Dad Bram dan Mom Ayu berjalan tergesa-gesa di lorong rumah sakit, mereka sudah tau letak ruangan Rahel. Dengan langkah cepat diikuti bodyguard mereka memasuki rumah sakit itu.
Sementara itu di ruangan perawatan Rahel, tampak Satria masih terlelap dalam tidurnya begitu juga dengan Rahel dan Jenny yang malah ikut terlelap sambil menggenggam tangan Rahel.
Ceklek...
Pintu di buka dengan pelan seseorang menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
"Dad... mereka semua tertidur," bisik Mom Ayu pada Dad Bram yang berdiri di belakang Mom Ayu.
"Ssstt jangan berisik, kita masuk pelan pelan," ucap Dad Bram yang benar-benar nekat ingin melihat langsung anak dari mendiang sahabatnya itu.
Mom Ayu mengangguk setuju, mereka masuk perlahan lahan. Dad Bram dan Mom Ayu menatap anak sulung mereka yang terlelap di atas sofa dengan sangat tampan.
Mom Ayu tersenyum jahil, dia mengeluarkan ponselnya dan dengan sengaja memotret Satria yang tidur pulas mungkin karena kelelahan.
"Hihihi, mom jadi teringat waktu Satria baru lahir, dia tidur sangat pulas," bisik Mom Ayu pada Dad Bram.
"Mom benar, ternyata hasil keringat kita dulu tidak sia sia Mom," bisik Dad Bram dengan kata kata sensualnya.
Bugh
"Dasar otak mesum," balas Mom Ayu.
"Bisa bisanya Dad berpikiran tentang itu sekarang," gerutu Mom Ayu.
"Heheheh ya maaf, sudah ayo kita lihat," ucap Dad sambil menggaruk kepalanya.
Mom Ayu dan Dad Bram berjalan sambil berjingkat perlahan lahan menuju bed rest Rahel.
Mom Ayu melihat Rahel yang menutup matanya sedang tertidur, di lehernya masih ada bekas ikatan selendang Kain yang digunakannya menjerat lehernya sendiri.
"Dad, dia benar-benar anak kak Hana, mereka sangat mirip, wajah cantik itu, arhhh akhirnya kita menemukannya setelah mencari, sialan orang orang itu mereka menyembunyikan gadis malang ini," ucap Mom Ayu.
Dad Bram mengelus lengan Mom Ayu agar istrinya itu tenang dan tidak menimbulkan keributan.
"Sudah Mom jangan kita ganggu dulu, pokoknya kita sudah tau dimana anaknya Raiden dan kita akan menjaganya dari jauh, sepertinya Satria punya rencananya sendiri," ucap Dad Bram.
"Baiklah, ayo pulang Dad," ucap Mom Ayu
Mom Ayu dan Dad Bram beranjak dari ruangan itu tanpa membuat keributan dan pergi dengan tenang. Ketiga manusia dalam ruangan itu sama sekali tidak terganggu.
Waktu terus berputar, Jam sudah menunjukkan kalau hari sudah sore, ketiganya terlelap dengan posisi mereka masing-masing. Entah sudah berapa jam mereka disana.
"Erghh...." Rahel melenguh, dia mengerjapkan matanya dan mengedarkan pandangannya pada ruangan serba putih berbau obat itu.
"Dimana aku? Apa aku sudah mati? Ahh...baguslah aku akhirnya pergi ke tempat yang lebih baik," ucap Rahel yang masih belum sepenuhnya sadar.
Mendengar ada yang berbicara, Satria terbangun begitu juga dengan Jenny. Mereka menatap Rahel yang meracau tak jelas.
Rahel mengerjapkan matanya, dia menatap kedua manusia yang berdiri di sampingnya dengan raut wajah khawatir sekaligus marah.
"Eh? Satria dan Jenny? Kenapa mereka disini, apa mereka....tunggu..ja..jadi aku belum mati? Arhhhh.. kenapa!!!!" Tiba-tiba Rahel berteriak histeris, dia benar-benar depresi dan stress seperti orang gila.
"Rahel!!" Panggil Satria dan Jenny.
"Rahel, sadar Ra...hiks hiks jangan membuatku takut Rahel!!" Teriak Jenny sambil mengguncang tubuh Rahel.
"Jen..jenny, a..aku harusnya mati dan bertemu Mommy dan Daddy, aku tidak mau disini hiks hiks hiks, kenapa kalian membawaku kesini arrhh...Jen...hiks hiks hiks," Rahel menangis tersedu-sedu sambil meremas rambutnya.
"Satria aku harus mati supaya bisa ketemu Mom dan Dad, hiks hiks aku gak mau disini, aku capek, aku..a..aku capek, tolong aku aku mau mati saja hiks hiks hiks,"Rahel meracau dia benar-benar histeris saat ini.
"Rahel sadar lah tak ada gunanya kamu mati Ra! Mereka justru akan senang kalau kamu mati !!" Ucap Satria sambil memegang kedua bahu Rahel sedangkan Jenny malah menangis tersedu-sedu saat mendengar ucapan sahabatnya.
"Rahel kamu bodoh sekali!!" Bentak Jenny.
Satria menatap Jenny yang tiba-tiba marah.
"Kamu pikir kami tidak khawatir padamu hah? Kau tau tidak kalau aku dan pak Satria sampai pontang-panting mencari kamu karena kamu gak angkat telepon sejak semalam, aku khawatir gadis bodoh!!" Bentak Jenny.
"Apa kau akan menyerah begitu saja melihat Dea si jelmaan iblis itu tertawa atas penderitaan mu!? Apa kau mau mati begitu saja meninggalkan aku? Lalu bagaimana aku akan hidup nanti Ra, a..aku tak bisa menerima kalau kamu mati begitu saja, kau pikir aku tidak tau semua masalahmu? " Ucapnya Lagi.
"Sepintar apa pun kamu menyembunyikannya aku akan tau, ingat Ra kita sudah bersama selama bertahun-tahun dan aku sudah hapal sifatmu!!" Tambah Jenny dengan nafasnya naik turun karen marah marah.
"Hiks hiks hiks...a..apa kau mau meninggalkan a..aku begitu saja ra, apa kau tidak sayang padaku? Apa aku hanya sebatas teman biasa untukmu?" Jenny menangis tersedu-sedu di depan Rahel, dia benar-benar mengeluarkan semua uneg-unegnya pada Rahel.
Rahel ikut menangis, dia sadar telah berbuat tidak masuk akal,dia terlalu mudah menyerah, terlalu lemah, terlalu mudah depresi.
Satria semakin pusing melihat kedua gadis yang malah sama sama menangis itu, dia tak tau cara menghibur wanita jadi, dia memilih diam saja dan memberikan ruang bagi mereka.
Rahel duduk di atas brankarnya, dia menarik tangan Jenny sambil menangis .
"Jen...hiks hiks..hiks," Rahel menangis.
"Ma..maafkan aku tidak memikirkan perasaanmu,...a..aku hanya takut, aku juga capek Jen, maafkan aku hiks hiks hikss aku..aku memang tidak berguna," tangis Rahel.
Jenny langsung menghamburkan pelukannya pada Rahel yang menangis di depannya.
"Hiks hiks jangan lagi melakukan hal itu Ra, aku bisa mati kalau kamu juga Mati, aku nggak bisa lihat kamu seperti ini, kamu harus kuat Ra, kamu pasti bisa," ucap Jenny memberikan pelukan hangat bagi Rahel.
Rahel membalas pelukan Jenny, dia juga menyadari kesalahannya hanya saja dia terlalu tertekan saat ini.
"Aku gak kuat Jen, aku gak sanggup apa yang harus kulakukan, aku gak sanggup lihat mereka tertawa sementara Mom dan Dad meninggal begitu saja karena ulah mereka hiks hiks hiks," tangis Rahel.
"Kamu harus kuat Ra, kamu harus yakin kamu pasti bisa," ucap Jenny sambil menatap wajah sahabatnya
"Kamu bisa janji sama aku kalau nggak akan melakukan hal itu lagi kan? Please Ra kamu itu berharga, jangan buang hidupmu hanya karena manusia tidak tau diri seperti mereka!" Ucap Jenny.
"A..aku janji, " ucap Rahel.
Jenny kembali memeluk Rahel dengan erat lama mereka berpelukan sambil menangis sampai akhirnya Rahel tenang, dan Jenny Duduk di samping Rahel.
"Udah selesai dramanya gadis gadis?" Ucap Satria yang sedari tadi memperhatikan percakapan mereka..
Sebenarnya Satria salut dengan persahabatan kedua gadis di depannya itu, dia juga salut dengan Jenny ya g mendukung Rahel di kala gadis itu mengalami kesulitan.
"Satria, Jenny terimakasih sudah menyelamatkan aku," ucap Rahel terharu.
"Ternyata masih ada yang peduli padaku," lirih Rahel.
"Ck..kau ini tuli ya Ra? Sudah berapa kali aku bilang kalau ada masalah kamu bisa cerita sama aku, kok kamu gak lakuin sih? Gimana kalau kami terlambat tadi, " omel Satria yang kini duduk di bibir bed rest Rahel.
"Maafkan Aku Satria, Jenny," ucap Rahel menyesal.
"Hufftt... sudahlah, jangan lagi melakukan hal yang sama, ada kami yang akan menemanimu!" Ucap Satria.
"Pak Satria benar benar berbeda," batin Jenny.
"Ingat ini Ra, jangan pernah berpikir untuk mengakhirinya hidupmu! Kau itu berharga dasar gadis nakal!" Gerutu Satria sambil menyentil kening Rahel.
"Ahhh....shhh...i..iya maafkan aku," ucap Rahel sambil mengelus keningnya.
Mata Jenny terbelalak melihat adegan di hadapannya.
"Kalian seperti pasangan suami istri saja!" Celetuk Jenny.
"Eh...ups....maaf," ucap Jenny yang salah bicara.
"Memang kami pasutri," ucap Satria.
"Pasutri bohongan Jen," ucap Rahel.
"Hmmm...terserah kalian, pokoknya aku senang kamu baik baik saja, dan untuk obat penenang itu! Kau memang benar-benar harus di hukum Rahel!" Ucap Jenny.
Rahel terkejut, dia malah menunduk dan diam.
"Sudahlah, pokok nya jangan diulangi ya Ra, ingat kami disini mendukungmu, kalau kamu mati sia sia dukungan pria tampan seperti ku ini," ucap Satria dengan percaya diri.
"Pffthh...Pak Satria benar benar berbeda sekali ya," celetuk Jenny.
"Apanya yang beda Jen, dia malah semakin aneh," celetuk Rahel.
Satria tergelak, dia memang merasa dirinya menjadi aneh.
.
.
.jangan lupa like vote dan komen 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
JDI PENGEN CEPAT2 MREKA NIKAH...
2023-08-05
0
Gala
mom atu dan dad bram jahile eii
2021-09-23
1
Rahasia
lanjut cerita bagus 👍👍👍👍 suka banget
2021-09-22
1