PC 9

Satria sedang dalam perjalanan menuju rumahnya lebih tepatnya kediaman utama keluarga Farenheit. Satria membawa Vespa kesayangannya milik mendiang kakek mereka dahulu.

Sambil bersiul ria, Satria masuk ke dalam rumah sembari memutar mutar kunci motornya di ujung telunjuk tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya dimasukkannya ke dalam kantong celananya.

"Hay Sabrina, ngapain dek?" Tanya Satria menyapa adiknya yang sedang duduk di ruang santai.

"Belajar," jawabnya singkat.

Sungguh gadis itu benar-benar berubah sekarang, entah apa yang membuatnya menjadi irit bicara seperti itu, setiap ditanya pasti dia hanya menjawab dengan anggukan kepala dan menjawab pertanyaan seadanya.

Satria menghela nafas, bagai ditimpa batu besar, ia merasa sedih melihat adiknya yang mulai tampak seperti orang asing.

"Fuuhhhh, jangan terus terusan begini dek, Abang gak tahan lihat kamu berubah gini gara gara cowok sialan itu!!!" Batin Satria.

Sabrina menjadi pendiam dan dingin sejak ia melihat kekasih atau lebih tepatnya mantan kekasihnya yang memadu kasih dengannya sejak SMA sampai duduk di bangku kuliah justru berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Sejak saat itu Sabrina hancur hati dan malah menutup diri dan hanya fokus untuk belajar belajar dan belajar. Kini gadis itu berada di tingkat akhir perkuliahannya, namun ia tak mau berteman dengan siapa pun lagi sejak kejadian itu.

Saat itu Gadis berusia 20 tahun itu tepat saat dia duduk di semester keempat perkuliahannya, ia memergoki mantan kekasih dan sahabatnya sedang bermesraan di sudut ruangan perpustakaan.

Dengan penuh amarah gadis itu melabrak kekasih dan sahabatnya itu. Namun naas malah dia yang dibully habis habisan dan dituduh sebagai pelakor Alias orang ketiga diantara hubungan mereka.

Sejak saat itu Sabrina tidak percaya dengan laki-laki dan Sahabat, dia membenci semuanya, yang dia tau sekarang adalah belajar belajar dan belajar dan lebih baik diam.

Satria duduk di samping Sabrina. Ia memegang tangan adiknya sehingga membuat gadis itu menatapnya heran namun tidak mengatakan apa-apa.

Sabrina menarik tangannya, seketika ia kembali mengingat saat ia dulu berpegangan tangan bersama mantannya hal itu membuatnya jijik dan kesal.

"Sab, ini Abang, bukan pria bajingan itu!" Seru Satria yang mulai frustasi melihat sikap adiknya yang semakin dingin.

Sungguh remuk hati pria itu melihat adiknya berubah sedrastis itu pada pria.

Sabrina menghindari Satria, ia mengumpulkan semua bukunya dan membawa barang-barang nya ke dalam kamar.

"Hiks hiks hiks, maafkan aku bang, aku...aku takut hiks hiks," tangis Sabrina saat ia masuk ke dalam kamarnya.

Satria menghela nafas panjang, inilah juga yang menjadi alasan Satria memilih tidak menikah sebab melihat hubungan yang rusak Antara adik dan mantannya.

Satria duduk dalam ruangan santai, ia teringat kembali dengan gadis yang ditolongnya tadi.

"Om Rai, apa yang harus Satria lakukan untuk melindungi anak Om?" Batin Satria.

Satria mengambil ponselnya lalu mencari nama asistennya disana dan menghubunginya.

"Bas, cari tau semua informasi tentang Raiden Group dan data data anak mereka!" Titah Satri dan langsung memutuskan panggilannya.

Di seberang sana Bastian yang sedang berendam di bathtub mengumpat kesal pada Satria yang selalu seenaknya.

"Ck...dasar bos batu, seenaknya saja!" Kesal Bastian.

Setelah menghubungi asistennya itu, Satria masuk ke dalam kamarnya, ia akan mempacking barang barang yang diperlukannya untuk pindahan ke rumah baru.

Satria sebenarnya sudah selama satu tahun menjabat sebagai kepala di isi pemasaran, padahal perusahaan itu miliknya, dia rela diperintah oleh bawahannya sendiri di melihat secara langsung kinerja karyawannya.

Selama menjabat sebagai presdir, Satria sangat jarang muncul di hadapan publik, yang mengatasi semuanya adalah Bastian, sehingga para karyawan tidak mengenal jelas siap Presdir mereka.

Setiap datang ke perusahaan sebagai Presdir, Satria akan memakai topi, masker lengkap dengan kacamata hitam, bahkan pakaiannya sedikit dipermak untuk menghilangkan siluet khasnya.

"Tak kusangka aku akan satu rumah dengan seorang perempuan, sepertinya aku akan melanggar prinsip hidupku hahahh," kekeh Satria sambil memasukkan benda benda berharga yang akan dibawa bersamanya ke rumah baru.

Hari terus berlalu, kondisi Rahel semakin membaik, luka lukanya juga sudah sembuh dan kakinya tidak lagi terkilir. Dia memakan obatnya dengan teratur setelah mendapatkan ancaman dari Jenny yang sangat hapal dengan perilaku sahabatnya yang malas makan obat ini.

Hari ini Rahel sedang berbenah meski sudah mempacking barang barangnya sebelumnya.

Besok dia akan pindah ke rumah baru.

Jenny masuk ke dalam kamar Rahel yang sempit itu sambil membawa dua bungkus mie instan yang sudah diseduh dengan air panas.

Huuuhhhh

Huuuhhhh

"Panassss," seru Jenny sambil meletakkan mie instan mereka di atas karpet dimana Rahel duduk.

Rahel berpaling pada Jenny, ia membelalakkan matanya melihat mie instan yang dibawa oleh Jenny.

"Jennyyyyy, kenapa makan mi instan pagi pagi, ya ampun perut kamu bisa sakit loh!!" Pekik Rahel yang membuat Jenny tersentak kaget dengan teriakan sahabatnya itu.

Jenny hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya.

"Heheheheheh, biar cepat sayang aku mau cepat sampai di kantor, ada rapat dengan tim hari ini," ujar Jenny sambil mengaduk aduk mie instan miliknya.

"Kami juga makan itu ya, soalnya bahan makanan pada habis heheh, gak sempat belanja dan kamu juga lagi sakit kemarin," ucap Jenny.

"Fuuuhhh," Rahel mendesah pasrah, ini kebiasaan buruk Jenny yang selalu makan mie instan di pagi hari, entah apa yang akan terjadi dengan tubuh gadis itu nanti pikirnya.

"Hari ini aku sepertinya akan pindah deh Jen, sekaligus berbenah di rumah baru, takutnya kalau besok nggak keburu karena masih harus belanja beberapa kebutuhan," ucap Rahel yang mengubah jadwal kepindahannya.

"Uhukk...uhukk," Jenny tersedak sambil memukul-mukul dadanya.

" Secepat itu?" Tanya Jenny yang dianggukkan oleh Rahel.

" Kenapa Ra?" Tanya Jenny.

"Supaya kamu bisa tinggal di apartemen kamu, kasihan kamu harus jauh dari kantor ke sini, aku gak tega biarkan kamu terburu-buru beberapa hari ini," ujar Rahel.

Jenny menghentikan makanannya, ia menatap Rahel sambil tersenyum.

"Ra, gak kamu baik banget si, akhirnya sadar kalau aku capek, huhuh makasih sayangkuhhh," ucap Jenny.

"Ck...dasar kadala biru, cepat makannya, nanti aku pindahan sendiri kamu gak usah khawatir, malam ini aku masih nginap disini kok," ujar Rahel.

"ashiaapp buk Bos, slurrrppp ahhhhh," seru Jenny sambil menyeruput habis mie instannya.

Rahel mengambil tisu lalu membersihkan wajah Jenny yang sedikit berantakan dan merapikan rambut gadis tomboy itu.

"Udah sana kerja, hati hati di jalan kalau ada apa apa langsung telepon aku!" Seru Rahel.

"Okkay, bye Rara cantik, Nini pergi dulu," ucapnya langsung bangkit berdiri dan berlari begitu saja keluar dari kamar tanpa membersihkan sisa makannya.

Rahel tersenyum menatap sahabatnya itu, keluarga Jenny memang keluarga yang cukup sederhana, namun mereka menerima Rahel dengan baik disini.

Rahel setidaknya memiliki teman di kala susahnya.

Rahel mendesah lagi, ia begitu pasrah dengan kehidupannya saat ini. Ia tak bisa menceritakan semua beban dan ketakutannya pada sahabatnya karena ia khawatir sahabatnya itu akan risau padahal Jenny punya banyak tanggungjawab sebagai seorang kakak perempuan.

Rahel merapikan barang-barang yang akan dia bawa dengan rapi.

Setelah semuanya beres ia memakan mie instan yang dibawa Jenny tadi lalu turun ke bawah untuk membersihkan rumah.

Rahel membuka kulkas yang kosong, dua hari lagi Paman, Bibi dan adik adik kecilnya akan pulang ke rumah setelah berlibur.

"Sepertinya a ku harus belanja dan mengisi kulkas kosong ini," pikir Rahel.

Drrrttt

Ponselnya bergetar, tampak seseorang memanggil.

Ia melihat nama itu, Rahel menyerngitkan keningnya saat nama Satria tertera di ponselnya.

"Satria? Ada apa?" Pikirnya.

"Halo Sat," jawab Rahel.

"Halo, kamu udah sehat apa belum?" Tanya Satria.

"Sudah kok, makasih udah bantuin waktu itu," ujar Rahel.

"It's Okay, emmmm Ra boleh minta bantuan gak?" Tanya Satria.

"Boleh, ada apa emang?" Tanya Satria.

"Gini aku lagi nyari gorden sama perkakas rumah cuma gak tau milih yang bagus, kami bisa bantu gak? Sekaligus mau belanja buat kebutuhan dapur!" Seru Satria.

"Wah pas banget aku juga mau belanja nih, oke boleh kok," jawab Rahel dengan senang hati membantu Satria.

"Oke, kalau begitu aku jemput kamu ya, di rumah itu kan?" Ucap Satria memastikan.

"Iya, " jawab Rahel.

Mereka pun mengakhiri pembicaraan mereka. Rahel dan Satria sekarang dengan mudah bisa sedekat itu padahal mereka belum terlalu lama kenal.

Setelah kejadian kemarin, Satria yang memang memiliki sedikit teman wanita akhirnya bisa menemukan teman yang cocok diajak berbincang bincang dan sefrekuensi dengannya.

Begitu juga Rahel, dia merasa senang bisa berteman dengan orang baik seperti Satria.

.

.

.

hai jangan lupa liek, vote dan komentarnya ya 😊😊😊

Terpopuler

Comments

tris tanto

tris tanto

sm sodara kndung agak gmn gtyu ya dipegang gk mau,,ada hubungn darah kn mestinya gk jijik harusnya mlh merasa dilindungin terlindungin dsbnya,,brrti sm bpkny jg gtyu dong

2023-08-15

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SEBAGAI ABANG, HRSNYA LO BELA TU ADEK LO,, BERI PELAJARAN LH SAMA PRIA YG SAKITI HATI ADEK LOO... GK GENTLE AMAT JDI LAKI2 DN SBAGAI ABANG..

2023-08-05

0

chikaa adja

chikaa adja

tuhkaan..blom apa2 udah goyah euy wkwkwkk

2022-01-25

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!