PC 5 Curhat

berbincang layaknya teman, Satria dan Rahel melaju menuju sebuah klinik yang kebetulan searah dengan jalan ke rumah dimana Rahel tinggal sementara sebelum ia pindah.

Pertemuan pertama mereka cukup menyenangkan dengan beberapa obrolan ringan tentu saja karena mereka memiliki cara pandang yang sama dan selera humor yang mirip sehingga tidak sulit bagi keduanya untuk menjalin komunikasi.

Satria adalah pria yang ramah, baik dan sopan tentunya begitu juga dengan Rahel, dia adalah gadis cantik dengan rambut berwarna hijau tua khas yang sangat di sukainya, memang Luna selalu berganti warna rambut, baginya itu salah satu cara menyenangkan dirinya.

Satria memapah Rahel menuju Klinik itu, tanpa mereka sadari ternyata di jari mereka masing-masing tersemat Cin Cin pernikahan yang mereka beli secara terpisah.

Akhirnya Rahel ditangani oleh petugas medis dan di beri resep obat untuk luka luka serta kakinya yang terkilir. Satria tipe pria yang bertanggungjawab, ia membantu Rahel dengan senang hati namun Rahel malah merasa tidak enak.

"Sat makasih banyak loh, jadi ngerepotin nih," ujar Rahel merasa tidak enak.

"Kalau ngerepotin traktir dong, gak ada yang gratis di dunia ini," ucap Satria.

"Hehh...iya iya, entar aku traktir deh, tapi tunggu ini sembuh dulu, kamu punya ponsel kan kasih nomornya biar bisa ku telpon nanti kalau udah bisa traktir," tukas Rahel.

"Oke sini biar ku ketikkan," balas Satria.

Satria mengambil ponsel Rahel, meski dia seorang bos yang menyembunyikan jati dirinya, Satria selalu berpikir rasional, dan baginya traktiran seperti ini adalah hal yang wajar.

"Ini udah ku simpan, entar kalau udah sembuh traktir ya hehehe," balas Satria sambil tertawa kecil.

"Tenang aja Sat, entar aku traktir makan banyak deh," ujar Rahel.

"Ya udah alamat kamu dimana biar aku antar, aku masih ada urusan lain soalnya," ucap Satria.

"Ke jalan Kamboja gang Mawar, entar aku tunjukin rumahnya," ucap Rahel.

"What? jauh banget, jadi kamu naik sepeda dari situ ke rumah tadi? jauh banget Ra," ucap Satria terbelalak, dia sedang memapah Rahel menuju

"Iya, makanya aku pindah ya karena memang jauh banget soalnya aku di terima di Perusahaan Farenheit, jadi ya pindah ke lingkungan itu, beruntung banget bisa dapat sewa murah dengan tepat senyaman itu," jelas Rahel.

"Ahh... perusahaan Farenheit ya, aku juga kerja disana, kamu pasti karyawan baru ya," tanya Satria.

"Iya, wah jadi kita satu kantor dong, kamu divisi mana?" tanya Rahel.

"Pemasaran," jawab Satria singkat.

"Eh satu divisi, berarti kamu senior aku dong, wah mohon bantuannya pak Senior!" ujar Rahel yang merasa senang karena mengenal satu orang senior di divisi dimana ia di tempatkan sesuai kontrak kerja yang di berikan.

"Wah divisi pemasaran serem loh, yakin bakal kuat?" goda Satria.

"Emm kan ada kamu hahahah," Rahel tertawa dengan ucapannya sendiri.

"Aku juga karyawan loh, atasannya galak di bagian pemasaran," ucap Satria.

"Masa iya? ya gak masalah sih namanya juga kerja mau galak mau nggak ya biasa aja," ujar Rahel.

"Kamu benar-benar pengen ya kerja di perusahaan itu?" tanya Satria.

"Pengen lah, siapa coba yang gak mau kerja di perusahaan besar dan hebat kayak gitu," ujar Rahel.

"Sebelumnya kamu kerja dimana?" tanya Satria.

"Jualan gorengan, kadang jualan sarapan pagi, ngetik skripsi orang, ngetik surat, penterjemah banyak deh pokoknya yang bisa menghasilkan uang," jawab Rahel.

"Banyak banget, emang kerja buat apa sampai segitu banyaknya, biasanya kan anak muda itu hang out, atau langsung cari kerja di perusahaan besar atau apa gitu," ujar Satria yang cukup heran dengan cerita Rahel.

"Ya untuk biaya hidup lah, biaya kamar, biaya makan, paket data, biaya air listrik, pajak, terus ya gitu deh," ucap Rahel.

"Emang orangtua kamu gak ngasih modal gitu?" tanya Satria.

"Mereka gak bisa ngasih modal, " jawab Rahel.

"Kenapa?" tanya Satria.

"Mereka soalnya udah beda alam sama kita, makanya gak bisa ngasih modal, ya kali Mom dan Daddy bangkit dari kubur buat ngasih modal ke aku kan serem dong heheheh," jawab Rahel dengan santai.

Satria cukup terkejut dengan penuturan Rahel.

"Kamu santai banget bilangnya,aku malah jadi gak enak nih jadi ngingetin kamu," ujar Satria sambil sesekali melirik kaca spion untuk melihat ekspresi Rahel.

"Ya mau gimana lagi, ya harus santai toh mereka udah senang disana, mereka juga pergi supaya ada yang bisa diingat, jadi santai aja gak masalah kok," ucap Rahel sambil tersenyum tulus meski rasanya ia ingin menangis dan Satria menyadari itu.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Satria tiba-tiba saat ia melihat raut sedih dari kaca spionnya.

"Hmm? nggak apa-apa kok," ucap Rahel meski ia menunduk, dan air matanya mengalir begitu saja.

Jujur saja kehilangan orangtua, di tolak saudara, perusahaan Ayahnya direbut, tidak punya pekerjaan tetap, dan hidup bergantung pada orang lain sungguh membuatnya kesulitan.

Memang dia gadis yang pintar dan cerdas hanya saja setiap kali ia melamar pekerjaan, ia selalu dalam bahaya karena diincar pria hidung belang.

Begitu berat perjalan hidupnya sejak ia lulus kuliah di usia 19 tahun. Padahal sebenarnya dia bisa bersinar dan menjadi orang sukses dengan semua kemampuannya.

Satria menghentikan Vespanya di dekat sebuah taman. Sepertinya gadis di belakangnya itu perlu hiburan dan butuh teman bicara.

"Kenapa aku bisa seperduli ini dengan seorang perempuan ya? aneh? ck...sudah lah Sat mumpung lagi bisa berbuat baik ke orang lain lakukan aja," batin Satria.

"Kayaknya kamu butuh teman buat cerita deh, Kamu bisa cerita ke aku, mungkin aku gak bisa kasih saran yang benar, tapi kamu bisa ngeluarin semuanya, aku bisa jadi pendengar yang baik," ucap Satria.

"Kamu mau cerita?" tanya Satria dan Rahel mengangguk dengan kepala yang menunduk. Dia memang butuh teman cerita saat ini, ia tidak berani menceritakan semuanya pada sahabatnya Jenny, ia tak mau membuat gadis itu kembali berkorban untuknya.

"Ya udah ayo turun, kita kesana," ucap Satria sambil mengunci Vespanya.

Satria dan Rahel kini duduk di bangku taman, taman dengan sebuah air mancur di tengahnya. Banyak bunga yang bertebaran dan pohonnya yang rindang membuat mata nyaman untuk duduk berlama lama disana.

"Kamu ada masalah?" tanya Satria.

"Sebenarnya cuma capek aja sama kehidupan ini, aku ditinggal sendirian sama kedua orangtuaku, perusahaan Daddy bangkrut tapi setelah ku cari tau ternyata bukan bangkrut, mereka memanipulasi perusahaan Daddy sampai akhirnya Daddy dan Mom meninggal karena sakit waktu itu," ujar Rahel dengan mata berkaca-kaca.

"Kapan mereka meninggal?" tanya Satria.

"Tepat saat aku lulus kuliah, keluarga juga gak ada yang mau ngerawat aku, sejak saat itu aku hidup sebatang kara, hidup seadanya dengan uang seadanya, mau cari kerja susah bukan karena pesaingnya tapi karena perlakuan bosnya yang menatapku dengan tatapan penuh hasrat, bahkan pernah sekali aku hampir di..diperkosa hiks hiks hiks," Rahel menangis menceritakan kisahnya, begitu berat perjalanannya selama ini.

"Se..sejak saat itu aku takut buat cari kerja ke perusahaan besar, bahkan untuk kerja dengan orang lain aku gak berani karena kejadian itu membuatku trauma," ujar Rahel.

"Beruntung aku punya teman kuliah, dia sahabat baikku dan hanya dia satu-satunya yang mau berteman denganku setelah kebangkrutan perusahaan Daddy,"

"Dia bantu aku buat bangkit dan mengijinkanku tinggal di rumah mereka," ucap Rahel lagi.

"Lalu sekarang kenapa kamu ambil keputusan buat kerja lagi di perusahaan besar?" tanya Satria.

"Aku mau balas dendam," ucap Rahel.

"Balas dendam? pada siapa? pada perusahaan?" tanya Satria.

"Bukan Sat, aku kerja biar bisa jadi orang sukses, aku akan berjuang supaya bisa jadi salah satu petinggi di perusahaan itu, dengan demikian aku bisa ngerebut perusahaan Daddy" ucap Rahel.

"Emang perusahaan Daddymu apa namanya?" tanya Satria penasaran.

"Dulu namanya Raiden Grup tapi sekarang udah diganti menjadi V.R Group," ucap Rahel.

"Ohh, gitu ya," ucap Satria yang berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

"Dia putri Om Raiden sahabat Daddy yang meninggal dulu, tak kusangka kami bertemu seperti ini!" batin Satria.

"Iya, aku kayak kebanyak nge hayal ya jadi Putri konglomerat, gak apa apa kamu gak percaya, memang dari case-nya aja aku gak cocok iya kan," ujar Rahel.

"jangan ngomong gitu, aku yakin kamu pasti bisa ngerebut perusahaan Daddy kamu, yang semangat dong, kamu pasti bisa!" ujar Satria menyemangati Rahel.

"thanks Sat, makasih udah mau denger aku cerita," ucap Rahel.

" No Problem, kita kan teman!" ucap Satria.

"Ngomong-ngomong setelah kamu berhasil rebut perusahaan Daddymu kamu bakal jadi Presdir muda dong," ucap Satria.

"Nggak Sat, setelah berhasil, aku akan menjual perusahaan itu lalu menyumbangkan semua uangnya ke yayasan sosial, setelah itu aku akan bertemu dengan Mom dan Dad," ujar Rahel sambil menatap langit dengan senyuman di wajahnya.

Satria cukup terkejut dengan ucapan Rahel.

"Ra, jangan ngomong yang aneh aneh deh, kamu mau ngapain setelah dapatkan perusahaan itu lagi? emang kamu gak mau gitu hidup lebih lama di dunia ini? jangan begitu dong," ucap Satria yang malah merasa kesal dengan Rahel.

"Hmmm...gak masalah sih toh aku juga sendiri di dunia ini, buat apa lagi aku hidup," jawab Rahel.

Satria terdiam, ia tak bisa mengatakan apapun, bagaimana seseorang bisa sepasrah itu pikirnya.

.

.

.

like, vote dan komen 😊😉😊

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

IKUTAN SEDIH DGN JLN HIDUP RAHEL..😢😢😢😢😢😢

2023-08-05

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

YAA SATRIA CEONYA.....

2023-08-05

0

Lili Yoon

Lili Yoon

ayo sat sebelum Rahel dapatin semuanya dan dia lebih milih pergi jauh kamu ikat dia dengan buku nikah

2021-11-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!