Adit yang masih berada di dalam kamar hotel berkali-kali mencoba menghubungi Remon, tetapi ponselnya masih terus dalam keadaan tidak aktif
Adit yang sedang merasa jengkel pun langsung bangkit dari tempat tidur dan menarik selimut untuk menutupi bagian bawah tubuhnya, dia pun di buat terkejut karena terdapat bercak darah baik di atas kasur dan selimut yang dia gunakan
"Kok bisa ada darah? jangan bilang kalo perempuan itu masih bersih. Sumpah lu bukan laki-laki sejati Dit, kenapa lu ga bisa tahan itu semalam? terus gimana nasib perempuan itu sekarang?"
Perasaan jengkel Adit langsung menghilang dalam sekejap, dia pun segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, dan tanpa dia perintah kan tiba-tiba saja bayangan tentang kejadian tadi malam terlintas di dalam benaknya. Walaupun dia tetap tak bisa mengingat wajah wanita tersebut
"Gw memang ga bisa rasain nikmatnya hubungan itu cuma ada ***** yang tinggi dan ga mau berhenti, tapi gw ingat bibir perempuan itu lembut banget beda dengan perempuan yang selama ini selalu ada di samping gw"
Itulah batasan seorang Raditya Mahardika, setiap dia menjalin suatu hubungan dengan seorang wanita dia hanya akan berhenti pada tahap itu. Tidak ada satu pun yang pernah di ajak Adit untuk berhubungan intim
Ada perasaan yang bercampur aduk kini di dalam hatinya Adit, masih tersisa sedikit perasaan marah merasa harga dirinya di permainkan oleh Ara tetapi juga terselip perasaan bersalah membayangkan nasib Ara saat itu
Setelah menyelesaikan segala urusannya di dalam kamar mandi Adit pun keluar dari dalam kamar mandi, dan tak lama kemudian sekretaris pribadi Adit yang bernama Arman pun tiba di sana. Adit pun segera memakai pakaian yang di bawakan oleh Arman
"Gimana sudah dapat info tentang perempuan itu?"
"Maaf pak saya belum bisa mendapatkan info apapun tentang perempuan itu, apa bapak bisa paparkan ciri-ciri dari perempuan itu dengan lebih jelas?"
"Kalau saya lihat dengan jelas buat apa minta kamu cari tau?" menatap tajam
"Apa sudah cek rekaman cctv?"
"Maaf pak tapi khusus cctv di lantai ini dan di lift tidak pernah di hidupkan atas permintaan dari pak Remon, dan sudah mendapatkan persetujuan dari bapak"
Remon dan Brian adalah sahabat dari seorang Raditya Mahardika, tetapi mereka memiliki kelakuan yang jauh berbeda denganAdit
Adit selalu berganti pasangan tetapi tak pernah melakukan hubungan intim, jika kedua sahabatnya dapat melakukan hubungan intim tanpa ada perasaan atau hubungan apapun
Itu lah yang menjadi alasan sahabat baik Adit memasukkan obat tersebut ke dalam minimum Adit, karena mereka ingin Adit bisa merasakan hal tersebut juga
Dan seluruh kamar yang berada di lantai tersebut hanya khusus untuk mereka, atau para kerabat yang sedang berada di kota tersebut. Sehingga cctv di lantai itu dan di lift tidak pernah menyala
"Astaga kenapa dulu gw ikutin mau anak itu? sekarang gw jadi susah sendiri cari info tentang perempuan itu"
"Saya ga perduli cara apa yang mau kamu pakai? yang saya mau info tentang perempuan itu ada di saya secepatnya. Kalau perlu kamu cek rekaman cctv di lobi dan daftar nama tamu perempuan yang ada di hotel ini semalam" dengan tegas
"Gimana caranya Pak? ini hotel terbesar di kota ini. Apalagi semalam ada acara di aula hotel, kenapa jadi saya yang kebagian getah nya?" menangis dalam hati
"Baik pak"
"Perempuan itu pasti bukan perempuan sembarangan, gw ingat semalam dia pakai gaun. Walaupun dia tetap bawa gaun itu setelah curi baju gw, dia ga bisa kabur gitu aja dari gw dia harus bertanggung jawab" tersenyum tipis
Ternyata sebelum Ara pergi Ara membawa gaun yang dia pakai semalam dan membuang gaun tersebut di tengah jalan, karena dia takut pria malam itu bisa dengan mudah menemukan dirinya dari gaun tersebut
Sedangkan di tempat yang berbeda ada Dion yang baru saja tiba di kediaman orang tuanya, dengan wajah yang muram dia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dan mendudukkan dirinya di samping mamanya
"Kamu kenapa sih? udah semalaman ga pulang. Pulang kok mukanya jelek gini" tersenyum meledek
"Ara jahat banget mah sama aku" lirih
"Kenapa sama Ara?" mengerutkan keningnya
Dion pun mulai menceritakan semua kejadian yang telah terjadi, dan mamanya mendengarkan semua ucapan Dion dengan serius. Dion seperti seorang anak kecil yang sedang mengadu, sedangkan mamanya merasa ada sesuatu yang aneh dari cerita yang dia dengar
Selama ini Ara terkenal sebagai anak yang baik di rumah itu, bahkan mamanya Dion sangat menyayangi Ara. Mamanya Dion pun menjadi pendengar yang baik sambil mencari letak keanehan dari cerita Dion
"Terus apa pilihan kamu?"
"Aku udah bilang sama Ara mah mulai sekarang kita ga ada hubungan apapun lagi"
Dion menyenderkan kepalanya di bahu mamanya
"Apapun keputusan yang mau kamu ambil mama pasti akan dukung kamu, tapi apa kamu ga merasa ada yang aneh ya sama cerita kamu tadi?"
"Maksud mama apa sih?" menatap serius ke arah mamanya sambil mengerutkan keningnya
"Coba kamu bayangin deh, kamu bilang kamu terjebak macet makanya datang terlambat. Waktu kamu sampai di sana Ara sudah ga ada di meja kalian dan papanya lagi di atas panggung, otomatis kita ga tau kapan waktu pastinya Ara pergi ke toilet?"
"Iya mah, terus anehnya dari mana?"
"Sampai papanya Ara kembali ke meja kalian, kamu masih tunggu sekitar tiga puluh menit baru kamu mulai cari Ara ke toilet"
"Iya, maksud mama apa sih? aku ga ngerti mah"
Saat itu pikiran Dion sedang tak bisa di gunakan dengan jernih, walaupun mamanya sudah berusaha untuk memberikan penjelasan
"Ok lah kalo papanya Ara ga tau berapa lama Ara udah ga ada di antara mereka? tapi mamanya sama Nana kan tau, kenapa mereka ga khawatir sama sekali sebelum kamu coba cek Ara ke toilet?"
"Iya benar juga kata mama, mereka kelihatan santai aja bahkan mereka lebih terkesan buat halangin aku cari Ara dari awal"
Dion langsung mengeluarkan ponselnya dan berusaha menghubungi Ara tetapi keadaan ponsel Ara tidak aktif, Dion langsung bangkit dari duduknya dan menuju ke arah pintu
"Mau kemana lagi kamu? baru juga pulang"
"Aku mau temuin Ara mah, aku harus dengar langsung penjelasan dari dia," dengan yakin
"Ya udah hati-hati bawa mobilnya, kamu lagi kurang istirahat sekarang"
"Ya mah," Dion melangkahkan kakinya ke arah mamanya dan mencium pipinya "makasih ya mah,"
Tanpa menunda waktu lagi Dion segera pergi dari sana, sedangkan mamanya hanya bisa melihat Dion pergi sambil tersenyum
"Dasar anak muda kalau ada masalah ga mau di pikir panjang dulu, emosi aja yang berdiri paling depan. Tapi kalau memang benar sesuai dugaan aku, kasian banget nasib kamu Ara"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Indah K Rahayu
untung mama dion baik dan positif thingking sama ara
2023-08-17
0
devaloka
alaahhh alah telat
2023-08-15
0
Siti Nurjanah
mama Dion baik hati ternyata tidak langsung memandang rendah Ara
2022-08-02
0