, see you in the next chapter~

Terpopuler

Comments

Zulvianti

Zulvianti

dia itu punya keunikan albinesme jadi sensitif sama cahaya rambut serta kulitnya putih pucat, biasanya orang yg mengalami albinesme matanya merah

2022-03-12

1

imah umaraya

imah umaraya

semuanya ada sebab ada akibat... kasian juga si Clara.. anak sekecil itu harus menjadi mesin pembunuh..🤧

2022-01-22

1

lihat semua
Episodes
1 Promosi Karya
2 PROLOG
3 Chapter 1 - Dunia Novel?
4 Chapter 2 - Bukan Sekedar Mimpi
5 Chapter 3 - Hendrick Wayne
6 Chapter 4 - Berita
7 Chapter 5 - Rahasia Enam Tahun Lalu
8 Chapter 6 - Rovers Artlenzt
9 Chapter 7 - Kacau
10 Chapter 8 - Petunjuk Mawar
11 Chapter 9 - Herbras I
12 Chapter 10 - Herbras II
13 Chapter 11 - Pengadilan Tinggi
14 Chapter 12 - Festival Musim Gugur
15 Chapter 13 - Mengikuti Alur Novel
16 Chapter 14 - Cerita Lama
17 Chapter 15 - Permintaan Duke Wayne
18 Chapter 16 - Pedang Melawan Pedang
19 Chapter 17 - Memori Hortensia I
20 Chapter 18 - Memori Hortensia II
21 Chapter 19 - Memori Hortensia III
22 Chapter 20 - Ceritanya T'lah Selesai
23 Chapter 21 - Makna Setangkai Mawar
24 Chapter 22 - Sebuah Rasa
25 Chapter 23 - Langkah Awal
26 Chapter 24 - Bentrok
27 Chapter 25 - Terus Berlanjut
28 Chapter 26. Kedatangan Rovers
29 Chapter 27 - Hari Hujan
30 Chapter 28 - Tak Seburuk Dahulu
31 Chapter 29 - Rentetan Masalah
32 Chapter 30 - Rumor yang Datang
33 Chapter 31 - Memulai Topik
34 Chapter 32 - Tentang Avrim
35 Chapter 33 - "Apa Kau Akan Kembali?"
36 Chapter 34 - Menuju Tanah Barat
37 Chapter 35 - Situasi Genting
38 Chapter 36 - Pangeran Mahkota
39 Chapter 37 - Terima Kasih
40 Chapter 38 - Raģe Cheltics I
41 Chapter 39 - Raģe Cheltics II
42 Chapter 40 - Wilayah Barat
43 Chapter 41 - Menyesuaikan Diri
44 Chapter 42 - Tiga Kondisi
45 Chapter 43 - Misteri yang Bermunculan
46 Chapter 44 - Jangan Lupakan Aku
47 Chapter 45 - Jatuh Cinta?
48 Chapter 46 - Hal yang Tak Bisa Direkayasa
49 Chapter 47 - Penyihir Pria di Masa Lampau
50 Chapter 48 - Menonton Teater
51 Chapter 49 - Sandiwara Dunia
52 Chapter 50 - Ruangan Dalam Ruangan
53 Chapter 51 - Menjadi Semakin Buram
54 Chapter 52 - Kuil Istana
55 Chapter 53 - Mengungkap Kebenaran
56 Chapter 54 - Arti 'Maaf' Di Hari Itu
57 Chapter 55 - Grein de'Lavoisiér
58 PLEASE BACA DULU...
59 Chapter 56 - Melepas Rindu
60 Chapter 57 - Mekarnya Anggrek & Layunya Mawar Biru
61 Chapter 58 - Duel
62 Chapter 59 - Surat Balasan ~Hari yang Begitu Tenang~
63 Chapter 60 - Senjata Kedua
64 Chapter 61 - Pergi Ke Wilayah Utara
65 Chapter 62 - Rasa Gelisah
66 Chapter 63 - Hari Besar
67 Chapter 64 - "Aku Akan Tetap Menerimamu Apa Adanya"
68 Chapter 65 - Wilayah Utara
69 Chapter 66 - Mengulang Sejarah
70 Chapter 67 - Kebetulan Yang Manis
71 Chapter 68 - Senjata Freesia I
72 Chapter 69 - Senjata Freesia II
73 Chapter 70 - Senjata Freesia III
74 Chapter 71 - Senjata Freesia IV
75 Chapter 72 - Senjata Freesia V
76 Chapter 73 - Momen Sebelum Kepergian
77 Chapter 74 - Rencana Penculikan
78 Chapter 75 - Pelarian Penuh Darah
79 Chapter 76 - Rahasia Setiap Senjata
80 Chapter 77 - Wilayah Selatan
81 Chapter 78 - Pertanyaan Untuk Clara
82 Chapter 79 - Pertemuan Pertama
83 Chapter 80 - Badai Malam
84 Chapter 81. Sebuah Pengakuan
85 Chapter 82 - Tentang Mawar Biru
86 Chapter 83 - Hellebore Sebagai Kenangan
87 Chapter 84 - Tamu Dari Wilayah Selatan
88 Chapter 85 - Reuni Manis
89 Chapter 86 - Identitas Mereka
90 Chapter 87 - Valentina Harold
91 Chapter 88 - Benang Merah Dalam Cerita
92 Visual Character & Penjelasan Singkat
93 Chapter 89 - Jawaban Atas Keraguan
94 Chapter 90 - Cinta Itu Punya Rasa
95 Chapter 91 - Warna Dari Cinta
96 Chapter 92 - Permata Amethyst
97 Chapter 93 - Gagal Menyatakan
98 Chapter 94 - Hitam Artinya...
99 Chapter 95 - Sebelum Badai Menerjang
100 Chapter 96 - Tak Ada Lagi Hari Tenang
101 Chapter 97 - Kode Untuk Berperang
102 Chapter 98 - Pihak Netral
103 Chapter 99 - Mengembalikan Hadiah
104 Chapter 100 - Diskusi Kematian
105 Chapter 101 - Tugas Seorang Senjata
106 Chapter 102 - Duo
107 Chapter 103 - Dendam yang Terpendam
108 Chapter 104 - Kedamaian Abadi Bagi Muridku
109 Chapter 105 - Murid dan Guru
110 Chapter 106 - Zavius dan Utusan Dari Freesia
111 Chapter 107 - Hari Eksekusi
112 Chapter 108 - Menculik Seorang Pengantin
113 Chapter 109 - Awal Dari Dendam Raja Willem
114 Chapter 110 - Payung Hitam di Bawah Rintik Hujan
115 Chapter 111 - Masa Depan Nan Kelabu
116 Chapter 112 - Bala Bantuan
117 Chapter 113 - Kisah Kasih Tak Sampai
118 Chapter 114 - Simbol Kematian
119 Chapter 115 - Getaran Herbras
120 Chapter 116 - Perang Dalam Kabut
121 Chapter 117 - Adik & Kakak
122 Chapter 118 - Tak Terkendali
123 Chapter 119 - Luapan Sihir Hitam
124 Chapter 120 - Salam Perpisahan
125 Chapter 121 - Kenangan Dari Kehidupan Sebelumnya
126 Chapter 122 - Maafkan Aku T'lah Ingkar
127 Chapter 123 - Sang Antagonis
128 Chapter 124 - Sejarah Singkat Lavoisiér
129 Chapter 125 - Puncak Kemarahan
130 Chapter 126 - Namamu Ialah Bentuk Dari Janji
131 Chapter 127 - Reinkarnasi Adalah Rantai Pengekang
132 Chapter 128 - Menjadi Paling Kuasa Bukanlah Berkah Melainkan Kutukan
133 Chapter 129 - Tersemat Dua Pilihan
134 Chapter 130 - Kehancuran Herbras
135 Chapter 131 - Seberkas Cahaya Dalam Keputusasaan
136 Chapter 132 - Hidup Adalah Tentang Apa Yang Kau Pilih
137 Chapter 133 - Teori Akhir Dunia
138 Chapter 134 - Hari Bahagia
139 Chapter 135 - Karena Dia Berharga
140 Extra Part 1 - Yang Mencintai Takkan Melupakan
141 Extra Part 2 - Akhir yang Lebih Baik
142 Pengumuman & Promosi Novel Baru (MNEMONICS Ver~)
143 Spesial QnA
144 Special Chapter - Mirye: "Come Back To Me"
145 Pengumuman Novel Baru!
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Promosi Karya
2
PROLOG
3
Chapter 1 - Dunia Novel?
4
Chapter 2 - Bukan Sekedar Mimpi
5
Chapter 3 - Hendrick Wayne
6
Chapter 4 - Berita
7
Chapter 5 - Rahasia Enam Tahun Lalu
8
Chapter 6 - Rovers Artlenzt
9
Chapter 7 - Kacau
10
Chapter 8 - Petunjuk Mawar
11
Chapter 9 - Herbras I
12
Chapter 10 - Herbras II
13
Chapter 11 - Pengadilan Tinggi
14
Chapter 12 - Festival Musim Gugur
15
Chapter 13 - Mengikuti Alur Novel
16
Chapter 14 - Cerita Lama
17
Chapter 15 - Permintaan Duke Wayne
18
Chapter 16 - Pedang Melawan Pedang
19
Chapter 17 - Memori Hortensia I
20
Chapter 18 - Memori Hortensia II
21
Chapter 19 - Memori Hortensia III
22
Chapter 20 - Ceritanya T'lah Selesai
23
Chapter 21 - Makna Setangkai Mawar
24
Chapter 22 - Sebuah Rasa
25
Chapter 23 - Langkah Awal
26
Chapter 24 - Bentrok
27
Chapter 25 - Terus Berlanjut
28
Chapter 26. Kedatangan Rovers
29
Chapter 27 - Hari Hujan
30
Chapter 28 - Tak Seburuk Dahulu
31
Chapter 29 - Rentetan Masalah
32
Chapter 30 - Rumor yang Datang
33
Chapter 31 - Memulai Topik
34
Chapter 32 - Tentang Avrim
35
Chapter 33 - "Apa Kau Akan Kembali?"
36
Chapter 34 - Menuju Tanah Barat
37
Chapter 35 - Situasi Genting
38
Chapter 36 - Pangeran Mahkota
39
Chapter 37 - Terima Kasih
40
Chapter 38 - Raģe Cheltics I
41
Chapter 39 - Raģe Cheltics II
42
Chapter 40 - Wilayah Barat
43
Chapter 41 - Menyesuaikan Diri
44
Chapter 42 - Tiga Kondisi
45
Chapter 43 - Misteri yang Bermunculan
46
Chapter 44 - Jangan Lupakan Aku
47
Chapter 45 - Jatuh Cinta?
48
Chapter 46 - Hal yang Tak Bisa Direkayasa
49
Chapter 47 - Penyihir Pria di Masa Lampau
50
Chapter 48 - Menonton Teater
51
Chapter 49 - Sandiwara Dunia
52
Chapter 50 - Ruangan Dalam Ruangan
53
Chapter 51 - Menjadi Semakin Buram
54
Chapter 52 - Kuil Istana
55
Chapter 53 - Mengungkap Kebenaran
56
Chapter 54 - Arti 'Maaf' Di Hari Itu
57
Chapter 55 - Grein de'Lavoisiér
58
PLEASE BACA DULU...
59
Chapter 56 - Melepas Rindu
60
Chapter 57 - Mekarnya Anggrek & Layunya Mawar Biru
61
Chapter 58 - Duel
62
Chapter 59 - Surat Balasan ~Hari yang Begitu Tenang~
63
Chapter 60 - Senjata Kedua
64
Chapter 61 - Pergi Ke Wilayah Utara
65
Chapter 62 - Rasa Gelisah
66
Chapter 63 - Hari Besar
67
Chapter 64 - "Aku Akan Tetap Menerimamu Apa Adanya"
68
Chapter 65 - Wilayah Utara
69
Chapter 66 - Mengulang Sejarah
70
Chapter 67 - Kebetulan Yang Manis
71
Chapter 68 - Senjata Freesia I
72
Chapter 69 - Senjata Freesia II
73
Chapter 70 - Senjata Freesia III
74
Chapter 71 - Senjata Freesia IV
75
Chapter 72 - Senjata Freesia V
76
Chapter 73 - Momen Sebelum Kepergian
77
Chapter 74 - Rencana Penculikan
78
Chapter 75 - Pelarian Penuh Darah
79
Chapter 76 - Rahasia Setiap Senjata
80
Chapter 77 - Wilayah Selatan
81
Chapter 78 - Pertanyaan Untuk Clara
82
Chapter 79 - Pertemuan Pertama
83
Chapter 80 - Badai Malam
84
Chapter 81. Sebuah Pengakuan
85
Chapter 82 - Tentang Mawar Biru
86
Chapter 83 - Hellebore Sebagai Kenangan
87
Chapter 84 - Tamu Dari Wilayah Selatan
88
Chapter 85 - Reuni Manis
89
Chapter 86 - Identitas Mereka
90
Chapter 87 - Valentina Harold
91
Chapter 88 - Benang Merah Dalam Cerita
92
Visual Character & Penjelasan Singkat
93
Chapter 89 - Jawaban Atas Keraguan
94
Chapter 90 - Cinta Itu Punya Rasa
95
Chapter 91 - Warna Dari Cinta
96
Chapter 92 - Permata Amethyst
97
Chapter 93 - Gagal Menyatakan
98
Chapter 94 - Hitam Artinya...
99
Chapter 95 - Sebelum Badai Menerjang
100
Chapter 96 - Tak Ada Lagi Hari Tenang
101
Chapter 97 - Kode Untuk Berperang
102
Chapter 98 - Pihak Netral
103
Chapter 99 - Mengembalikan Hadiah
104
Chapter 100 - Diskusi Kematian
105
Chapter 101 - Tugas Seorang Senjata
106
Chapter 102 - Duo
107
Chapter 103 - Dendam yang Terpendam
108
Chapter 104 - Kedamaian Abadi Bagi Muridku
109
Chapter 105 - Murid dan Guru
110
Chapter 106 - Zavius dan Utusan Dari Freesia
111
Chapter 107 - Hari Eksekusi
112
Chapter 108 - Menculik Seorang Pengantin
113
Chapter 109 - Awal Dari Dendam Raja Willem
114
Chapter 110 - Payung Hitam di Bawah Rintik Hujan
115
Chapter 111 - Masa Depan Nan Kelabu
116
Chapter 112 - Bala Bantuan
117
Chapter 113 - Kisah Kasih Tak Sampai
118
Chapter 114 - Simbol Kematian
119
Chapter 115 - Getaran Herbras
120
Chapter 116 - Perang Dalam Kabut
121
Chapter 117 - Adik & Kakak
122
Chapter 118 - Tak Terkendali
123
Chapter 119 - Luapan Sihir Hitam
124
Chapter 120 - Salam Perpisahan
125
Chapter 121 - Kenangan Dari Kehidupan Sebelumnya
126
Chapter 122 - Maafkan Aku T'lah Ingkar
127
Chapter 123 - Sang Antagonis
128
Chapter 124 - Sejarah Singkat Lavoisiér
129
Chapter 125 - Puncak Kemarahan
130
Chapter 126 - Namamu Ialah Bentuk Dari Janji
131
Chapter 127 - Reinkarnasi Adalah Rantai Pengekang
132
Chapter 128 - Menjadi Paling Kuasa Bukanlah Berkah Melainkan Kutukan
133
Chapter 129 - Tersemat Dua Pilihan
134
Chapter 130 - Kehancuran Herbras
135
Chapter 131 - Seberkas Cahaya Dalam Keputusasaan
136
Chapter 132 - Hidup Adalah Tentang Apa Yang Kau Pilih
137
Chapter 133 - Teori Akhir Dunia
138
Chapter 134 - Hari Bahagia
139
Chapter 135 - Karena Dia Berharga
140
Extra Part 1 - Yang Mencintai Takkan Melupakan
141
Extra Part 2 - Akhir yang Lebih Baik
142
Pengumuman & Promosi Novel Baru (MNEMONICS Ver~)
143
Spesial QnA
144
Special Chapter - Mirye: "Come Back To Me"
145
Pengumuman Novel Baru!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!