Brakk
Satria menghempaskan pintu kamar itu, mata Satria dan Jenny terbelalak melihat tubuh Rahel tergantung dengan selendang kain yang dijadikan pengikat di tiang rumah itu.
"Raheeell!!" Teriak mereka panik saat melihat nafas gadis itu sudah tersengal-sengal dan wajahnya membiru.
Satria dengan cepat mengambil kursi dan Jenny mengambil cutter dari dalam tasnya,dia selalu membawa alat itu di tasnya.
Sraakk
Satria yang sudah memegang tubuh Rahel langsung memotong kain itu dengan cutter pemberian Jenny.
Jenny terisak saat melihat sahabatnya mencoba mengakhiri hidupnya sendiri.
"Rahel...hiks..hiks....hiks..." jenny menangis melihat Tubuh Rahel yang membiru.
Dengan cepat Satria membuka ikatan di leher Rahel. Satria mendekatkan telinganya pada tubuh gadis itu.
Deg....
"Denyut jantungnya melemah, Jenn telepon ambulance cepat!!" Ucap Satria panik saat merasakan denyut jantung dan nafas Rahel melemah bahkan jantungnya terasa mulai berhenti berdetak.
Pria itu langsung meletakkan tubuh Rahel dengan posisi terlentang, kedua tangannya di buka lebar.
Satria duduk di atas tubuh Rahel dan mulai memompa dada gadis itu alias melakukan CPR (Cardiopulmonary Recustitation) sebagai pertolongan pertama bagi yang mengalami gagal jantung.
Dap
Dap
Dapp
Satria terus memompa dada Rahel, denyut nadi Rahel mulai melemah saat Satria mengecek tubuh Rahel tadi.
"Fuuhhhh......"
Satria melakukan nafas buatan dari mulut ke mulut hingga beberapa kali dan melakukan CPR terus menerus bergantian dengan nafas buatan.
"Kumohon bertahanlah," ucap Satria di sela sela CPR nya.
Dapp...
Dapp..
Dapp...
"Raaahelll ayolah banguuunn!!" Teriak Satria mulai frustasi saat Rahel semakin melemah dan tidak merespon.
"Ya Tuhan tolong Rahel..." Ucap Satria masih dengan posisinya melakukan CPR.
Jenny menelepon ambulance dia begitu panik dan terpukul saat ini, bahkan tangannya gemetaran saat menelepon ambulance.
Satria terus melakukan CPR hingga...
"Huuufftt....."
Rahel mulai bernafas lagi, Satria mendekatkan telinganya ke hidung Rahel yang masih belum sadarkan diri.
"Arhhh....dia bernafas haah...hahh...hahh," ucap Satria langsung turun dari tubuh Rahel setelah berhasil membuat gadis itu bernafas kembali.
"Bagaimana apa sudah kau hubungi?" Tanya Satria pada Jenny yang terduduk lemas sambil menatap Rahel yang mulai bernafas dengan teratur.
Jenny hanya mengangguk lemas, dia tak bisa berkata-kata tubuhnya lemah saat melihat Rahel hampir saja mati jika mereka terlambat sedetik saja.
Satria langsung menarik tangan Jenny yang tampak tak tau arah.
"Jenny, sadarkan dirimu, Rahel butuh kamu!!;" Bentak Satria membuat Jenny tersadar.
"Ba..bagaimana ini pak? Rahel arhhhh harusnya kutemani diaaa!!" Tangis Jenny sambil menggenggam tangan Rahel yang mulai menghangat.
"Tenang, kita harus tenang," ucap Satria meski dirinya sangat panik saat ini.
Terdengar suara Ambulance dari luar, dengan cepat Satria mengangkat tubuh Rahel lemah.
"Ayo Jen cepat, ahh tolong kamu kunci pintu rumah ini, itu kuncinya di pintu kamar itu, kita ke rumah sakit sekarang!" Ucap Satria langsung turun ke bawah sambil menggendong Rahel.
Jenny melakukan semua perintah Satria dengan benar.
Tubuh Rahel langsung di masukkan ke dalam ambulance.
"Dia tadi mengalami gagal jantung, namun denyut nadinya sudah kembali," jelas Satria pada petugas medis itu.
"Baik tuan!" Ucap mereka dan langsung memberikan penanganan lanjutan untuk Rahel.
Satria dan Jenny masuk ke dalam ambulance mendampingi Rahel.
Dengan cepat Satria menghubungi asistennya untuk mengamankan rumahnya sementara ini.
"Bas, tolong jemput mobil di rumah aku menuju rumah sakit Cipta sekarang!" Ucap Satria dan langsung memutus panggilannya sebelum Jenny curiga padanya.
Mereka melaju menuju rumah sakit dengan cepat, beruntung Rahel langsung di tangani oleh orang yang mengerti gagal jantung seperti Satria, jika tidak, Rahel mungkin sudah mati saat ini.
Di perusahaan, Bastian tampak terkejut setelah menerima panggilan dari sang Presdir utama Farenheit Grup, apalagi suara Satria tampak khawatir dan panik saat menelepon dirinya.
"Ada apa ini?" Pikir Bastian.
Pria berparas tampan itu melangkahkan kakinya keluar dari perusahaan dengan wajah datar dan dingin seperti biasa ia tunjukkan pada karyawan kantor itu.
Rahel sudah di tangani di rumah sakit, dokter mengatakan bahwa nyawa Rahel hampir saja kehilangan nyawanya jika tidak ada Satria saat itu.
Jenny dan Satria duduk di ruang tunggu, mereka belum diperbolehkan masuk sebelum Rahel sadarkan diri.
"Apa kau tau kenapa dia melakukan itu Jen?" Tanya Satria.
Jenny menangis tersedu-sedu tampak gadis itu juga sangat terguncang saat ini.
"Jenn, kau harus kuat!" Ucap Satria.
Jenny menatap Satria dengan berderai air mata.
"Dia mengalami depresi pak, dia...dia arhhh....dia sangat kesulitan menghidupi dirinya sendiri, keluarga pamannya membuang dirinya dan merebut semua aset keluarganya," ujar Jenny.
"Bisa kau ceritakan lebih tentang Rahel Jen?" Pinta Satria.
"Kumohon," ucapnya lagi.
"Rahel dulu bukan gadis yang mudah menyerah, dia gadis berbakat dengan segudang prestasi, bayangkan saja dia bisa Lulus S1 di usia 19 tahun namun kemalangan menimpa dirinya saat mimpi nya sedang berada di puncak," ucap Jenny sambil mengusap air matanya.
"Kedua orangtuanya meninggal karena sakit setelah mengalami kebangkrutan, menurut Rahel kebangkrutan keluarga mereka hanyalah akal akalan paman Rahel,"
"Menurut pengakuan Rahel, dia ditendang dari rumahnya sendiri namun dilaporkan pada sanak keluarga kalau dia di kirim ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah dengan alasan tidak tahan tinggal di Indonesia, padahal nyatanya mereka menjadikan Rahel gelandangan dan menutup semua informasi tentang gadis itu," ucap Jenny.
Satria terkejut, "Pantas saja kami tak bisa melacak keberadaan Rahel setelah kematian om Raiden, ternyata informasi tentang Rahel di palsukan, bahkan aku tak bisa menemukan satu pun foto Rahel" batin Satria.
"Lalu?" Tanya Satria lagi.
"Selama kuliah, Rahel terus di bully apalagi oleh sepupunya yang sekarang duduk di jajaran eksekutif V.R grup, gadis licik itu selalu membuat Rahel depresi dengan segala kelakuan jahatnya,"
"Tak ada yang mau berteman dengan Rahel saat itu, semuanya berubah saat mengetahui perusahaan keluarga Raiden bangkrut, Rahel hanya berteman denganku, sejak saat itu sikap Rahel benar benar berubah, dia menjadi mudah depresi bahkan sampai mengonsumsi alkohol secara sembunyi-sembunyi," terang Jenny.
Satria sangat terkejut mendengarnya cerita ini.
"Arhhh...aku terlambat" batin Satria.
"Kenapa juga waktu itu aku tidak meminta foto Rahel pada Om Raiden, arhhh sial!" Batin Satria.
"Rahel memang mengalami depresi namun tak kusangka akan separah ini sampai dia mengonsumsi obat itu selama hampir setahun ini, setiap kutanya dia selalu bilang kalau itu vitamin sambil tersenyum, arhhh...hiks hiks hiks...bodohnya aku tidak langsung memeriksanya waktu itu," sesal Jenny.
"Jangan menyesali yang sudah terjadi, sekarang kita harus memusatkan perhatian kita pada Rahel jangan sampai kejadian ini terulang lagi!" Ucap Satria.
"Baik pak," ucap Jenny.
Satria maupun Jenny terdiam di depan ruangan Rahel, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Jadi selama ini dia semenderita itu, ahhhh seharusnya kucari dia waktu itu setelah om Raiden meninggal, kami dengan polosnya yakin kalau anak Om Raiden aman bersama keluarga pamannya, namun ini yang ku dapatkan!!" Batin Satria.
"Jika Mom dan Dad sampai tau masalah ini, V.R grup pasti hancur saat ini juga," batin Satria.
"Emmmm....Pak Satria, boleh saya tanya sesuatu?" Tanya Jenny.
"Silahkan," ucap Satria.
"Kenapa Bapak punya kunci rumahnya Rahel?" Tanya Jenny penasaran.
"Kami tinggal serumah," ucap Satria dengan gamblang, Jenny terbelalak kaget dengan ucapan Satria.
"A..a.apa pak? Kenapa bisa? Ada apa ini? Ke..kenapa bisa kalian tinggal bersama!?" Ucap Jenny terkejut, dia sampai membuka lebar-lebar rahangnya saking terkejutnya.
"Akan ku jelaskan, tapi tolong jangan beritahu pada Rahel dulu jika ingin pekerjaan mu tetap selamat," ancam Satria.
"Ba..baik pak," jawab Jenny gugup.
"Dia menyewa lantai dua rumahku, kupikir awalnya penghuni lantai dua adalah seorang pria, ternyata dia adalah Rahel, tapi aku belum memberitahukan hal itu padanya," jelas Satria.
"Ohhh, lalu cincin itu?" Tanya Jenny.
"Apa kau bisa di percaya?" Tanya Satria balik.
Glekk
Jenny menelan kasar Salivanya.
"Bisa pak," jawabnya gugup.
"Ini hanya alat perlindungan diri, kau tentu tau kan kalau Rahel punya pasangannya, itu hanya kebetulan," ucap Satria.
"Ahhh...baiklah," ucap Jenny paham.
"lebih baik aku tidak banyak bertanya daripada karirku hancur di tangan pria misterius ini," batin Jenny.
.
.
.
jangan lupa like vote dan komen 😊😊
Rahelnya di gantung dua hari 😌😅😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Gala
lanjut tor, penasaran akuuuuu
2021-09-19
0
santi
ayo author up terus
2021-09-19
1