Di Kejar Pernikahan.
HAPPY READING...
***
Akira Wardani.
Gadis muda yang mempunyai panjang rambut sebahu itu baru saja menjalani UN Sekolah Menengah Atas.
Akira belum sempat memikirkan untuk melanjutkan sekolahnya karena ia bukanlah siswa yang pintar.
Jangankan untuk mendapatkan prestasi, gadis berkulit putih itu masuk ke dalam daftar siswi dengan peringkat rendah.
Itulah mengapa Akira sama sekali tidak berkeinginan untuk Kuliah, dimana otaknya tidak akan pernah berubah dan hanya membuang-buang uang saja.
Tapi walaupun mempunyai otak yang sedikit dangkal, jiwa kreatifitas Akira sangatlah tinggi. Memasak dan membuat kue adalah salah satu kegemarannya.
Akira sangat suka berada di dapur untuk membuat sesuatu yang pasti enak untuk dimakan.
Bahkan ibunya seringkali menjadi orang pertama yang mencicipi setiap hasil masakan putri semata wayangnya itu.
"Emmm... Enak sekali..." Puji Ibu Arum kepada sepotong Kue hasil olahan Akira yang baru saja keluar dari Oven.
Yang di puji tentu saja tersenyum penuh kebahagiaan. Akira sangat suka melihat orang lain menikmati hasil masakan yang ia buat dengan penuh rasa cinta.
"Tentu saja enak... Kue itu sangat spesial Bu... Karena ada banyak cinta dan kasih sayang di dalamnya..." jawab Akira menyombongkan diri. Kelebihan Akira lainnya adalah ia mempunyai mulut yang cukup manis untuk berkata-kata.
Tapi semua itu percuma untuk Ayah Adam, ayah Akira.
Beda dengan istrinya yang menerima kekurangan Akira dalam bidang pendidikan, Ayah Adam selalu ingin Akira berubah dan berperilaku sama seperti anak teman-temannya yang selalu hebat dalam segala hal.
"Percuma saja bakat mu itu kalau tidak bisa masuk ke Universitas sama seperti anaknya teman Ayah..." ucap Ayah Adam ketus yang telah dari mana datangnya, Tiba-tiba telah berada di ujung Dapur. Mengamati 2 perempuan beda usia penghuni rumah itu.
Akira menghela nafasnya kasar. Selalu itu yang ayah bicarakan... Bisa tidak sih sehari saja tanpa membanding-bandingkan Akira dengan anak lain...?
Semua anak pasti kesal sama seperti Akira jika dibanding-bandingkan seperti itu.
Apalagi bukan hanya sekali Ayah Adam berkata demikian, setiap hari!
Bahkan Akira sudah sangat mual mendengar Kalimat-kalimat yang sama.
"Akira memang tidak berniat untuk kuliah Yah... Akira tidak terlalu pandai..." protes Akira tanpa tau ekspresi Ayahnya yang telah memerah menahan kemarahan.
"Makanya belajar!" semprot Ayah Adam hingga membuat Akira terkejut sampai memejamkan matanya.
Ya salam... Mengagetkan sekali...
"Kenapa anak orang lain bisa belajar dan pintar dan kamu tidak? Seharusnya kamu lebih giat belajar... Kalian sama-sama makan nasi!" ucap Ayah Adam tanpa jeda sama sekali.
Bahkan pria berperut buncit itu sudah seperti para emak-emak ketika memarahi anaknya.
Mendengar ucapan dari sang Ayah, ingin sekali Akira berkata :
Hei! Anda tidak bisa menyamakan anak Anda dengan anak orang lain hanya karena sama-sama makan nasi...
Anda saja tidak terlalu pintar, kenapa Anda berkeinginan Saya Sejenius Albert Einstein...
Tapi Akira tidak punya keberanian untuk mengatakan hal itu, bisa ngamuk ayahnya nanti atau lebih parahnya Akira akan di coret dari daftar Kartu Keluarga.
"Ayah! Akira tidak bisa belajar sama seperti anak lain... tapi Akira pintar memasak kok..."
"Kamu mau jadi apa dengan bakat memasak seperti itu? Koki? Koki juga harus pintar berhitung..." jawab Ayah Adam terus saja menyadarkan pemikiran anaknya yang sangat aneh itu.
Sedangkan Ibu Arum, beliau selalu saja menjadi pendengar antara perdebatan Ayah dan anak itu.
"Jadi Ibu rumah tangga...hahaha..." jawab Akira tanpa dosa sama sekali.
Bahkan Ayah dan Ibunya hanya bisa menggelengkan kepala keheranan.
***
Arjun Pradipta.
Di beda tempat.
Dentuman musik memekakan telinga setiap orang yang berada di dalam sebuah tempat bernuansa remang.
Di tengah ruangan, para wanita dengan gaun kekurangan bahan bergoyang melenggak-lenggokkan tubuhnya seirama dengan musik yang menghentak.
Bau minuman keras juga menguar memenuhi setiap sudut tempat itu.
Inilah dunia malam yang tidak pernah sepi setiap malamnya.
"Telinga gue sakit mendengar ocehan Nyokap..." ucap seorang pria berkemeja biru dengan dasi yang telah mengendor dari lehernya. Dia adalah Arjun, anak tunggal dari Keluarga Konglomerat Johan Pradipta yang merupakan pemilik Perusahaan PT Pradipta yang bergerak dalam bidang produk Rumah tangga.
Perusahaan dengan puluhan anak cabang itu memiliki hubungan yang sangat dekat dengan masyarakat, bukan hanya produk makanan kecil dan snack anak-anak, bahkan kebutuhan pokok yang di butuhkan dalam sebuah rumah tangga pada umumnya.
Menjadi anak tunggal dimana semua kebutuhan sangat tercukupi, Arjun tumbuh menjadi anak yang manja juga seringkali menghambur-hamburkan harta orangtuanya.
Keluar masuk Klub malam adalah salah satunya.
Menenggak minuman keras dengan sahabat-sahabatnya setelah pulang dari pekerjaan yang sangat membosankan setiap harinya.
"Arjun! Mau berapa lama Mami menunggu seperti ini? Teman-teman Mami selalu membicarakan tentang cucu mereka saat Arisan... Hanya Mami yang belum memiliki cucu..." rengek Mami Livia dengan memasang wajah yang dibuat-buat sedih.
"Mami juga ingin memamerkan cucu dan menantu Mami kepada teman arisan..." tambahnya.
"Jadi Mami hanya ingin memamerkannya saja? Kalau begitu jangan ikut arisan lagi..." jawab Arjun heran dengan ucapan ibunya itu.
Pamer? Memang menantu dan juga cucu pantas untuk di pamerkan oleh ibu-ibu arisan?
Arisan atau ajang pamer sih? ...
Arjun kembali menenggak minuman bening di depannya. Mengingat ucapan dari Mami Livia beberapa jam yang lalu membuat kepala Arjun bertambah nyeri.
"Ya buruan nikah, gitu aja susah..." jawab Dion. Sahabat dari Arjun.
Sedangkan pria yang duduk di hadapan Arjun hanya terdiam sambil sesekali tersenyum seolah mengejek nasib sahabat sekaligus Bosnya.
Ya... selain bersahabat dengan Arjun sejak SMA, Galih adalah Asisten Arjun di Perusahaan.
"Nikah? Mana bisa? Gue gak percaya dengan hal-hal begituan!" tolak Arjun.
Pria yang tidak percaya dengan namanya cinta. Tidak percaya dengan adanya seorang pria yang bisa berkomitmen pada 1 wanita saja sepanjang hidup mereka.
Bukan berarti Arjun tidak pernah menjalin hubungan dengan perempuan, Arjun juga beberapa kali mempunyai kekasih.
Tapi hanya sebatas **** dan Kepuasan hasrat saja. Nyatanya Arjun tidak pernah menggunakan perasaannya ketika menjalin hubungan dengan perempuan.
Ia hanya perlu memanjakan wanitanya dengan barang-barang Branded dan juga uang, dan sebagai gantinya Arjun mendapatkan segala yang ia inginkan dari tubuh wanita itu.
Tapi beberapa bulan terakhir, Mami Livia selalu saja merengek di depan Arjun untuk segera menikah dan memberikannya cucu.
Andai saja seorang cucu bisa dibuat dengan menggunakan lumpur, Arjun akan membuat banyak sekali dan memberikannya kepada Mami agar beliau tidak lagi merengek dan berpura-pura sedih.
Masalahnya, Arjun tidak berniat untuk menikah dengan wanita manapun. Pria itu masih ingin bersenang-senang di usianya yang masih 27 tahun itu.
***
"Papi telah menemukan gadis yang cocok untukmu..."
Arjun langsung menghentikan sarapannya.
"Tapi Pi _" belum sempat meneruskan kalimatnya, Mami Livia ikut bicara.
"Jangan membantah Jun, dia gadis pilihan Papi... anak dari teman sekolahnya dulu... Kamu pasti suka...".
Ucapan dari orangtuanya seketika membuat Arjun kembali merasakan mual karena efek dari minuman keras yang semalam ia minum.
Arjun menghentikan sarapannya dan langsung berlari menuju wastafel untuk memuntahkan isi perutnya.
"Sial! mendengar saja sudah membuatku mual!" cerca Arjun menatap pantulan dirinya yang tercipta di kaca tepat di depannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Atoen_
pinter berkata-kata juga termasuk kecerdasan, ini sangat berguna bagi seorang politikus
2022-11-24
0
Atoen_
cerdas itu tidak harus pinter matematika atau bisa menghafal berlembar-lembar, memasak juga termasuk kecerdasan...
2022-11-24
0
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
halo kk di sini saya akan membawa like 20
2022-02-24
2