Seperti hari kemarin. Clara bersarang di ruang kerja Hendrick lagi. Dia membaca dan mengisi dokumen layaknya ia mengisi TTS. Berkali-kali ia terlalu bahagia sebab bisa menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan Hendrick.
Melihat aksi Clara, Hendrick juga sudah terbiasa dengan itu. Sampai akhirnya dia memutuskan bertanya.
"Clara Scoleths."
"Hm?" Clara menengok. Mulut dan hidungnya mengapit pena.
"Apa alasanmu menjauhi Hellen? Dulu kau justru menjauhiku, mengapa sekarang kau membuat jarak dengan Hellen?"
Pasti yang dibicarakannya adalah Clara Scoleths yang asli, bukan aku. Lagi pula, kalau memang benar kami pernah berteman. Mengapa Hellen menjauhiku? Dia malahan terlihat begitu membenciku.
Clara sendiri merasa heran karena di dalam novelnya, jarak antara Clara dan Hellen baru terjadi setelah berita pertunangan Hellen dan Rovers. Kemudian Clara menjauhi Hellen karena kesal telah dikhianati. Namun, keadaan sekarang terlihat seolah Hellen lah yang pertama menjauhi Clara.
"Saya tidak membuat jarak dengannya." Clara menggeleng pelan. "Bukankah Nona Hellen sendiri yang menjauhi saya?"
"Benarkah? Kupikir itu Kau." Hendrick kembali mengingat riwayat Clara semenjak ia baru menginjakkan kakinya di sini.
"Ah, aku ingat tiga tahun lalu kau tiba-tiba saja-"
Kalimat Hendrick terpotong saat ada yang mengetuk pintu ruangan kerjanya. Seharusnya yang datang adalah hal penting karena akan terasa menyebalkan jika bukan.
"Buka pintunya." Perintah Hendrick pada Clara.
"Hah?!"
Clara tetap membukakan pintunya meskipun menggerutu. Karena percuma saja jika dia mengajukan protes, tidak akan didengar juga oleh orang itu.
"Siapa?"
"Ini aku."
Gah, ternyata si pak tua! Mendadak aku ingin menceburkan diri ke lautan dalam saja supaya tak melihat wajah sialannya ini.
"Aku ingin kalian melakukan sesuatu." Ucap Duke Wayne sambil memasuki ruangan kerja Hendrick.
"Melakukan apa, Ayah?" Hendrick mendekat dan duduk di sofa depan mejanya.
Duke Wayne menatap tajam Hendrick. Anaknya ini mungkin tahu bahwa hal ini akan datang cepat atau lambat. Jadi, dia akan mempercepat semuanya agar segera selesai basa-basi ini.
"Kalian, berduel 'lah."
"Huh?"
Hahh?!
...****...
Malam harinya.
Karena permintaan Duke Wayne yang tiba-tiba. Clara sempat mengajukan diri untuk bunuh diri dan meminjam talinya dari Hendrick.
Duel. Itu agak aneh sebab beberapa hari lalu Hendrick juga mengusulkan hal yang sama padanya, namun ditolak langsung oleh Clara karena tanpa adanya perintah dari Duke Wayne.
Namun sekarang, mau tak mau Clara merasa curiga pada lawan duelnya kali ini. Di tempat pelatihan, saat Clara sedang memilih-milih pedang yang akan dia pakai. Ada Hendrick di sebelahnya, Clara pun mendekat.
"Ada apa?"
"Santai, donk. Apa Tuan Hendrick yang mengusulkan pertandingan ini terjadi?" Clara menduga-duga.
Hendrick terlihat bingung. "Aku memang pernah meminta pertarungan denganmu, tapi jujur saja, permintaan Ayah benar-benar tidak ada sangkut pautnya denganku. Mungkin saja Ayah sudah memikirkan ini, dia pasti berpikiran kalau aku akan ragu padamu. Alhasil, inilah yang dilakukan oleh Ayah."
"Jadi memang Duke sendiri yang membuat pertandingan ini."
"Yah."
"Huft..."
"Ada apa? Kau ingin membatalkannya?" Tanya Hendrick, melihat Clara yang nampak lelah.
Clara menggeleng dengan cepat, ia menolak untuk membatalkan duelnya karena Duke Wayne pasti akan meminta hal yang sama lagi berulang kali sampai Clara memutuskan untuk menyetujuinya.
Setelah lama memilih, akhirnya pilihan Clara jatuh pada sebuah pedang berbadan sangat tipis. Sampai-sampai ketika memeriksa ketajaman pedang tersebut, hanya akan terlihat seperti sehelai benang.
Ini sangat tajam. Aku yakin pedang ini akan mudah bengkok kalau berhadapan dengan senjata yang lebih kokoh darinya. Hanya saja kemampuan memotong dari pedang ini sangatlah luar biasa. Mengapa bisa ada pedang setipis ini?
Duke Wayne berjalan mendekati Clara. Kemudian ia menyadari pedang macam apa yang menjadi pilihan gadis itu. Duke Wayne tersenyum kecil, adegan yang langka untuk melihat sebuah senjata memegang senjata.
"Aku pikir karena kau adalah senjata, kau tidak memerlukan perlengkapan seperti ini." Celetuk Duke Wayne.
Namun Clara tidak membalas perkataannya secara langsung dan hanya memandang orang yang bicara dengan datar tanpa emosi.
Ini adalah dark jokes terparah yang pernah kudapatkan dari pak tua ini. Lagipula, jika dia menyelamatkan Clara Scoleths seharusnya ia tahu bukan kalau Clara punya pedangnya sendiri-
Eh, pedang dengan ukiran mawar itu, di mana Duke menyimpannya? Dia ini pasti tahu 'kan tentang itu? Mengingat kalau dia juga 'lah yang membebaskan Clara Scoleths dari penjara neraka.
Menyadari tatapan tanya dari Clara. Duke Wayne kembali mengangkat wajahnya tinggi-tinggi, dan dengan angkuh mengatakan,
"Jika kau menanyakan tentang pedang besarmu itu, aku menyitanya. Aku akan memberikanmu hadiah itu kalah kau bisa menang dari Hendrick."
"Pedang besar? Tingginya bahkan hanya sepinggang saya."
"Maksudku, kau 'kan memilikinya sejak usiamu masih sangat dini. Kau tidak setinggi ini dulu. Jadi aku bilang bahwa itu adalah 'pedang besar'. Aku belum mengukur pedang itu dengan pasti di usiamu yang sekarang."
"Anda pasti menyitanya saat saya baru tiba di sini." Clara berkata dengan nada menyindir.
"Omong-omong, pedangnya lumayan bagus. Ada ukiran bunga kesukaanmu di sana. Pantas saja kau tidak mau melepaskannya semudah itu saat pembantaian terjadi."
Tatapan Clara menajam. "Anda berbicara tentang pembantaian lagi, saya bahkan sudah tidak ingat apa yang terjadi di hari itu."
"Yah... kau melupakan banyak hal, Clara Scoleths. Bahkan tentang pertemananmu sendiri 'pun kau melupakannya juga. Apa otakmu sebegitu kecil kapasitasnya sehingga membuang memori-memori yang menurutmu tak berguna itu?"
Clara mengalihkan pandangannya pada lapangan yang akan dipakai sebagai tempat duel. "Maaf saja kalau saya menyinggung anda tentang masalah yang sekarang. Tapi itu juga karena anda selalu melihat ke belakang."
"Kau tahu? Pembunuh itu tidak akan memiliki masa depan."
"...."
Sejenak Clara melirik pada telapak tangannya yang sudah mengambil ribuan nyawa orang lain. Memang bukan dirinya, tetapi tubuh yang ia pakai di dunia novel ini 'lah pelakunya.
"Sigh... aku tidak mengira bahwa kau yang seorang pembunuh bisa tersinggung seperti itu."
"Bagaimanapun saya juga masih memiliki hati, Duke. Saya juga bisa mengatakan hal yang sama pada anda karena anda punya riwayat yang tidak jauh beda dengan saya."
"Tapi, apa sekarang kau masih merasakan kegelapan itu semakin menelanmu?"
Clara mematung, dia cukup lama terdiam. "Anda 'kan tahu sendiri dengan peristiwa di Istana Kerajaan. Saya tak mau mengulanginya lagi."
"Kau yang di Istana dan saat aku baru membawamu dari Freesia cukup jauh perbedaannya. Seperti yang Hellen katakan, sikapmu berubah-ubah begitu mudahnya. Apa ada yang kau sembunyikan?"
Sial, mereka semua mulai mencurigai identitasku. Apa aku benar-benar berbeda dari Clara Scoleths yang sebenarnya? Padahal aktingku sudah bagus, kurasa.
Perbincangan mereka terhenti. Clara tanpa memakai perlindungan apa-apa dan hanya bermodalkan pedang tipisnya, maju ke tanah lapang yang sudah terisi oleh seorang pria di sana.
"Kau bercanda 'kan? Hanya dengan menggunakan pakaian seperti itu? Tanpa perlindungan apa pun." Hendrick menatap Clara bingung.
Clara menjulurkan pedangnya itu ke arah Hendrick. "Anda tidak perlu banyak bicara, hanya karena saya perempuan. Mari lihat siapa yang lebih hebat."
Hendrick juga melakukan hal yang sama, mengeluarkan pedang dari sarungnya dan mengarahkannya pada Clara.
"Jika aku menang, apa yang akan kau lakukan?"
"Kita tentukan hadiahnya setelah mengetahui siapa pemenangnya. Supaya lebih curang." Clara tersenyum licik.
"Heh... kau memang bukan orang yang adil."
Duke Wayne menengahi mereka berdua.
"Baiklah, mulai!"
TBC
Jangan lupa like dan komen ^-^
So, see you in the next chapter~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments