Chapter 15 - Permintaan Duke Wayne

Seperti hari kemarin. Clara bersarang di ruang kerja Hendrick lagi. Dia membaca dan mengisi dokumen layaknya ia mengisi TTS. Berkali-kali ia terlalu bahagia sebab bisa menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan Hendrick.

Melihat aksi Clara, Hendrick juga sudah terbiasa dengan itu. Sampai akhirnya dia memutuskan bertanya.

"Clara Scoleths."

"Hm?" Clara menengok. Mulut dan hidungnya mengapit pena.

"Apa alasanmu menjauhi Hellen? Dulu kau justru menjauhiku, mengapa sekarang kau membuat jarak dengan Hellen?"

Pasti yang dibicarakannya adalah Clara Scoleths yang asli, bukan aku. Lagi pula, kalau memang benar kami pernah berteman. Mengapa Hellen menjauhiku? Dia malahan terlihat begitu membenciku.

Clara sendiri merasa heran karena di dalam novelnya, jarak antara Clara dan Hellen baru terjadi setelah berita pertunangan Hellen dan Rovers. Kemudian Clara menjauhi Hellen karena kesal telah dikhianati. Namun, keadaan sekarang terlihat seolah Hellen lah yang pertama menjauhi Clara.

"Saya tidak membuat jarak dengannya." Clara menggeleng pelan. "Bukankah Nona Hellen sendiri yang menjauhi saya?"

"Benarkah? Kupikir itu Kau." Hendrick kembali mengingat riwayat Clara semenjak ia baru menginjakkan kakinya di sini.

"Ah, aku ingat tiga tahun lalu kau tiba-tiba saja-"

Kalimat Hendrick terpotong saat ada yang mengetuk pintu ruangan kerjanya. Seharusnya yang datang adalah hal penting karena akan terasa menyebalkan jika bukan.

"Buka pintunya." Perintah Hendrick pada Clara.

"Hah?!"

Clara tetap membukakan pintunya meskipun menggerutu. Karena percuma saja jika dia mengajukan protes, tidak akan didengar juga oleh orang itu.

"Siapa?"

"Ini aku."

Gah, ternyata si pak tua! Mendadak aku ingin menceburkan diri ke lautan dalam saja supaya tak melihat wajah sialannya ini.

"Aku ingin kalian melakukan sesuatu." Ucap Duke Wayne sambil memasuki ruangan kerja Hendrick.

"Melakukan apa, Ayah?" Hendrick mendekat dan duduk di sofa depan mejanya.

Duke Wayne menatap tajam Hendrick. Anaknya ini mungkin tahu bahwa hal ini akan datang cepat atau lambat. Jadi, dia akan mempercepat semuanya agar segera selesai basa-basi ini.

"Kalian, berduel 'lah."

"Huh?"

Hahh?!

...****...

Malam harinya.

Karena permintaan Duke Wayne yang tiba-tiba. Clara sempat mengajukan diri untuk bunuh diri dan meminjam talinya dari Hendrick.

Duel. Itu agak aneh sebab beberapa hari lalu Hendrick juga mengusulkan hal yang sama padanya, namun ditolak langsung oleh Clara karena tanpa adanya perintah dari Duke Wayne.

Namun sekarang, mau tak mau Clara merasa curiga pada lawan duelnya kali ini. Di tempat pelatihan, saat Clara sedang memilih-milih pedang yang akan dia pakai. Ada Hendrick di sebelahnya, Clara pun mendekat.

"Ada apa?"

"Santai, donk. Apa Tuan Hendrick yang mengusulkan pertandingan ini terjadi?" Clara menduga-duga.

Hendrick terlihat bingung. "Aku memang pernah meminta pertarungan denganmu, tapi jujur saja, permintaan Ayah benar-benar tidak ada sangkut pautnya denganku. Mungkin saja Ayah sudah memikirkan ini, dia pasti berpikiran kalau aku akan ragu padamu. Alhasil, inilah yang dilakukan oleh Ayah."

"Jadi memang Duke sendiri yang membuat pertandingan ini."

"Yah."

"Huft..."

"Ada apa? Kau ingin membatalkannya?" Tanya Hendrick, melihat Clara yang nampak lelah.

Clara menggeleng dengan cepat, ia menolak untuk membatalkan duelnya karena Duke Wayne pasti akan meminta hal yang sama lagi berulang kali sampai Clara memutuskan untuk menyetujuinya.

Setelah lama memilih, akhirnya pilihan Clara jatuh pada sebuah pedang berbadan sangat tipis. Sampai-sampai ketika memeriksa ketajaman pedang tersebut, hanya akan terlihat seperti sehelai benang.

Ini sangat tajam. Aku yakin pedang ini akan mudah bengkok kalau berhadapan dengan senjata yang lebih kokoh darinya. Hanya saja kemampuan memotong dari pedang ini sangatlah luar biasa. Mengapa bisa ada pedang setipis ini?

Duke Wayne berjalan mendekati Clara. Kemudian ia menyadari pedang macam apa yang menjadi pilihan gadis itu. Duke Wayne tersenyum kecil, adegan yang langka untuk melihat sebuah senjata memegang senjata.

"Aku pikir karena kau adalah senjata, kau tidak memerlukan perlengkapan seperti ini." Celetuk Duke Wayne.

Namun Clara tidak membalas perkataannya secara langsung dan hanya memandang orang yang bicara dengan datar tanpa emosi.

Ini adalah dark jokes terparah yang pernah kudapatkan dari pak tua ini. Lagipula, jika dia menyelamatkan Clara Scoleths seharusnya ia tahu bukan kalau Clara punya pedangnya sendiri-

Eh, pedang dengan ukiran mawar itu, di mana Duke menyimpannya? Dia ini pasti tahu 'kan tentang itu? Mengingat kalau dia juga 'lah yang membebaskan Clara Scoleths dari penjara neraka.

Menyadari tatapan tanya dari Clara. Duke Wayne kembali mengangkat wajahnya tinggi-tinggi, dan dengan angkuh mengatakan,

"Jika kau menanyakan tentang pedang besarmu itu, aku menyitanya. Aku akan memberikanmu hadiah itu kalah kau bisa menang dari Hendrick."

"Pedang besar? Tingginya bahkan hanya sepinggang saya."

"Maksudku, kau 'kan memilikinya sejak usiamu masih sangat dini. Kau tidak setinggi ini dulu. Jadi aku bilang bahwa itu adalah 'pedang besar'. Aku belum mengukur pedang itu dengan pasti di usiamu yang sekarang."

"Anda pasti menyitanya saat saya baru tiba di sini." Clara berkata dengan nada menyindir.

"Omong-omong, pedangnya lumayan bagus. Ada ukiran bunga kesukaanmu di sana. Pantas saja kau tidak mau melepaskannya semudah itu saat pembantaian terjadi."

Tatapan Clara menajam. "Anda berbicara tentang pembantaian lagi, saya bahkan sudah tidak ingat apa yang terjadi di hari itu."

"Yah... kau melupakan banyak hal, Clara Scoleths. Bahkan tentang pertemananmu sendiri 'pun kau melupakannya juga. Apa otakmu sebegitu kecil kapasitasnya sehingga membuang memori-memori yang menurutmu tak berguna itu?"

Clara mengalihkan pandangannya pada lapangan yang akan dipakai sebagai tempat duel. "Maaf saja kalau saya menyinggung anda tentang masalah yang sekarang. Tapi itu juga karena anda selalu melihat ke belakang."

"Kau tahu? Pembunuh itu tidak akan memiliki masa depan."

"...."

Sejenak Clara melirik pada telapak tangannya yang sudah mengambil ribuan nyawa orang lain. Memang bukan dirinya, tetapi tubuh yang ia pakai di dunia novel ini 'lah pelakunya.

"Sigh... aku tidak mengira bahwa kau yang seorang pembunuh bisa tersinggung seperti itu."

"Bagaimanapun saya juga masih memiliki hati, Duke. Saya juga bisa mengatakan hal yang sama pada anda karena anda punya riwayat yang tidak jauh beda dengan saya."

"Tapi, apa sekarang kau masih merasakan kegelapan itu semakin menelanmu?"

Clara mematung, dia cukup lama terdiam. "Anda 'kan tahu sendiri dengan peristiwa di Istana Kerajaan. Saya tak mau mengulanginya lagi."

"Kau yang di Istana dan saat aku baru membawamu dari Freesia cukup jauh perbedaannya. Seperti yang Hellen katakan, sikapmu berubah-ubah begitu mudahnya. Apa ada yang kau sembunyikan?"

Sial, mereka semua mulai mencurigai identitasku. Apa aku benar-benar berbeda dari Clara Scoleths yang sebenarnya? Padahal aktingku sudah bagus, kurasa.

Perbincangan mereka terhenti. Clara tanpa memakai perlindungan apa-apa dan hanya bermodalkan pedang tipisnya, maju ke tanah lapang yang sudah terisi oleh seorang pria di sana.

"Kau bercanda 'kan? Hanya dengan menggunakan pakaian seperti itu? Tanpa perlindungan apa pun." Hendrick menatap Clara bingung.

Clara menjulurkan pedangnya itu ke arah Hendrick. "Anda tidak perlu banyak bicara, hanya karena saya perempuan. Mari lihat siapa yang lebih hebat."

Hendrick juga melakukan hal yang sama, mengeluarkan pedang dari sarungnya dan mengarahkannya pada Clara.

"Jika aku menang, apa yang akan kau lakukan?"

"Kita tentukan hadiahnya setelah mengetahui siapa pemenangnya. Supaya lebih curang." Clara tersenyum licik.

"Heh... kau memang bukan orang yang adil."

Duke Wayne menengahi mereka berdua.

"Baiklah, mulai!"

TBC

Jangan lupa like dan komen ^-^

So, see you in the next chapter~

Episodes
1 Promosi Karya
2 PROLOG
3 Chapter 1 - Dunia Novel?
4 Chapter 2 - Bukan Sekedar Mimpi
5 Chapter 3 - Hendrick Wayne
6 Chapter 4 - Berita
7 Chapter 5 - Rahasia Enam Tahun Lalu
8 Chapter 6 - Rovers Artlenzt
9 Chapter 7 - Kacau
10 Chapter 8 - Petunjuk Mawar
11 Chapter 9 - Herbras I
12 Chapter 10 - Herbras II
13 Chapter 11 - Pengadilan Tinggi
14 Chapter 12 - Festival Musim Gugur
15 Chapter 13 - Mengikuti Alur Novel
16 Chapter 14 - Cerita Lama
17 Chapter 15 - Permintaan Duke Wayne
18 Chapter 16 - Pedang Melawan Pedang
19 Chapter 17 - Memori Hortensia I
20 Chapter 18 - Memori Hortensia II
21 Chapter 19 - Memori Hortensia III
22 Chapter 20 - Ceritanya T'lah Selesai
23 Chapter 21 - Makna Setangkai Mawar
24 Chapter 22 - Sebuah Rasa
25 Chapter 23 - Langkah Awal
26 Chapter 24 - Bentrok
27 Chapter 25 - Terus Berlanjut
28 Chapter 26. Kedatangan Rovers
29 Chapter 27 - Hari Hujan
30 Chapter 28 - Tak Seburuk Dahulu
31 Chapter 29 - Rentetan Masalah
32 Chapter 30 - Rumor yang Datang
33 Chapter 31 - Memulai Topik
34 Chapter 32 - Tentang Avrim
35 Chapter 33 - "Apa Kau Akan Kembali?"
36 Chapter 34 - Menuju Tanah Barat
37 Chapter 35 - Situasi Genting
38 Chapter 36 - Pangeran Mahkota
39 Chapter 37 - Terima Kasih
40 Chapter 38 - Raģe Cheltics I
41 Chapter 39 - Raģe Cheltics II
42 Chapter 40 - Wilayah Barat
43 Chapter 41 - Menyesuaikan Diri
44 Chapter 42 - Tiga Kondisi
45 Chapter 43 - Misteri yang Bermunculan
46 Chapter 44 - Jangan Lupakan Aku
47 Chapter 45 - Jatuh Cinta?
48 Chapter 46 - Hal yang Tak Bisa Direkayasa
49 Chapter 47 - Penyihir Pria di Masa Lampau
50 Chapter 48 - Menonton Teater
51 Chapter 49 - Sandiwara Dunia
52 Chapter 50 - Ruangan Dalam Ruangan
53 Chapter 51 - Menjadi Semakin Buram
54 Chapter 52 - Kuil Istana
55 Chapter 53 - Mengungkap Kebenaran
56 Chapter 54 - Arti 'Maaf' Di Hari Itu
57 Chapter 55 - Grein de'Lavoisiér
58 PLEASE BACA DULU...
59 Chapter 56 - Melepas Rindu
60 Chapter 57 - Mekarnya Anggrek & Layunya Mawar Biru
61 Chapter 58 - Duel
62 Chapter 59 - Surat Balasan ~Hari yang Begitu Tenang~
63 Chapter 60 - Senjata Kedua
64 Chapter 61 - Pergi Ke Wilayah Utara
65 Chapter 62 - Rasa Gelisah
66 Chapter 63 - Hari Besar
67 Chapter 64 - "Aku Akan Tetap Menerimamu Apa Adanya"
68 Chapter 65 - Wilayah Utara
69 Chapter 66 - Mengulang Sejarah
70 Chapter 67 - Kebetulan Yang Manis
71 Chapter 68 - Senjata Freesia I
72 Chapter 69 - Senjata Freesia II
73 Chapter 70 - Senjata Freesia III
74 Chapter 71 - Senjata Freesia IV
75 Chapter 72 - Senjata Freesia V
76 Chapter 73 - Momen Sebelum Kepergian
77 Chapter 74 - Rencana Penculikan
78 Chapter 75 - Pelarian Penuh Darah
79 Chapter 76 - Rahasia Setiap Senjata
80 Chapter 77 - Wilayah Selatan
81 Chapter 78 - Pertanyaan Untuk Clara
82 Chapter 79 - Pertemuan Pertama
83 Chapter 80 - Badai Malam
84 Chapter 81. Sebuah Pengakuan
85 Chapter 82 - Tentang Mawar Biru
86 Chapter 83 - Hellebore Sebagai Kenangan
87 Chapter 84 - Tamu Dari Wilayah Selatan
88 Chapter 85 - Reuni Manis
89 Chapter 86 - Identitas Mereka
90 Chapter 87 - Valentina Harold
91 Chapter 88 - Benang Merah Dalam Cerita
92 Visual Character & Penjelasan Singkat
93 Chapter 89 - Jawaban Atas Keraguan
94 Chapter 90 - Cinta Itu Punya Rasa
95 Chapter 91 - Warna Dari Cinta
96 Chapter 92 - Permata Amethyst
97 Chapter 93 - Gagal Menyatakan
98 Chapter 94 - Hitam Artinya...
99 Chapter 95 - Sebelum Badai Menerjang
100 Chapter 96 - Tak Ada Lagi Hari Tenang
101 Chapter 97 - Kode Untuk Berperang
102 Chapter 98 - Pihak Netral
103 Chapter 99 - Mengembalikan Hadiah
104 Chapter 100 - Diskusi Kematian
105 Chapter 101 - Tugas Seorang Senjata
106 Chapter 102 - Duo
107 Chapter 103 - Dendam yang Terpendam
108 Chapter 104 - Kedamaian Abadi Bagi Muridku
109 Chapter 105 - Murid dan Guru
110 Chapter 106 - Zavius dan Utusan Dari Freesia
111 Chapter 107 - Hari Eksekusi
112 Chapter 108 - Menculik Seorang Pengantin
113 Chapter 109 - Awal Dari Dendam Raja Willem
114 Chapter 110 - Payung Hitam di Bawah Rintik Hujan
115 Chapter 111 - Masa Depan Nan Kelabu
116 Chapter 112 - Bala Bantuan
117 Chapter 113 - Kisah Kasih Tak Sampai
118 Chapter 114 - Simbol Kematian
119 Chapter 115 - Getaran Herbras
120 Chapter 116 - Perang Dalam Kabut
121 Chapter 117 - Adik & Kakak
122 Chapter 118 - Tak Terkendali
123 Chapter 119 - Luapan Sihir Hitam
124 Chapter 120 - Salam Perpisahan
125 Chapter 121 - Kenangan Dari Kehidupan Sebelumnya
126 Chapter 122 - Maafkan Aku T'lah Ingkar
127 Chapter 123 - Sang Antagonis
128 Chapter 124 - Sejarah Singkat Lavoisiér
129 Chapter 125 - Puncak Kemarahan
130 Chapter 126 - Namamu Ialah Bentuk Dari Janji
131 Chapter 127 - Reinkarnasi Adalah Rantai Pengekang
132 Chapter 128 - Menjadi Paling Kuasa Bukanlah Berkah Melainkan Kutukan
133 Chapter 129 - Tersemat Dua Pilihan
134 Chapter 130 - Kehancuran Herbras
135 Chapter 131 - Seberkas Cahaya Dalam Keputusasaan
136 Chapter 132 - Hidup Adalah Tentang Apa Yang Kau Pilih
137 Chapter 133 - Teori Akhir Dunia
138 Chapter 134 - Hari Bahagia
139 Chapter 135 - Karena Dia Berharga
140 Extra Part 1 - Yang Mencintai Takkan Melupakan
141 Extra Part 2 - Akhir yang Lebih Baik
142 Pengumuman & Promosi Novel Baru (MNEMONICS Ver~)
143 Spesial QnA
144 Special Chapter - Mirye: "Come Back To Me"
145 Pengumuman Novel Baru!
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Promosi Karya
2
PROLOG
3
Chapter 1 - Dunia Novel?
4
Chapter 2 - Bukan Sekedar Mimpi
5
Chapter 3 - Hendrick Wayne
6
Chapter 4 - Berita
7
Chapter 5 - Rahasia Enam Tahun Lalu
8
Chapter 6 - Rovers Artlenzt
9
Chapter 7 - Kacau
10
Chapter 8 - Petunjuk Mawar
11
Chapter 9 - Herbras I
12
Chapter 10 - Herbras II
13
Chapter 11 - Pengadilan Tinggi
14
Chapter 12 - Festival Musim Gugur
15
Chapter 13 - Mengikuti Alur Novel
16
Chapter 14 - Cerita Lama
17
Chapter 15 - Permintaan Duke Wayne
18
Chapter 16 - Pedang Melawan Pedang
19
Chapter 17 - Memori Hortensia I
20
Chapter 18 - Memori Hortensia II
21
Chapter 19 - Memori Hortensia III
22
Chapter 20 - Ceritanya T'lah Selesai
23
Chapter 21 - Makna Setangkai Mawar
24
Chapter 22 - Sebuah Rasa
25
Chapter 23 - Langkah Awal
26
Chapter 24 - Bentrok
27
Chapter 25 - Terus Berlanjut
28
Chapter 26. Kedatangan Rovers
29
Chapter 27 - Hari Hujan
30
Chapter 28 - Tak Seburuk Dahulu
31
Chapter 29 - Rentetan Masalah
32
Chapter 30 - Rumor yang Datang
33
Chapter 31 - Memulai Topik
34
Chapter 32 - Tentang Avrim
35
Chapter 33 - "Apa Kau Akan Kembali?"
36
Chapter 34 - Menuju Tanah Barat
37
Chapter 35 - Situasi Genting
38
Chapter 36 - Pangeran Mahkota
39
Chapter 37 - Terima Kasih
40
Chapter 38 - Raģe Cheltics I
41
Chapter 39 - Raģe Cheltics II
42
Chapter 40 - Wilayah Barat
43
Chapter 41 - Menyesuaikan Diri
44
Chapter 42 - Tiga Kondisi
45
Chapter 43 - Misteri yang Bermunculan
46
Chapter 44 - Jangan Lupakan Aku
47
Chapter 45 - Jatuh Cinta?
48
Chapter 46 - Hal yang Tak Bisa Direkayasa
49
Chapter 47 - Penyihir Pria di Masa Lampau
50
Chapter 48 - Menonton Teater
51
Chapter 49 - Sandiwara Dunia
52
Chapter 50 - Ruangan Dalam Ruangan
53
Chapter 51 - Menjadi Semakin Buram
54
Chapter 52 - Kuil Istana
55
Chapter 53 - Mengungkap Kebenaran
56
Chapter 54 - Arti 'Maaf' Di Hari Itu
57
Chapter 55 - Grein de'Lavoisiér
58
PLEASE BACA DULU...
59
Chapter 56 - Melepas Rindu
60
Chapter 57 - Mekarnya Anggrek & Layunya Mawar Biru
61
Chapter 58 - Duel
62
Chapter 59 - Surat Balasan ~Hari yang Begitu Tenang~
63
Chapter 60 - Senjata Kedua
64
Chapter 61 - Pergi Ke Wilayah Utara
65
Chapter 62 - Rasa Gelisah
66
Chapter 63 - Hari Besar
67
Chapter 64 - "Aku Akan Tetap Menerimamu Apa Adanya"
68
Chapter 65 - Wilayah Utara
69
Chapter 66 - Mengulang Sejarah
70
Chapter 67 - Kebetulan Yang Manis
71
Chapter 68 - Senjata Freesia I
72
Chapter 69 - Senjata Freesia II
73
Chapter 70 - Senjata Freesia III
74
Chapter 71 - Senjata Freesia IV
75
Chapter 72 - Senjata Freesia V
76
Chapter 73 - Momen Sebelum Kepergian
77
Chapter 74 - Rencana Penculikan
78
Chapter 75 - Pelarian Penuh Darah
79
Chapter 76 - Rahasia Setiap Senjata
80
Chapter 77 - Wilayah Selatan
81
Chapter 78 - Pertanyaan Untuk Clara
82
Chapter 79 - Pertemuan Pertama
83
Chapter 80 - Badai Malam
84
Chapter 81. Sebuah Pengakuan
85
Chapter 82 - Tentang Mawar Biru
86
Chapter 83 - Hellebore Sebagai Kenangan
87
Chapter 84 - Tamu Dari Wilayah Selatan
88
Chapter 85 - Reuni Manis
89
Chapter 86 - Identitas Mereka
90
Chapter 87 - Valentina Harold
91
Chapter 88 - Benang Merah Dalam Cerita
92
Visual Character & Penjelasan Singkat
93
Chapter 89 - Jawaban Atas Keraguan
94
Chapter 90 - Cinta Itu Punya Rasa
95
Chapter 91 - Warna Dari Cinta
96
Chapter 92 - Permata Amethyst
97
Chapter 93 - Gagal Menyatakan
98
Chapter 94 - Hitam Artinya...
99
Chapter 95 - Sebelum Badai Menerjang
100
Chapter 96 - Tak Ada Lagi Hari Tenang
101
Chapter 97 - Kode Untuk Berperang
102
Chapter 98 - Pihak Netral
103
Chapter 99 - Mengembalikan Hadiah
104
Chapter 100 - Diskusi Kematian
105
Chapter 101 - Tugas Seorang Senjata
106
Chapter 102 - Duo
107
Chapter 103 - Dendam yang Terpendam
108
Chapter 104 - Kedamaian Abadi Bagi Muridku
109
Chapter 105 - Murid dan Guru
110
Chapter 106 - Zavius dan Utusan Dari Freesia
111
Chapter 107 - Hari Eksekusi
112
Chapter 108 - Menculik Seorang Pengantin
113
Chapter 109 - Awal Dari Dendam Raja Willem
114
Chapter 110 - Payung Hitam di Bawah Rintik Hujan
115
Chapter 111 - Masa Depan Nan Kelabu
116
Chapter 112 - Bala Bantuan
117
Chapter 113 - Kisah Kasih Tak Sampai
118
Chapter 114 - Simbol Kematian
119
Chapter 115 - Getaran Herbras
120
Chapter 116 - Perang Dalam Kabut
121
Chapter 117 - Adik & Kakak
122
Chapter 118 - Tak Terkendali
123
Chapter 119 - Luapan Sihir Hitam
124
Chapter 120 - Salam Perpisahan
125
Chapter 121 - Kenangan Dari Kehidupan Sebelumnya
126
Chapter 122 - Maafkan Aku T'lah Ingkar
127
Chapter 123 - Sang Antagonis
128
Chapter 124 - Sejarah Singkat Lavoisiér
129
Chapter 125 - Puncak Kemarahan
130
Chapter 126 - Namamu Ialah Bentuk Dari Janji
131
Chapter 127 - Reinkarnasi Adalah Rantai Pengekang
132
Chapter 128 - Menjadi Paling Kuasa Bukanlah Berkah Melainkan Kutukan
133
Chapter 129 - Tersemat Dua Pilihan
134
Chapter 130 - Kehancuran Herbras
135
Chapter 131 - Seberkas Cahaya Dalam Keputusasaan
136
Chapter 132 - Hidup Adalah Tentang Apa Yang Kau Pilih
137
Chapter 133 - Teori Akhir Dunia
138
Chapter 134 - Hari Bahagia
139
Chapter 135 - Karena Dia Berharga
140
Extra Part 1 - Yang Mencintai Takkan Melupakan
141
Extra Part 2 - Akhir yang Lebih Baik
142
Pengumuman & Promosi Novel Baru (MNEMONICS Ver~)
143
Spesial QnA
144
Special Chapter - Mirye: "Come Back To Me"
145
Pengumuman Novel Baru!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!