"hufftt Satria sepertinya ini cukup deh, kamu mau beli semua isi mall ini?" Ucap Rahel mendengus lelah padahal belanja mereka baru tiga pasang pakaian kerja.
"Apa? Kamu mau membeli seluruh mall ini? Waduh uang aku mana cukup Ra, " goda Satria yang sedang melihat-lihat sepatu untuk wanita yang akan dipilihnya untuk Rahel tanpa sepengetahuan gadis itu.
Pletak
Rahel memukul punggung Satria sehingga membuat pria itu terkejut dan meringis kesakitan.
"Ck...aku gak bercanda Satria, udah kubilang aku gak bawa uang," kesal Rahel dengan wajah lelah.
"Iya iya maaf, emmm kamu bantu aku pilih sepatu dong, buat adikku dia cewe kurasa ukuran kaki kalian sama," ucap Satria sambil memilih milih sepatu perempuan di depannya.
"Adikmu? Seperti apa orangnya?" Tanya Rahel yang mulai mengitari rak sepatu dengan serius.
"Kenapa kau bertanya seperti apa dia, aku butuh sepatu loh Ra," ujar Satria sambil menjinjit dari rak sepatu di sebelah Rahel agar dia bisa melihat gadis itu.
Rahel merotasikan kedua bola matanya.
"Aku harus tau seperti apa dia supaya bisa memilih sepatu yang tepat Satria," ucap Rahel membalas tatapan Satria.
"Ohhh, ternyata selera cewek beda ya, semuanya harus sinkron!" Celetuk Satria.
"Hmmm, ya udah jelasin gimana orangnya?" Ucap Rahel.
"Ummm dia dulu ceria dan banyak berbicara tapi akhir-akhir ini dia tiba-tiba sering jadi pendiam dan irit bicara, aku kasihan lihatnya, dia banyak berubah entah karena alasan apa," jelas Satria.
"Ohhh, umurnya?" Tanya Rahel.
"20 tahun dan dia sedang kuliah semester akhir," ucap Satria.
"Perawakannya bagaimana?" Tanya Rahel yang kini berdiri di rak sepatu sport.
"Dia cantik, tinggi, matanya bulat besar seperti boneka Barbie, hidung mancung, dan wajahnya tembem,lebih baik kamu lihat fotonya deh," terang Satria sambil berjalan dan memberikan ponsel pada Rahel.
Rahel menerima ponsel Satria dan melihat foto gadis cantik di ponselnya lalu mengamati wajah gadis yang tersenyum di layar ponsel pria itu.
"Ohhh, ummm kalau begitu mungkin ini akan cocok padanya," ucap Rahel menyerahkan ponsel Satria sambil mengangkat sepatu sport berwarna putih.
"Dia cenderung pendiam dan tapi menurutku itu bukan kepribadiannya yang sebenarnya, lagi pula dia mahasiswa dan akan lebih nyaman memakai sepatu seperti ini," jelas Rahel.
"Oke deh, aku ambil ini!" Ucap Satria dengan senyum sumringah di wajahnya.
"Kamu coba dulu apa pas atau nggak," ucap Satria.
"Itu udah sesuai ukuran sepatuku, pasti akan pas!" Ucap Rahel.
"Baiklah, kamu tunggu disini ya aku bayar ke kasir dulu," ucapnya sambil melihat nomor sepatu itu, Satria mengambil sepatu perempuan yang dilihatnya tadi dan menyesuaikan dengan nomor seperti itu yang nantinya akan dia berikan pada Rahel.
Rahel duduk di kursi yang disediakan oleh Pemilik toko itu.
"Wah enak sekali punya kakak ya," batin Rahel, sepertinya gadis itu sedang sedih saat ini, sedari tadi kata kata Dea dan teman temannya terngiang di kepalanya, hanya saja dia menutupinya dari Satria.
Satria dan Rahel sudah selesai dengan urusan mereka di mall, mereka juga telah membeli kebutuhan dapur saat diperjalanan tadi. Satria mengantarkan Rahel sampai ke rumah yang ditinggali Rahel saat ini.
"Thanks ya Satria," ucap Rahel saat mereka di depan pintu rumah,Satria membawakan barang belanjaan mereka.
"Ahh it's okay Ra, kita kan teman," ucapnya sambil meletakkan sebuah paper bag hitam di dekat belanjaan Rahel tanpa sepengetahuan gadis itu.
"Oke, sampai ketemu di perusahaan!" Ucap Rahel sambil melambaikan tangannya pada Satria dengan senyuman tipis di bibirnya namun matanya tampak sendu dan Satria menyadari itu.
"Bye Ra, semangat!!" Seru Satria yang di balas anggukan oleh Rahel.
Satria pergi dari rumah itu, dia meninggalkan rumah Rahel dengan perasaan tak karuan sebab dia sadar dengan ekspresi gadis itu, ekspresi tak punya harapan dan putus asa.
"Dia tertawa tapi hati dan pikirannya entah kemana, kasihan kamu Ra," gumam Satria di Atas motornya.
"Dia pasti memikirkan ucapan gadis gadis gila tadi, cih...awas kalian di kantor!!"batin Satria.
"Om Raiden, Satria akan tepati janji Satria, gadis itu sudah datang, Satria akan menjaganya sesuai janji Satria beberapa tahun lalu!" Tekad Satria sudah bulat.
Sementara itu di dalam rumah milik keluarga Jenny, Rahel tampak membawa barang belanjaannya dengan wajah murung.
Brukk
Semua brang belanjaannya di jatuhkan di atas lantai. Rahel berjongkok dan memeluk lututnya sambil menunduk.
"Arhh...huhuhuhu,Mom, Dad Rahel gak kuat hiks hiks hiks, arhhh Mommy, Daddy, tolong Rahel huhuhu," Rahel menangis tersedu-sedu,bahkan nafasnya sampai tersengal-sengal.
Cacian dan hinaan Dea dan teman-temannya terus berputar-putar di kepalanya. Pertahanannya runtuh seketika, tangisan nya menggema di seluruh ruangan itu, begitu pedih dan menyayat hati.
"Mommy, Daddy arhhh.....Rahel gak sanggup hiks hiks hiks, Rahel mau sama Mom dan Dad aja huhuhu, Mereka jahat," tangis gadis itu tersedu-sedu, dia menepuk dadanya yang terasa sesak, dia menumpahkan air matanya sampai membasahi lantai, sakit sekali hatinya hari ini.
Dia memang sedikit terhibur saat bersama Satria tadi, namun dia adalah gadis yang benar-benar sensitif setelah kematian kedua orangtuanya, sehingga setiap cacian dan makian itu akan tersimpan di dalam hati dan pikirannya.
Hal inilah yang perlahan-lahan membunuh mental gadis itu, membuatnya menjadi seorang yang lemah.
Lelah karena menangis tak membuatnya lega, Rahel bangkit berdiri, dia mengusap air matanya lalu membawa barang belanjaannya ke dapur untuk disusun disana.
Selesai dari dapur, Rahel membawa paper bag berisi pakaian yang di belinya bersama Satria tadi, lebih tepatnya Satria mentraktir gadis itu dengan segala rayuan agar dia mau menerimanya.
Rahel membuka kamarnya yang sempit, dia sudah mempacking barangnya yang tidak banyak itu. Rahel membereskan semua barang-barangnya dan memasukkan ke dalam koper.
Setelah selesai berbenah, Rahel membawa barang-barangnya keluar dari kamar. Dia akan pindah hari ini, rasanya sudah cukup dia merepotkan keluarga Jenny selama ini, dia harus mandiri pikirnya.
Rahel meninggalkan beberapa catatan tertulis di kulkas berisi pesan tentang bahan makanan dan kepindahannya agar Jenny tau, dia belum pernah membawa sahabatnya itu melihat kontrakan barunya karena memang tak sempat.
Setelah selesai, Rahel keluar dan membawa barang-barangnya, dia menatap rumah itu sambil tersenyum.
"Terimakasih sudah menerimaku beberapa tahun ini, aku akan pergi," gumam gadis itu sambil menatap rumah sederhana itu.
Rahel meletakkan kunci yang biasanya dia pegang, dia menyembunyikan di bawah pot bunga di dekat pintu rumah itu seperti biasa mereka lakukan.
Rahel menyeret dua buah koper miliknya dan di lengannya ia menenteng sebuah tas yang cukup besar.
Rahel sudah memesan taksi sebelumnya, dia masuk ke dalam taksi tersebut setelah keluar dari rumah dan memasukkan kopernya ke dalam taksi.
Gadis itu pergi dengan tatapan kosong menuju rumah kontrakan barunya.
"Apa aku bisa Mom, Dad? Aku lelah hiks hiks hiks, apa aku menyerah saja?" Batin Rahel, tanpa sadar air mata menetes lagi, namun dengan cepat dia mengusap sebelum supir taksi itu melihatnya.
Beberapa menit perjalanan, Rahel tiba di komplek dimana kontrakan barunya terletak.
Dia mengeluarkan barang-barangnya dari dalam taksi di bantu oleh supir taksi itu.
"Terimakasih pak," ucap Rahel sambil memberikan ongkosnya.
Rahel membuka pagar rumah itu, dia menyeret kopernya masuk ke dalam rumah itu.
"Selamat datang di rumah baru," gumam Rahel sambil membuka pintu rumah itu.
Rahel masuk ke dalam rumah itu dan menyeret kopernya, dia menatap anak tangga yang Cukup banyak itu.
"Hufftt, " dia mendesah berat.
Perlahan-lahan Rahel membawa barang-barang nya menaikkan satu persatu dengan sabar.
"Arhh... hufftt!!" Rahel mendesah lelah, dia tidur di atas lantai ruangannya sambil menatap langit-langit rumah itu.
Air matanya kembali tumpah, dia merasa sangat depresi saat ini. Dia tak mau bercerita pada sahabatnya karena doa takut Jenny akan kepikiran dan malah jadi repot.
"Arhhh.... huhuhuhu, mom, dad Rahel rinduu!" Tangisnya tersedu-sedu, dia meringkuk di atas lantai sambil memeluk lututnya.
.
.
.
Jangan lupa like vote dan komen 😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ayyamahfuddin
thor tolong perbaiki typonya soalnya namanya ntar luna ntar rahel jadi bingung saya
2021-09-30
0
Rida Nazilatul
di tunggu kelanjutannya thor,, nggak sabar ni
2021-09-16
1