PC 6 Ok Teman

Satria ikut menatap langit, ia tak menyangka bahwa ia mendengar jawaban yang begitu pasrah dari seorang gadis muda yang kehilangan harapan itu.

"Ra, apa kamu gak punya harapan gitu, atau cita-cita atau mimpi yang pingin kamu gapai?" Tanya Satria tiba-tiba.

Rahel menatap Satria sebentar lalu kembali melemparkan pandangannya ke hamparan langit dengan hiasan gula gula kapas berwarna putih di atas sana.

"Dulu aku punya impian sebelum semuanya hilang dan di ambil dariku, Tuhan udah ambil semua yang berharga dalam hidupku, orangtuaku, sahabat-sahabatku semuanya tak ada yang tersisa," ucap Rahel berusaha membendung tangisannya.

"Aku tidak pernah sekalipun tidur dengan tenang, banyak hal yang kulalui dan hanya aku yang tahu, ini terlalu berat Sat, jika aku tidak bisa membalaskan dendam ini, aku akan memilih mati secepatnya," tambah Rahel lagi.

"Maaf kalau aku jadi curhat yang nggak-nggak, aku butuh teman bicara, setidaknya aku yakin kau tidak akan khawatir denganku jadi aku menceritakan semua yang bahkan sahabatku sendiri tidak ketahui," ujar Rahel.

"Aku sudah hancur Sat, tak ada yang mau menerimaku, mereka semua hanya mencari keuntungan dariku, inilah alasannya aku tidak mau jatuh cinta karena pada akhirnya akan menderita dan ditinggalkan sendirian lagi," tambah Rahel, tak terasa air matanya menetes membasahi pipinya.

"Bagaimana kalau ada seseorang yang mengatakan bahwa dia mencintai dan mau membantumu membalaskan dendam mu?" Tanya Satria.

"Ck...sebelum itu terjadi aku akan meninggalkan dunia ini," jawab Rahel.

Satria tersentak, sungguh bukan jawaban ini yang diinginkannya, sungguh wanita yang kelihatan ceria dan bahagia dari luar itu ternyata menyimpan banyak luka di hatinya.

Satria menegakkan tubuhnya, ia dengan berani memutar tubuh Rahel dan kini mereka duduk saling berhadapan.

Satria menatap mata Rahel dengan tajam, Rahel menatap matanya dengan sendu, tersurat kesedihan di balik mata itu.

"Ra, apa pun yang terjadi dengan hidupmu jangan sembarang mengambil keputusan, Tuhan memberikan kesempatan bagimu untuk membalas semua perbuatan keluargamu dan membalas perbuatan semua orang yang dulu pernah dekat denganmu," ucap Satria dengan serius.

"Kau itu terlalu berharga untuk jatuh ke lubang hitam itu, mereka semua akan semakin menertawakan dirimu jika mereka melihatmu terpuruk dan malah meninggalkan dunia ini bahkan sebelum berhasil melakukan misimu!" Tambahnya lagi.

"Tapi...ini terlalu sulit Sat hiks...hiks...hiks, aku...aku gak kuat, aku gak sanggup kalau harus begini terus, disini...disini....Rasanya sesak, sangat sakit hiks hiks hiks," Rahel akhirnya menangis sesenggukan tak mampu menahan tangisnya di depan pria itu.

Rahel menepuk dadanya yang terasa sangat sesak, ia tertunduk sambil menangis sesenggukan.

Untuk pertama kalinya Rahel menangis di hadapan seorang pria setelah kematian orang tuanya. Dan untuk pertama kalinya Rahel mau di pegang oleh seorang pria bahkan duduk berdua seperti ini sambil berbincang.

Satria menghela nafas, ia tidak tau caranya menenangkan seorang wanita, ini pengalaman pertamanya sedekat ini dengan seorang wanita bahkan mereka baru saja kenal beberapa jam yang lalu dan yang anehnya mereka sama sama nyaman.

"Hufftt....memang rasa sakit di hati itu yang paling menyakitkan!" Ucap Satria sambil melepas tangannya dari bahu Rahel, ia juga menunduk.

Untuk sejenak mereka tak berbicara, Rahel mulai bisa mengendalikan dirinya, Satria menyadari Rahel sudah berhenti menangis.

"Ra," ucap Satria.

Rahel mengangkat kepalanya, tampak wajahnya sembab, hidungnya memerah dan pipinya terlihat ikut memerah karena menangis.

"Semangat lah, jangan menyerah dengan hidupmu, aku yakin kau pasti bisa membalaskan dendam keluargamu, kau pasti berhasil dan tunjukkan pada dunia kalau seorang Rahel itu kuat!" Ucap Satria.

"Asal kau tau, kita punya masa lalu yang sedikit mirip, kita sama-sama ditinggalkan sahabat-sahabat kita karena orangtua yang bangkrut," ucap Satria.

Rahel sedikit terkejut, ia menatap Satria dan mencari tahu maksud pria itu.

"Mirip? Apa kau juga tidak mempunyai orang tua?"tanya Rahel.

"Aku punya, bersyukur Tuhan belum menjemput mereka," jawab Satria.

"Dulu keluarga kami punya toko perhiasan dan cukup berkembang, tiba-tiba saja Dad terikat dengan utang karena kesalahan manajemen keuangan, kami sempat hidup miskin, seperti yang kamu alami," tambah Satria.

"Bahkan aku sempat kena bully sewaktu SMA, kejadian itu dilihat langsung oleh Mommy ku, dia hancur berkeping-keping waktu itu saat melihat putra sulungnya dihina, di ledek dan dihajar habis habisan oleh anak-anak dewan sekolah," ucapnya lagi.

"Lalu?" Ucap Rahel.

"Setelah mengalami itu kami bekerjasama membangun kembali bisnis Daddy, beruntung waktu itu ada sahabat Dad yang bantu kami akhirnya kami bisa setidaknya memiliki usaha yang cukup untuk kehidupan kami sehari-hari," jelasnya.

"Itu juga yang menjadi alasanku tidak mau menikah, aku hanya ingin fokus membahagiakan keluargaku, mereka sudah terlalu sakit selama ini," ucapnya lagi.

"Kamu kan enak, mau sesulit apa pun masih ada orang tua yang mendukung kamu, setidaknya kamu masih punya alasan buat berjuang, sementara aku...haahh...sudahlah," Rahel hanya bisa pasrah dengan keadaan hidupnya.

Pletak

"Aku ngomong panjang lebar bukannya kamu makin semangat, kenapa pikiranmu pendek sekali sih dasar ganggang laut!" Ketus Satria sambil menyentil kening Rahel.

"Awhhh, shhhh....sakit tau Sat," Rahel kesal dengan perbuatan Satria di menggosok keningnya yang terasa nyeri karena sentilan maut Satria.

"Kenapa juga kamu manggil aku dengan sebutan itu, ck...dasar tukang pukul!" Ketus Rahel sambil menatap Satria dengan tatapan kesal.

"Aku bukan tukang pukul loh Ra," balas Satria.

"Terserah," balas Rahel.

"Jadi gimana? Masih mau mengakhirinya hidup kamu setelah mendapatkan kembali perusahaan orangtuamu?" Tanya Satria.

"Entahlah, aku belum punya alasan untuk tetap bertahan di dunia ini," balas Rahel sambil menengadah ke atas langit.

"Aku yakin kamu pasti akan menemukan alasan kamu untuk bertahan," ucap Satria sambil menepuk pundak Rahel.

"Hmmmm...semoga saja, terimakasih sudah menemaniku bicara, rasanya lega bisa mengeluarkan itu semua," ucap Rahel sambil menatap Satria.

"Jangan sungkan, kita kan teman!" Ucap Satria sambil tersenyum ramah.

"Oke teman !" Sahut Rahel membalas senyuman Satria.

"Nah gitu dong, senyum manis semanis gula, secerah mentari, sebening kristal, selembut embun apa lagi?" Ucap Satria dengan wajah konyolnya.

"Prfffffttthhh hahahhahaha, kau bisa saja hahahah," Rahel akhirnya bisa tertawa dengan melihat tingkah Satria.

"Hahahah, ngungu ngak ngak ngungu ngak ngak, akhirnya nona Rehl tersenyum yippi yippi wohooooo...." Ucap Satria sambil berdiri di depan Rahel menirukan gerakan monyet sambil melompat-lompat kegirangan .

"Pfftttthhh hahahhahaha, hahahahah kau persis sekali dengan monyet hahahha," Rahel tertawa terbahak-bahak.

"Kokokptokok...petok..petok..kokopetokok, terimakasih Satria baja Sudah menghibur Rahel!"ucap Rahel yang ikut bangkit berdiri dan menirukan gaya ayam, jadilah mereka bertingkah seperti anak kecil yang sedang bermain di taman bermain.

"Hahahhahahahaah," mereka berdua tertawa terbahak-bahak dengan tingkah mereka masing-masing, Rahel dan Satria sampai ngos ngosan karena terlalu banyak tertawa.

"Hufftthh haaaahhhhhhhhh," Rahel berteriak melepaskan semua bebannya.

"Haaaaaaahhhhhhhh," Satria juga ikut berteriak.

Mareka saling memandang lalu tersenyum, layaknya seorang sahabat mereka melakukan tos lima jari.

"Semangat!!" Teriak mereka berdua.

"Masih mau disini?" Tanya Satria.

"Oh, eh aduh maaf jadi ngambil waktu kamu," ucap Rahel tidak enak hati.

"Santai aja," ucap Satria.

"Kalau begitu kita pulang aja, hari juga udah sore," ucap Rahel .

"As your wish girl!" Ucap Satria sambil mengacak-acak rambut Rahel lalu berlari menuju vespanya sambil tertawa kecil.

"Satriaaaaaaa!!" Teriak Rahel kesal.

"Hahahahah, cepatlah Ra, aku masih ada urusan!" Teriak Satria.

"Iya sabar!!" Seru Rahel.

Rahel berjalan pincang, Satria baru sadar kalau kaki Rahel belum sembuh, ia langsung datang dan membantu gadis itu agar tidak terjatuh karena jalan yang tidak rata.

"Sini ku bantu!" Ucap Satria dengan cepat menggendong Rahel dengan kedua tangannya.

Rahel membelalakkan matanya, ia terkejut dengan perlakuan Satria.

"Yaaaaaaa....kenapa main gendong segala sih!!" Teriak Rahel kesal.

"Ssstttt diamlah atau orang orang akan berpikir aku sedang menculikmu!" Ucap Satria.

"Ck...haissshhh," Rahel hanya bisa pasrah lagi pula kakinya masih sakit.

Satria mendudukkan Rahel dengan pelan di kursi belakang, lalu ia duduk di depan. Mereka pun melaju menuju tempat tinggal Rahel.

"Berangkaaaattt!" Seru Satria.

"Let's go!!"Rahel juga melakukan hal yang sama.

.

.

.

.

Terkadang kamu akan menemukan orang-orang baik yang Tuhan kirim untuk menemanimu berbicara, mungkin hanya dalam sekali pertemuan, atau bisa saja pertemuan untuk takdir selanjutnya.

Terpopuler

Comments

Lili Yoon

Lili Yoon

mungkinkah sahabat Daddy nya satria adalah ayahnya Rachel yg Uda nolongin keluarga farenheit dr kemiskinan ?

2021-11-05

0

Dee

Dee

Assalamualaikum kak.
Aku udah baca dan semangat terus ya...

Jangan lupa baca karyaku juga.

-PEREMPUAN DAN LANGIT.
-LUCA

Makasih..

2021-09-29

0

Antariksa 01

Antariksa 01

next

2021-08-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!